BANYUWANGI – MARITIM : Kesulitan utama membangun gerbong maupun lokomotif penggerak kereta api di Indonesia, ternyata terletak di alih teknologi yang selama ini lebih banyak dikuasai oleh fabrikan luar negeri. Agung Sedayu, Direktur Teknologi dan Komersial PT Industri Kereta Api Indonesia (INKA) jelaskan bahwa pengembangan industri kereta api yang pada awalnya berpusat di Madiun, kemudian diperluas ke Banyuwangi, pihaknya telah menggandeng Stadler Rail Group dari Swiss.
Ungkap Agung pekan lalu: “Selama ini INKA telah lakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan pembangun kereta api kelas dunia. Namun hanya sebatas hubungan sebagai supplier dan vendor, dan tak ada yang mau transfer of knowledge. Hal ini berbeda dengan Stadler Rail yang mau membawa teknologi dan pasarnya ke Banyuwangi”.
Pabrik (baru) kereta api yang dibangun di ujung timur Pulau Jawa ini juga akan melayani pasar Asia dan Eropa. Jelasnya: “Jadi nanti semua pesanan kereta, baik pesanan INKA maupun Stadler, diproduksi di Banyuwangi. INKA fokus di pasar Asia seperti Bangladesh, India dan Filipina, sedang pasar Stadler di kawasan Amerika dan Eropa. Namun kedepan, INKA juga akan mengincar pasar Afrika. Semuanya diproduksi di Banyuwangi”.
Serap SDM: Diproyeksikan, industri kereta di Banyuwangi akan memproduksi berbagai jenis kereta, seperti kereta Metro, Light Rail Vehicles (LRV), dan beberapa jenis lainnya. Untuk itu, diperkirakan INKA akan mampu menyerap 500 hingga 2.000 orang tenaga kerja.
Terkait hal tersebut, Abdullah Azwar Anas Bupati Banyuwangi berharap, kehadiran industri perkeretaapian tak hanya akan berimbas positif ke ekonomi lokal, tapi juga meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) daerah. Ujarnya: “Maka kami sangat senang, karena INKA berjanji melibatkan politeknik dan SMK di Banyuwangi agar mampu menghasilkan SDM perkeretaapian yang unggul, dan membanggakan sektor manufaktur Indonesia”.
Pemenuhan SDM sangat mungkin berasal dari putra-putri daerah Banyuwangi. Menurut Bupati Banyuwangi, PT INKA juga menyatakan sudah bertemu dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, untuk mendidik SDM di Politeknik Negeri Banyuwangi yang nantinya akan dapat memenuhi kebutuhan sektor perkeretaapian nasional.
Segera Groundbreaking: Industri kereta api (KA) terintegrasi dan terbesar di Indonesia milik PT INKA di Banyuwangi menurut rencana akan dilaksanakan groundbreaking pada Kamis 24 Januari 2019. Saat ini semua persiapan teknis telah rampung dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perkeretaapian tersebut.
Berkenaan dengan rencana tersebut, Bupati Banyuwangi berucap: “Alhamdulillah, pihak INKA beserta mitranya dari Swiss, Stadler Rail Group, sudah beberapa hari ini berada di Banyuwangi. Semula, rencana groundbreaking akan diinisiasi akhir Desember 2018, tetapi ternyata masih perlu penyesuaian jadwal karena akan dihadiri beberapa menteri. Semoga ini segera jalan agar menjadi stimulan baru bagi ekonomi Banyuwangi”.
Direktur Teknologi dan Komersial PT INKA Agung Sedaju juga membenarkan bahwa acara groundbreaking akan dilaksanakan pada 24 Januari 2019. Jelasnya: “Semua persiapan teknis sudah selesai, kami tinggal menyusun jadwal saja terkait dengan kehadiran Menteri BUMN yang akan memimpin peletakan batu pertama”.
Industri kereta api yang difokuskan menggarap pasar ekspor tersebut dibangun di lahan seluas 84 hektar di Kecamatan Ketapang, Banyuwangi. Pembangunan tahap pertama ditargetkan rampung akhir 2019. Imbuh Agung Sedayu: “Awal 2020 akan diawali dengan menata mesin dan teknologi di pabrik. Disusul pertengahan 2020 mulai produksi. Kami menargetkan bisa memproduksi 4 kereta made in Banyuwangi per hari untuk memenuhi pesanan ekspor”.
Kandungan Lokal: Guna mendukung kerja besar PT INKA, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyetakan siap mendorong Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam industri perkeretaapian nasional dapat mencapai 80% dari saat ini 60%. Wahyu Widodo, Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) BPPT menjelaskan untuk memenuhi hal tersebut, akan dilakukan kerja sama dengan pelaku industri terkait di dalam negeri.
Kata Wahyu dalam Media Briefing BPPT, di kantor PT INKA, Madiun, Selasa (15/01/2019): “Salah satu program prioritas kami tahun 2020 sampai 2024 adalah mendukung sektor perkeretaapian. Peningkatan TKDN menjadi salah sati target kami juga. Mungkin secara pelan-pelan industri kereta api INKA dapat ambil peran. Diharap kandungan konten dalam negeri dalam industri kereta api dapat lebih tinggi lagi, dari yang semula 60% meningkat ke 80%. Kami menyambut baik kerja sama INKA dan BPPT”.
Menurutnya, industri perkeretapian di Tanah Air sudah mandiri. Pihaknya siap mendorong agar PT INKA, memiliki kesiapan teknologi dan mampu menjawab tantangan nasional dalam memproduksi kereta api, sesuai kebutuhan. Utamanya, mengejar penerapan teknologi kereta api berpenggerak terbaru, seperti kereta tanpa masinis di negara maju. Berdasar hasil audit teknologi kemampuan proses produksi kereta api ringan, menunjukkan bahwa PT INKA mampu produksi LRT dengan TKDN yang tinggi. Kemampuan ini dinilai jadi salah satu modal bagi Indonesia untuk dapat produksi kereta api dalam negeri.
Lebih jauh Wahyu mengatakan: “Kami siap mendorong aspek TKDN LRT Jabodebek, sesuai arahan Presiden RI. Ke depan kami juga akan kembangkan teknologi kereta berpenggerak terbaru, agar LRT dapat dioperasikan secara otomatis, dengan dipandu dari jauh. Hal itu kami lakukan dengan berbagai program, di antaranya program inovasi, audit, clearing house dan alih teknologi. Selain itu, BPPT juga terapkan program capacity building agar daya saing industri perkeretaapian Indonesia meningkat. Kami ingin INKA memproduksi LRT dengan TKDN yang tinggi, agar Indonesia dapat memproduksi sendiri”.
Wahyu menambahkan PT INKA telah memiliki fasilitas yang mumpuni untuk produksi kereta api, baik dari segi kapasitas maupun kualitas. Hal ini ditunjang BPPT yang juga memiliki fasilitas uji sarana dan prasarana perkeretapiaan, software dan SDM yang mumpuni untuk meningkatkan daya saing PT INKA. Beberapa fasilitas BPPT telah siap mendorong produksi LRT karya anak bangsa, sebagai momentum peningkatan kemandirian bangsa dalam hal industri kereta api.
Diungkapkan pula bahwa tim Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur BPPT, telah lakukan pengujian carbody LRT Jabodebek di fasilitas INKA Madiun. Kedepan juga akan melakukan uji kekuatan struktur kereta dengan beban lebih besar, yang dapat berjalan dengan aman”.
Pionir Industri: Sementara itu, Direktur Keuangan PT INKA (Persero) Mardiannus Pramudya mengatakan TKDN yang telah mencapai angka 60% jadi pembuktian komitmen. Ungkapnya:
“Ini komitmen bagaimana industri ini tidak hanya tumbuh dan berkembang tapi juga jadi pionir meningkatkan kualitas industri kereta api dan membawa industri kereta api lokal ke pasar ekspor”.
Menurut Pramudya, INKA telah masuk ke pasar Asia dengan pelanggan di Bangladesh dan mampu bersaing dengan Tiongkok dan India. Pihaknya juga tengah menyasar pasar Asean dengan sudah masuk ke Filipina. Pungkasnya: “Jadi DNA INKA ini salah satunya dari BPPT. Walaupun kami di desa di Madiun, tetapi sudah bersaing ke regional, bahkan sampai ke Bangladesh dan mau penjajakan ke Benua Afrika, sebagai penanda bahwa industri kereta api Indonesia lebih maju lagi”. (Erick Arhadita)