SURABAYA – MARITIM : Alwi Sina Khaqiqi mahasiswa Departemen Teknik Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh November ( ITS) Surabaya, berupaya memberi kontribudi memecahkan masalah bongkar muat sapi di Madura. Selama ini, sistem bongkar muat sapi di Pelabuhan Rakyat (Pelra) Dungkek, Kabupaten Sumenep, Madura sering menimbulkan polemik, karena dinilai kurang mempertimbangkan ‘peri kebinatangan’, kesejahteraan hewan, animal welfare.
Akibat minimnya peralatan yang ada, maka pelaksanaan bongkar muat hewan utamanya sapi, masih menggunakan sistem tradisional. Melihat kondisi tersebut, Alwi Sina Khaqiqi merasa tertantang memecahkan masalah itu. Melalui karya Tugas Akhir (TA) perkuliahan, Alwi yang akan diwisuda pada Maret 2019 itu merancang desain dermaga apung untuk proses bongkar muat ternak sapi, berdasar konsep ‘animal welfare’.
Menurutnya, selama ini proses bongkar muat sapi dari Pulau Sapudi ke daratan Sumenep masih dilakukan dengan cara melempar sapi ke laut, dengan harapan sapi-sapi itu akan berenang ke darat. Cara itu dilakukan karena kapal pengangkut sapi tak dapat sandar di dermaga utama. Ujar Alwi Jumat (25/1/2019) lalu: “Padahal, Pulau Sapudi memiliki produksi sapi tertinggi nomor dua se-Jawa Timur”.
Ia melanjutkan, pelemparan sapi secara paksa akan mengakibatkan stress pada sapi-sapi yang ditangani, hingga berpotensi penurunan berat badan sapi hingga 5 kg. Maka ketika sapi-sapi itu sampai di Sumenep harganya turun hingga 20 %. Selain itu, acap kali sapi-sapi yang dilemparkan ke laut menjadi ketakutan, hingga tidak langsung menuju pantai, justru malah berenang ke tengah laut, dan tak jarang ada yang tenggelam dan mati.
Desain dermaga apung rancangan Alwi, menggunakan High Density Polyethylene (HDPE), karena investasinya lebih murah dibanding membangun dermaga beton. Selain itu, dermaga berbahan HDPE lebih efisien karena selain biayanya lebih murah, pemasangannya juga hanya memerlukan waktu sekitar 20 hari.
Berdasar hasil penelitian TA , Alwi mengungkapkan jika nilai kelayakan dari desain dermaga apung rancangannya sekitar 1,35. Ujarnya pula: “Jika nilai kelayakan di atas angka 1, maka dermaga layak untuk diimplementasikan”.
Nantinya, dermaga dengan panjang sekitar 40 meter dan lebar 1 meter itu hanya perlu disejajarkan dengan posisi kapal pengangkut sapi, hingga memudahkan aktivitas bongkar muat di pelabuhan. Dermaga tersebut diperkirakan mampu memuat 30 hingga 100 ekor sapi untuk setiap bongkar muat.
Dengan bimbingan Achmad Mustakim dan Eka Wahyu Ardhi, Alwi juga mengantisipasi kemungkinan adanya ombak yang dapat mengenai dermaga apung. Untuk penunjang sruktur, bangunan dermaga ditambah dolphin di beberapa sudut pelabuhan. Tuturnya: “Dolphin ini akan berfungsi menahan ombak agar tak langsung mengenai dermaga”.
Ke depan, mahasiswa asal Banyuwangi ini berharap agar ide karyanya tersebut tidak hanya berhenti sebagai hasil penelitian TA saja, melainkan dapat diimplementasikan secara langsung di Pelabuhan Rakyat Dungkek atau pelabuhan lainnya yang mengalami masalah yang sama. (Erick Arhadita)