Menperin : Produk Kerajinan Unggulan Narapidana Sudah Bisa Diekspor

Wapres Jusuf Kalla didampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto serta Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly meninjau stan peserta Pameran Produk Unggulan Narapidana 2019
Wapres Jusuf Kalla didampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto serta Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly meninjau stan peserta Pameran Produk Unggulan Narapidana 2019

JAKARTA – MARITIM : Produk-produk kerajinan unggulan yang berasal dari warga binaan pemasyarakatan (WBP) sudah dapat diekspor. Karena standar kualitas barang yang dihasilkan sudah memenuhi syarat untuk dipasarkan ke berbagai negara.

“Ini artinya, industri kecil dan menengah kita salah satu sektor yang tangguh,” kata Menperin, Airlangga Hartarto, pada pembukaan Pameran Produk Unggulan Narapidana 2019 di Jakarta, Selasa (26/3).

Sedangkan di tempat sama, Wapres Jusuf Kalla menilai, kreaktivitas WBP tidak lagi boleh dipandang sebelah mata. Sebab, beberapa produknya sudah diekspor.

Pameran Produk Unggulan Narapidana yang ke 7 diadakan di Gedung Kementerian Perindustrian ini, diikuti sebanyak 296 narapidana yang turut serta memamerkan produknya pada gelaran tersebut.

Airlangga menjelaskan, produk-produk yang sudah bisa diekspor tersebut, adalah mulai dari produk kerajinan berupa sarung tangan, kerajinan kayu, tikar kayu, hingga kerajinan kelapa. Karenanya, industri kecil dan menengah yang berasal dari narapidana itu bisa menjadi sektor tangguh menopang perekonomian domestik.

Untuk memperkuat pemasaran, sambungnya, Kementerian Perindustrian bakal menghubungkan penjualan produk-produk narapidana itu dengan pasar-pasar online atau marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, maupun blibli.com. Sehingga, dengan itu bisa tercipta konektivitas antara produsen dan pasarnya.

“IKM kita salah satu sektor tangguh dan produknya bisa dijual melalui online dan langsung diekspor. Tentu akan meningkatkan kepercayaan diri, tentu dia mempunyai kepercayaan diri setelah dia bergaul dengan masyarakat akan menjadi baik,” ungkapnya.

Menurutnya, pasar online kini menjadi suatu basis penting dalam memajukan industri dalam negeri, sekaligus sebagai uji coba produk dalam negeri kepada masyarakat luas khususnya untuk pasar dunia.

Terkait dengan pasar online ini, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka memiliki program e-Smart IKM. Yaitu sistem basis data IKM yang tersaji dalam bentuk profil industri, produk dan sentra yang diintegrasikan dengan marketplace yang sudah ada.

Kementerian Perindustrian fokus dalam menumbuhkan dan pengembangan wirausaha industri baru khususnya untuk menciptakan sektor industri kecil dan menengah (IKM). Potensi ini bahkan muncul dari WBP yang cukup banyak memiliki keterampilan dalam menghasilkan produk kreatif dan berdaya saing.

“Kami terus mendukung program graduasi ini. Artinya, agar warga yang sedang dibina di lembaga pemasyarakatan (lapas) punya jiwa wirausaha, sehingga nantinya ada kompetensi atau kemampuan dalam melanjutkan karier di luar secara mandiri.

Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly, menambahkan program ini diharapkan dapat mengubah paradigma masyarakat terhadap kinerja pemasyarakatan. Saat ini, ada lebih 256 ribu WBP.

“Sebetulnya kalau kita bisa melakukan kegiatan produktif, mereka ini adalah labor force yang sangat besar sekali. Untuk itu diperlukan langkah sinergi banyak pihak dalam menyediakan fasilitas dan pelaksanaan program yang strategis,” katanya.

Pada 2019 ini, Kemenperin menargetkan bisa mencapai total 10.000 peserta untuk ikut dalam program e-Smart IKM. (M Raya Tuah)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *