Jakarta, Maritim
Negara-negara anggota East Asia Summit (EAS) untuk bersama-sama Indonesia menangani masalah sampah plastik laut.
Hal itu dikatakan Menko Kemaritiman, Luhut B Pandjaitan, saat memberikan pidato kunci pada ‘Informational Breakfast Meeting on Combating Marine Plastic Debris’, di Nusa Dua Convention Center, Bali, Selasa (30/10).
Menurutnya, kini persoalan marine plastic debris, 80% disebabkan land-based leakages. Perubahan perilaku dan pemahaman pentingnya fungsi laut dalam kehidupan manusia. Sehingga ke depannya, ada tindak lanjut menyatukan berbagai aset, guna mendukung penanganan sampah plastik di laut.
“Penanganan masalah sampah harus ditangani secara terintegrasi, baik dari tataran kebijakan, maupun pengawasan implementasi kebijakan,” kata Deputi Bidang Kedaulatan Kemaritiman Kemenko Kemaritiman, Purbaya.
Indonesia, tambahnya, telah mengembangkan Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk memerangi sampah plastik laut. Yaitu ada empat pilar utama, seperti perubahan perilaku mengurangi sampah plastik yang berasal dari daratan dan mengurangi sampah plastik di daerah pesisir serta laut. Kemudian penegakan hukum, penelitian-pengembangan teknologi-inovasi dan penguatan institusi.
Beberapa negara EAS menyatakan apresiasi terhadap komitmen dan langkah konkret yang telah dilakukan Indonesia dalam mengatasi masalah pencemaran plastik ini.
Secara umum pertemuan membahas tindak lanjut berbagai komitmen yang tertuang dalam ‘statement’ para pemimpin EAS yang akan disepakati pada KTT EAS ke 13 pada 15 November 2018 di Singapura.
Salah satunya inisiatif Indonesia untuk penyusunan Regional Plan of Action on Combating Marine Plastic Debris (Rencana Aksi Kawasan dalam Penanganan Sampah Plastik di Lautan) dalam konteks kerja sama Forum EAS. (M Raya Tuah)