Populasi Ikan Dunia Menurun, di Indonesia Justru Meningkat

Populasi ikan dunia yang kian menyusut
Populasi ikan dunia yang kian menyusut

SURABAYA – MARITIM : Tampaknya, kedepan manusia tak lagi dapat mengandalkan sumber pangan yang berada di daratan. Sebagai gantinya, hasil yang dikenal kaya nutrisi, menjadi harapan utama. Namun ternyata populasi ikan di lautan juga kian menyusut jumlahnya, bahkan diperkirakan menuju pada tingkat yang mengkhawatirkan. Karenanya, semua fihak menyetujui untuk bertindak lebih cepat untuk menyelamatkan ekologi sumber daya kelautan, agar kondisi ini tak makin memburuk dan memberi dampak terhadap mereka yang berada di rantai makanan yang lebih tinggi, salah satunya manusia.

Kesimpulan itu terungkap berdasar data yang dikumpulkan sepanjang tahun 1930 s/d 2010. Dalam rentang waktu tersebut, populasi ikan di laut dunia menurun sebanyak 4,1%. Ujar Chris Free, peneliti utama studi sumber daya kelautan yang datanya selalu menjadi acuan: “Penurunan 4% itu terdengar kecil, tetapi 1,4 juta metrik ton ikan dari tahun 1930-2010 merupakan angka yang besar. Apalagi ikan merupakan salah satu sumber protein hewani untuk dunia. Tren kian merosotnya popu;asi ikan ini tentu mengkhawatirkan”.

Menurunnya jumlah populasi ikan nantinya akan berimbas pada sekitar 56 juta orang di seluruh dunia yang menggantungkan hidupnya pada industri perikanan. Para peneliti pun mengungkapkan jika menyusutnya populasi ikan terjadi disebabkan perubahan iklim serta penangkapan ikan yang berlebihan (over fishing). Para peneliti mencermati bagaimana pemanasan laut memengaruhi 235 populasi ikan di seluruh dunia, yang meliputi 124 spesies di 38 kawasan ekologis. Termasuk juga beberapa krustasea dan moluska. Ungkap Olaf Jensen salah satu peneliti dari Rutgers University di New Jersey yang menyebutkan: “Banyak spesies yang sebelumnya mendapat manfaat dari pemanasan global, akhirnya ikut menurun populasinya karena suhu yang terus meningkat”.

Suhu perairan yang kian hangat, biasanya merupakan berita buruk bagi ikan, karena tak hanya mengandung lebih sedikit oksigen yang diperlukan, tetapi juga merusak fungsi tubuh mereka. Untung saja ada kabar baik juga dari penelitian ini. Banyak industri perikanan di seluruh dunia yang sudah mulai merespons pemanasan global dan mencoba mengelola dengan baik bisnis mereka. Kabar itu menjadi angin segar serta memberi harapan baru bagi populasi ikan untuk berkembang kembali.

Memungkasi penjelasan, Free mengatakan: “Kami merekomendasikan untuk mengurangi penangkapan ikan yang berlebihan, serta membangun kembali industri perikanan dengan memperhitungkan perubahan iklim dalam manajemen usaha mereka”.

Ikan hasil tangkapan nelayan, untuk ekspor

 

Kesulitan Mendata

Sebagai otoritas tertinggi di sektor perikanan, Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan, melalui akun Twitter-nya menyebut bahwa sejak dilakukannya langkah-langkah law enforcement di kementerian yang dipinpoinnya, populasi ikan di lautan Indonesia menunjukkan peningkatan lebih dari dua kali lipat. Kondisi ini terjadi saat populasi ikan di lautan dunia justru turun drastis. Tulis Menteri Susi pada Rabu (13/3/2019) malam:  “Betapa beruntungnya Indonesia, pada saat terjadinya rantai pasok perikanan global, kita justru malah mencatat kenaikan lebih dari dua kali lipat”.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalahg: apa yang terjadi dan apa yang dilakukan oleh pemerintah sehingga Indonesia mampu berada pada taraf ini?

Berdasar penjelasan Nilanto Perbowo Sekretaris Jenderal KKP, terdapat beberapa hal yang membuat populasi ikan di laut Indonesia mengalami peningkatan saat ini, dan tidak terjadi di laut dunia. Faktor itu mulai dari regulasi penangkapan, upaya penegakan hukum dan kondisi ikan itu sendiri.

Penangkapan saat ini, ditentukan kapal penangkap ikan maksimal berbobot 150 Gross Tonnage (GT), dari sebelumnya 600-700 GT. Sementara kapal pengangkutnya, dari yang semula berbobot 2.000-3.000 GT, saat ini dibatasi maksimal berbobot 200 GT. Kata Nilanto: “Yang kedua melarang pengoperasian jenis  alat tangkap trol atau pukat harimau atau pukat ikan. Yang ketiga, pelarangan kegiatan alih muatan ikan (transhipment) di tengah laut”.

Praktik alih muat ikan tangkapan di tengah laut, selama ini menyulitkan bagi pemerintah dalam mendata secara pasti berapa jumlah ikan yang ditangkap. Saat ini Indonesia sudah tidak mengizinkan aktivitas itu, hingga jumlah ikan yang tertangkap lebih terdata. Terang  Nilanto lebih jauh: “Selama ini dunia kesulitan untuk memantau hasil tangkapan ikan yang dialihmuatkan di tengah laut. Ikannya enggak terdata jumlahnya. Kondisi itu diperparah oleh hasil tangkapan di lautan yang lebih banyak dibawa ke negara asal kapal, serta tanpa adanya kontribusi bagi negara tempat dilakukan penangkapan”.

Rumput laut, salah satu unggulan ekspor Indonesia

Komoditas Ekspor

Fenomena karut mat=rut yang cukup lama terjadi di sektor perikanan di Indonesia, kini makin berubah. Sebaghai contoh, hasil tangkapan ikan oleh para nelayan di Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Barat (Sulbar) saat ini sudah kian melimpah. Nelayan dapat menangkap hingga 11 ton ikan per hari. Kebanyakan ikan yang ditangkap adalah jenis tuna dan cakalang. Dengan tangkapan ikan yang melimpah ini, negara dapat melakukan eksportasi hasil Indonesia ke pasar Asia dan Eropa.  Kepala Unit Perum Perikanan Indonesia cabang Makassar Indar Wijaya mengatakan, pasokan ikan berlimpah sejak aksi pengeboman berkurang dan penggunaan pukat harimau dilarang oleh Menteri Kelautan dan Perikanan.  Ketika ekosistem laut terjaga, otomatis tangkapan nelayan pun ikut meningkat.

“Setiap harinya, para nelayan di Sulsel dan Sulbar dapat menangkap ikan sebanyak 11 ton. Mereka menangkap ikan dengan memancing di perairan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, Bone di Sulsel, serta perairan Sulawesi Barat di Majene” kata Indar, Selasa (12/3/2019) lalu.

Tangkapan nelayan yang melimpah saat ini adalah jenis ikan tuna dan cakalang. Tangkapan ikan nelayan kemudian dibeli oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Perikanan Nusantara.  Setelah dibekukan di Pelabuhan Untia yang diresmikan Presiden Joko Widodo beberapa tahun lalu.  Selanjutnya, ikan beku tersebut dibawa ke Surabaya dan Jakarta untuk proses pengalengan. Jika sudah dikalengkan, ikan-ikan tersebut diekspor.

“Negara yang paling tinggi permintaan ikannya yakni negara Jepang, seperti pada bulan Maret lalu hingga mencapai 200 ton” ungkap Indar Wijaya.

Sementara untuk konsumsi warga, tangkapan ikan dari nelayan ini dibawa ke Kota Makassar melalui jalur darat.  Sebelumnya diberitakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk tahunb 2019 ini menargetkan total produksi perikanan akan mencapai 38,3 juta ton. Kinerja ini berasal dari perikanan tangkap, perikanan budidaya dan rumput laut. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, komposisi target produksi perikanan tersebut berasal dari 8,4 juta ton perikanan tangkap, 10,36 juta ton perikanan budidaya dan 19,54 juta ton rumput laut. (Erick Arhadita)

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *