Terapkan Industri 4.0, PAN Brothers Tak Kurangi Karyawan

Pasca penerapan Industri 4.0, PAN Brothers tak melakukan pengurangan tenaga kerja
Pasca penerapan Industri 4.0, PAN Brothers tak melakukan pengurangan tenaga kerja

Boyolali, Maritim

PT PAN Brothers Tbk pastikan tidak melakukan pengurangan jumlah karyawan pasca diterapkan Revolusi Industri 4.0.

Penerapan Industri 4.0 itu diaplikasikan pada berbagai teknologi, seperti artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Augmented Reality (AR), Advanced Robotics dan 3D Forming dalam rangkaian proses produksi.

“Walaupun pabrik sudah menerapkan automatisasi, tapi kami tidak melakukan pengurangan jumlah karyawan, karena tenaga kerja yang ada di bagian itu digeser ke pekerjaan lain,” kata Human Resources Management General Manager PT PAN Brothers, Nurdin Setiawan, saat dikunjungi peserta workshop Pendalaman Kebijakan Industri dengan Wartawan di pabriknya, di Boyolali, Jawa Tengah (Jateng), akhir pekan lalu.

Menurutnya, penerapan industri 4.0 di pabriknya difokuskan pada peningkatan produksi perusahaan, yang salah satunya dengan melakukan automasi untuk produksi komponen.

Bagi pekerja yang tadinya bertugas di divisi tersebut, dialihkan ke pekerjaan lain, seperti ke bagian perakitan produk (assembly). Sebab, dengan adanya automasi di bagian pabrik, dapat meningkatkan jumlah produksi. Di mana, untuk tugas ini harus dicek oleh tenaga manusia, bukan robot.

“Jadi penerapan Industri 4.0 tidak berpengaruh terhadap pengurangan tenaga kerja,” ungkap Nurdin.

Ditambahkan, diterapkannya Industri 4.0 ini, karena perusahaan menilai perlu membuat rantai produksi yang lebih efektif dan efisien. Sehingga lebih mampu memproduksi beberapa produk tekstil merk ternama, seperti Uniqlo, Adidas, The North Face, H&M, IKEA dan puluhan merk internasional lainnya.

Lanjutnya, pekerja di bagian assembly dibagi menjadi dua shift, karena peningkatan produksi yang juga naik dua kali lipat. Artinya, kalau satu shift, maka perusahaan hanya punya satu output, berarti kalau dua shift jadi dua kali output.

Dengan begitu, meski menerapkan automasi dalam produksi, perseroan justru dapat menambah produksi hingga dua kali lebih banyak. Tapi juga tetap memanfaatkan pekerja tenaga manusia. Inilah bentuk efisiensi, sehingga pihaknya tidak perlu menambah pabrik baru, untuk meningkatkan produksi.

“Artinya, orang tidak kita kurangi, tapi bagaimana produksi bisa menghasilkan beberapa kali lipat. Sehingga, dengan kapasitas sekarang 90 juta pieces per tahun, kita melakukan itu tanpa harus menambah factory baru. Itu kita bisa lakukan,” urainya.

Karena, perusahaan ini memiliki karakter pabrik labour intensive, di mana perseroan memerlukan banyak karyawan. Apalagi, saat ini pihaknya kesulitan mendapatkan karyawan baru.

“Kita sekarang mulai kesulitan dapat karyawan. Untuk Jateng saja, saat ini kami baru dapat 28.000 karyawan, dari target kebutuhan 31.000 pekerja,” hitung Nurdin.

Adapun total kebutuhan pekerja di seluruh Indonesia sebesar 37.000 orang. Yang berasal dari Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Barat. (M Raya Tuah)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *