BADUNG BALI – MARITIM : Sejak beberapa tahun lalu, Pemprov Bali telah menerapkan sistem angkutan terpadu sebagai penghubung kota-kota Denpasar-Gianyar-Tabanan. Namun proyek itu, ternyata kurang mendapat respon di kalangan penduduk. Di antara penyebabnya adalah kalah bersaing dengan angkutan pariwisata, yang selain kondisi armadanya lebih baik, juga jadual pelayanan jalurnya lebih flksibel. Selain itu, rerata penduduk Bali saat ini telah memiliki kendaraan bermotor pribadi, dalam bentuk sepeda motor atau kendaraan roda empat.
Akibat dari tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Bali, maka yang segera menjadi “korban” adalah angkutan penumpang umum dalam kota (angkot) dan angkutan penumpang antar kota dalam provinsi yang dilayani oleh kendaraan-kendaraan ¾ yang dioperasikan usaha swasta. Demikian pula untuk angkutan kota antar pulau yang dilayani oleh bis-bis Damri serta usaha swasta lainnya, yang saat ini berada dalam kondisi hidup segan mati pun enggan. Kondisi ini diperparah dengan dipindahkannya terminal bis antar kota dari Ubung di dalam kota Denpasar ke Mengwi di Kabupaten Badung.
Namun, dalam perkembangannya yang terakhir muncul prakarsa dari pengelola Bandar Udara (Bandara) Internasional I Gusti Ngurah Rai yang sedang menjajaki kerja sama dengan pengelola bus Damri dan Sarbagita untuk penyediaan angkutan penumpang di bandara.
General Manager (GM) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Haruman Sulaksono mengatakan kondisi ini dilatarbelakangi semakin kroditnya jumlah penumpang dan menjadi temuan Skytrax yakni perusahaan yang melakukan riset mengenai maskapai penerbangan, bahwa Bandara Ngurah Rai, Bali belum menyediakan jasa angkutan massal bagi penumpang.
Jelas Haruman Sulaksono: “Kami akan mencoba mengaktifkan kembali kendaraan bis. Tentunya, dengan ukuran Bus akan disesuaikan dengan kapasitas di Bandara yang saat ini semakin krodit”.
Seandainya, kata dia jika Sarbagita maupun Damri tidak bersedia, maka pihaknya akan coba menggandeng anak perusahaan yang telah dikoordinasikan sebelumnya untuk menyediakan armada. Mengenai pelaku transportasi yang telah ada saat ini di Bandara I Gusti Ngurah Rai Haruman menegaskan tidak akan ada masalah, karena berdasar data jumlah penumpang di Bandara I Gusti Ngurah Rai akan tetap alami pertumbuhan. Ujarnya: “Di Bandara I Gusti Ngurah Rai, jika dilihat ada sebesar 8% peningkatan jumlah penumpang di tahun ini, bila dibanding dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, penumpang nantinya akan dapat memilih mode transportasi yang umum ini”.
Bandara Ngurah Rai akan menyediakan lima armada untuk angkutan massal, tetapi hal ini masih tetap dipelajari lagi dari segi akses atau aktiviatas Ngurah Rai yang terlihat begitu padat. Imbuh GM Bandara Ngurah Rai: “Jangan sampai saat ditambah bis malah akan menambah kekroditan, atau kepadatan di Bandara I Gusti Ngrah Rai. Sedangkan di sisi lain, kami akan menambah jadwal agar frekuensinya tidak sering sehingga, tidak menganggu”.
Haruman Sulaksono menyatakan optimis, tidak akan ada kerancuan jika terealisasi nantinya. Tentu sebelumnya akan dilakukan pendekatan-pendekatan pada pengusaha transportasi yang telah ada saat ini di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Katanya: “Mau tak mau, suka tidak suka, kedepan kita tentu akan menerima perubahan, utamanya yang berbasis teknologi”.
Ditambahkan, keragaman transportasi menjadi penilaian poin pada pelayanan di Bandara Internasional. Yaitu, tidak boleh ada monopoli pada salah satu transportasi. Hal tersebut merupakan nilai bagi Bandara berstandar internasional. Jadi, menurutnya tidak perlu ada monopoli pada salah satu jenis transportasi saja. Bandara I Gusti Ngurah Rai yaitu tetap berorientasi pada peningkatan pelayanan. Ujarnya pula: “Semua akan diserahkan kepada pengguna jasa, terutama untuk memilih jenis transportasi apa yang mereka kehendaki”.
Serah Terima GM :
Sementara itu, tampuk kepemimpinan Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai berpindah dari Yanus Suprayogi ke Haruman Sulaksono. Seusai serah terima jabatanb, Haruman Sulaksono mengatakan bahwa di tahun 2018 merupakan tahun capain terhebat bagi bandara Ngurah Rai dibawah pimpinan Yanus Suprayogi. Tahun lalu, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali mengalami peningkatan trafik sebesar 13% dibanding tahun sebelumnya, yaitu sejumlah 23,7 juta penumpang yang telah terlayani, termasuk di dalamnya sejumlah 6 juta kunjungan wisatawan mancanegara.
Ujar Haruman Sulaksono: “Selama lima tahun terakhir, jumlah penumpang Bandara Ngurah Rai terus mengalami peningkatan. Bahkan, ketika bandara lain mengalami penurunan. Hal itu terbukti, selama periode Januari-Februari 2019, Bandara Ngurah Rai telah melayani 3.603.624 penumpang atau naik 8% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk itu saya bertekad fokus meningkat capain tahun ini, menjadi pemimpin bandara utama dan tulang punggung dibutuhkan kerja keras ekstra tetapi hal tersebut terbuki mampu dihadapi dengan baik oleh pendahulu yang saya hormari Bapak Yanus Suprayogi”.
Terkait hal itu, Yanus Suprayogi katakan sasaran Bandara Gusti Ngurah Rai tak akan tercapai tanpa kerja sama semua pihak, dari sisi operasional maupun penyelenggaraan hukum. Maka diingatkan, kedepan kemungkinan akan kian banyak permasalahan yang harus dihadapi dan diharap dapat diselesaikan.
Pungkas Yanus: “Tugas kami pun sampai di sini, karena harus memasuki pensiun, setelah selama ini menerima kepercayaan yang luar biasa”. (Erick Arhadita)