BOGOR – MARITIM : Tingginya jumlah kematian ibu melahirkan (Jamilah) di Indonesia jadi momok tersendiri bagi kalangan keluarga. Bahkan, menurut data World Health Organization (WHO), jumlah kematian ibu melahirkan pada 2016 lalu menduduki peringkat kedua di ASEAN.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) mendorong penggunaan teknologi Alat Mekanik Multifungsi Pedesaan (AMMDes) di berbagai desa di Indonesia. Ketangguhan mesin AMMDes dan luasnya daya jelajah yang dimilikinya digadang-gadang mampu mengurangi Jamilah.
Bahkan, salah satu lembaga kesehatan internasional, United States Agency for International Development (USAID) juga berencana menggunakannya sebagai ambulance feeder di wilayah-wilayah yang bermedan berat dan juga minim infrasuktur jalan.
Direktur Industri Maritim Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (IMATAP), Ditjen ILMATE Kemenperin, Putu Juli Ardika, mengatakan fleksibilitas desain dan ketangguhan yang dimilki AMMDes dapat dimanfaatkan oleh perangkat desa dan masyarakat untuk sama-sama mengurangi Jamilah.
“Teknologi yang ada di AMMDes sama dengan teknologi yang ada di kendaraan 4 WD (Wheels Drive). Sehingga memiliki kekuatan yang sangat cocok untuk menembus medan berat dan menjemput/mengantar ibu hamil ke rumah sakit terdekat. Jadi kita bisa bersama-sama mengurangi Jamilah,” katanya saat Workshop & Family Gathering Forum Wartawan Industri di Puncak, Bogor (12/4).
AMMDes juga dilengkapi sistem keamanan yang sangat baik, karena keempat bannya sudah dilengkapi disc brake dan mampu melaju hingga 55 km/jam. Unit dan suku cadangnya didominasi pabrikan dalam negeri. Dilengkapi juga teknologi engine power take off (PTO), sehingga membuat unit tidak mudah slip saat berhadapan dengan medan licin.
Melalui AMMDes juga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas petani di desa. Sifatnya yang multiguna membuatnya punya keunikan tersendiri yang tidak dimiliki jenis mobil pedesaan lainnya.
Putu menambahkan, melalui AMMDes petani dapat menikmati hasil tanamnya dengan lebih baik.
Mengacu data riset Kemenperin di Sukabumi dan Cianjur, Jawa Barat, rata-rata ongkos angkut hasil bumi ke kota sekitar Rp1,7 juta per bulan. Hal itu disebabkan oleh kecilnya ruang pengangkutan, maklum selama ini para petani menjual hasil taninya ke kota menggunakan sepeda motor.
Sehingga jarak pengangkutan jadi “terlihat” lebih jauh, karena petani harus bolak-balik mengantar dan menjemput kembali hasil taninya. Namun dengan AMMDes, ongkos kirim menyusut jadi Rp900 ribu-an.
“Karena itu mengapa dalam AMMDes 2nd Summit akan kita undang seluruh stakeholder, karena kita ingin benar-benar membantu masyarakat dan mengubah pandangan masyarakat tentang teknologi. Ditambah konsep membangun dari desa juga sesuai dengan Nawacita pemerintah yang ingin mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui penguatan konektvitas dan kemaritiman,” jelas Putu.
Genjot Penjualan
Sementara Presiden Direktur PT Kreasi Mandiri Wintor Indonesia (KMWI), Reiza Treistanto, menuturkan melalui AMMDes produktivitas petani dan IKM bisa semakin terdorong. Pasalnya, terdapat 63 perusahaan lokal yang terkait dalam proses pembuatan AMMDes, ditambah efek dominonya yang bisa dirasakan masyarakat luas.
“AMMDes dijual juga beserta aplikasinya. Aplikasinya dibuat anak bangsa, mulai dari mesin pengolahan beras, pengolahan jagung, pengolahan kopi dan masih banyak lagi. Jadi multiplier effect-nya dapat dirasakan oleh semua,” katanya dalam kesempatan sama.
KMWI selaku produsen AMMDes mulai berencana menggenjot penjualan di berbagai wilayah. Tingginya potensi penjualan dan banyaknya efek positif yang bisa dihasilkan dari hadirnya AMMDes di pedesaan jadi salah satu alasan perusahaan untuk memaksimalkan ragam jalur pemasaran yang dimilikinya.
Saat ini, KMWI memiliki kapasitas produksi sebanyak 3.000 unit per tahun. Rencananya, perusahaan akan meningkatkan kapasitas terpasang jadi 12 ribu unit per tahun di 2020.
Perseroan membagi segmen pemasaran jadi dua bagian. Pertama melalui pemerintah dan kedua dengan menjual secara perorangan ke masyarakat di desa. Target penjualan di segmen pemerintah, pada bulan ini KMWI berencana mendaftarkan AMMDes dalam katalog elektronik atau e-catalogue, sehingga kementerian atau lembaga pemerintah lain yang ingin membeli dapat mengakses melalui Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Sedangkan penjualan langsung ke masyarakat, KMWI melalui salah satu entitas usahanya, PT Kiat Mahesa Wintor Distributor (KMWD).
Reiza menambahkan, di Indonesia terdapat 74 ribu desa, jika setiap desa melakukan pemesanan sebanyak 2 unit, tentu jumlahnya akan sangat signifikan.
“AMMDes merupakan solusi untuk mengurangi kesenjangan dari desa. Jika perusahaan swasta juga memikirkan hal sama dan menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk membeli AMMDes, maka masyarakat desa bisa jadi lebih sejahtera,” ungkapnya.
Saat ini, AMMDes baru tersedia dalam model off road, namun KMWI tengah berencana meluncurkan AMMDes untuk on road. (M Raya Tuah)