JAKARTA – MARITIM : Sejalan dengan rencana pembangunan kereta semi cepat Jakarta-Surabaya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus melanjutkan negosiasi dengan pihak Jepang. Disebut kereta semi cepat karena laju tempuhnya “hanya” sekitar 140 km/jam. Budi Karya Sumadi Menteri Perhubungan menjelaskan, terdapat beberapa poin yang tengah dinegosiasikan dengan fihak Jepang, seperti masalah harga dan peningkatan local content, muatan lokal. Ungkap Menhub: ” Kalau dulu konsep lokal kontennya 70:30, pada saat ini kita sedang minta agar ditingkatkan jadi 60:40. Karena utu perdebatannya tidak mudah”.
Kecuali hal itu, negosiasi yang dilakukan juga soal peningkatan jumlah pekerja lokal dan juga mengenai nalai investasi. Diperkirakan proyek ini perlu dana sekitar Rp 90 triliun. Menurut Menteri, prosesnya sekarang sedang finalisasi dengan Jepang dan sedang diatur mengenai angkanya, dengan prediksi hingga pertengahan tahun 2019 ini sudah akan dapat mulai membangun konstruksi.
Terkait dengan waktu pembangunannya, Menhub mentargetkan kereta semi cepat ini akan dapat diselesaikan dalam tiga tahun ke depan. Kendati saat ini Jakarta-Surabaya sudah tersambung jalan tol, namun menurut Menhub kereta semi cepat ini dinilai masih layak. Ujarnya: “Masih layak, karena jarak Jakarta-Surabaya yang sekitar 800 Km, bila ditempuh dengan kecepatan 140 km/jam akan dapat dicapai dalam waktu 5,5 jam. Ini juga nantinya akan dapat menambah pilihan kepada masyarakat yang akan bepergian”.
Bor Raksasa: Dalam pada itu, pelaksanaan konstruksi proyek kereta cepat Jakarta – Bandung yang sempat menghadapi situasi tarik-ulur, kini sudah mulai akan dikebut. Hal itu ditandai dengan tibanya peralatan Tunnel Boring Machine (TBM), alat bor yang didatangkan khusus dari Tiongkok dan telah mendarat di Lokasi Tunnel #1 Halim Km 3+600, Jakarta.
TBM KCJB tersebut diberangkatkan dari Zhanghuabang Wharf, Shanghai, menggunakan kapal ‘Phoenix Pine’ ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Proses administrasi maupun pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh Bea Cukai Kantor Pelayanan Utama, Tanjung Priok, mendukung tibanya TBM di lokasi Tunnel #1 Halim dengan tepat waktu.
Terkait hal itu, Chandra Dwiputra Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Kamis lalu menjelaskan: “TBM ini nantinya mampu membuat terowongan untuk dua jalur kereta dengan cepat dan aman, hingga saya yakin progres pembangunan kereta cepat yang ditargetkan 60% akan dapat tercapai”.
Metode Shield Tunneling dengan TBM yang merupakan tunnel boring machine super besar berbobot 3.649 ton dengan diameter 13,19 m dan panjang 105 m ini akan beroperasi mulai dari daerah Halim. Cara kerja mesin bor ini menggunakan Metode Shield Tunneling untuk pengerjaan konstruksi terowongan sepanjang 1.885 m yang merupakan bagian dari 22 titik penting pekerjaan konstruksi KCJB. Pengerjaannya menggunakan metode Shield Tunneling, karena terdapat titik kritis berlokasi di Km 3+600 melewati jalan tol Cikampek dan overpass jalan arteri Jatiwaringin yang merupakan titik paling padat mobilisasi warga DKI Jakarta ke daerah hinterland di Bekasi dan Bandung. (Mrt/2701)