JAKARTA– MARITIM : Tahun 2018, bagi kalangan lembaga bisnis khususnya keuangan, bukanlah tahun yang mudah. Tapi tahun yang bisnisnya bergerak fluktuatif, karena beberapa kali kenaikan suku bunga.
Namun sejauh itu, menurut Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX:BBNI) , Herry Sidharta, perusahaannya bisa mencapai kinerja keuangan sesuai acuan yang ditargetkan rencana bisnis bank (RBB) 2018. “Pertumbuhan kredit capai 16,2 persen year on year (YoY) dari Rp441,31 triliun pada 2017 jadi Rp512,78 triliun diakhir 2018,” tutur Herry, dalam pemaparan kinerja keuangan Bank BNI 2018, di Kantor Pusat BNI , Rabu (23/1).
Pertumbuhan kredit lanjutnya, mampu menopang peningkatan Laba Bersih BNI 10,3 persen yoy, dari Rp 13,62 triliun diakhir 2017 jadi Rp 15,02 triliun pada akhir 2018. Penyaluran kredit tersebut, didorong oleh kredit pada segmen Korporasi Swasta yang tercatat sebesar 29,6 persen dari total kredit yang disalurkan.
Bicara tentang kredit pada segmen korporasi swasta ini dikatakan, capai Rp 151,71 triliun pada 2018 atau tumbuh 12,9 persen yoy. Kredit BNI juga tersalurkan ke Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar 21,6 persen dari total kredit. Nilai kredit ke BUMN mencapai Rp 110,99 triliun pada 2018, atau tumbuh 31,6 persen yoy. Khusus untuk kredit yang disalurkan pada segmen UKM, BNI menjaga pertumbuhan yang moderat sebesar 6,4 persen yoy menjadi Rp 74,73 triliun pada akhir 2018.
Adapun untuk kredit pada segmen Usaha Kecil, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 17 persen yoy menjadi Rp 66,06 triliun akhir tahun 2018.
Sedangkan kredit payroll , menjadi kontributor utama penyaluran kredit pada segmen konsumer dengan pertumbuhan sebesar 34,2 persen yoy, menjadi Rp 23,74 triliun pada akhir 2018. Kredit pemilikan rumah BNI dan Kartu Kredit pun , menunjukkan pertumbuhan yang memuaskan, masing-masing 9,9 persen yoy dan 7,9 persen yoy, atau menjadi sebesar Rp 40,75 triliun dan Rp 12,56 triliun akhir 2018.
Penyaluran kredit tersebut lanjutnya, sebagian besar dilakukan dalam skema Kredit Modal Kerja (KMK) yang mencapai 52,5 persen dari total kredit yang disalurkan atau senilai Rp 269,26 triliun pada akhir 2018. Nilai KMK tersebut tumbuh 19,0 persen yoy dibandingkan posisi akhir tahun 2017 yang mencapai Rp 226,19 triliun. Penyaluran kredit pun disalurkan dalam bentuk Kredit Investasi (KI) sebesar 29,1 persen dari total kredit atau senilai Rp 149,27 triliun pada akhir 2018. Nilai KI tersebut tumbuh 14,6 persen yoy dari posisi 2017 yang mencapai Rp 130,29 triliun.
Dikatakan, sepanjang 2018, Kredit BNI disalurkan secara selektif dan fokus pada pembiayaan sektor-sektor unggulan yang memiliki risiko terkendali atau relatif rendah, antara lain Sektor Manufaktur dengan porsi 19,1 persen dari total kredit yang disalurkan. Nilai kredit ke Sektor Manufaktur tersebut mencapai Rp 98,03 triliun atau tumbuh 32,0 persen yoy dibandingkan 2017 yang mencapai Rp 82,74 triliun. Kredit BNI lainnya disalurkan pada sektor Perdagangan, Restauran, dan Hotel 17,5 persen dari total kredit, Jasa Usaha 10,3 persen , konstruksi 6,7 persen, transporasi,pergudangan, dan Komunikasi 6,1 persen, pertambangan 3,6 persen, serta Jasa Sosial 3,1 persen.
Kredit pada proyek-proyek pembangunan infrastruktur merupakan salah satu prioritas BNI dalam meningkatkan pinjaman pada Segmen Korporasi.
Penyaluran Kredit ke proyek-proyek infrastruktur ini terutama tertuju ke proyek-proyek konstruksi dan jalan tol. Pertumbuhan kredit untuk proyek infrastruktur mencapai 11,1 persen yoy, yaitu dari Rp 99,51 triliun pada 2017 menjadi Rp 110,60 triliun pada 2018. (Rabiatun)