JAKARTA – MARITIM: Arus mudik/balik setiap tahun pada libur Hari Raya Idulfitri di Indonesia, menjadi tradisi yang mengakar. Sejalan dengan kian baiknya infrastruktur, maka tiap tahunnya selalu terjadi peningkatan dalam jumlah. Untuk tahun 2019 diprediksi akan tercapai jumlah 32 juta orang. Mereka akan pulang terutama dari Jakarta dan sekitarnya menuju berbagai kota di Jawa dan Sumatera serta daerah lain di Indonesia. Selain itu, juga terdapat pemudik dari Kalimantan (Selatan, Tengah, Timur), Sulawesi, Maluku, NTB dll, menuju ke kota-kota di Pulau Jawa.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Dirjen Hubdat Kemenhub) Budi Setiyadi pada Rakor Angkutan Lebaran 2019 di Kemenhub Senin (22/4/2019) yang lalu memaparkan:“Pemudik dengan berbagai moda angkutan umum, diperkirakan mencapai kisaran 22 juta orang. Mereka meliputi pengguna matra darat 4.68 juta orang, kereta api 6.4 juta orang, kapal laut 1.8 juta orang, kapal roro 4.5 juta orang dan pesawat udara 5.7 juta orang. Sementara itu, pemudik dengan kendaraan pribadi diproyeksikan sebesar 3.7 juta orang dan pengguna sepeda motor sebanyak 6.8 juta, atau perkiraan awal 10 juta orang”.
Menurut Dirjen, yang perlu diwaspadai adalah, shifting atau perpindahan penumpang ada moda udara dan lainnya ke angkutan darat. Semua harus diantisipasi, meski mayoritas pemudik menggunakab moda darat. Penyebabnya ialah, saat ini tiket pesawat mahal dan kapasitas KA terbatas. Saat itulah orang akan banyak beralih ke moda darat. Karenanya operator angkutan darat melalui Organda diharap menyiapkan antisipasi dengan baik.
Menjelang mudik Lebaran 2019, armada angkutan umum yang disiapkan menurut Dirjen Budi cukup besar. Moda darat disiapkan 49.613 bus, kapal roro 207 unit. Kemudian pesawat terbang sebanyak 557 unit di seluruh Indonesia, kapal laut 1.293 unit, dan KA sampai ratusan unit termasuk lokomotif dan SDMnya.
Via Ruas Tol: Sejalan dengan selesainya pembangunan jalan tol Trans Jawa dan sebagian Sumatera, menurut Dirjen Budi, akan kian banyak pemudik menggunakan matra darat terutama kendaraan pribadi. Sehubungan dengan itu, Dirjendat berucap: “Mulai dari Terbanggi Besar Lampung sampai Grati dan Malang Jawa Timur sudah terhubung jalan tol yang baik dan nyaman. Saat itulah diproyeksikan akan kian banyak pemudik menggunakan mobil pribadi untuk mudik Lebaran nanti” papar Dirjen Budi.
Masih menurut Dirjendat, berdasar prediksi dan hasil studi Balitbanghub, sebanyak 40% pemudik akan pulang melalui jalan tol Trans Jawa. Peluang pendapatan besar tetapi resiko di jalan tol juga cukup besar. Karenanya harus diantisipasi dengan baik, mulai di gerbang tol, exit serta saat melaju di jalan tol. Jangan sampai melebihi batas kecepatan yang memicu terjadinya kecelakaan. Menurutnya, Dirut Jasa Marga dan staf harus mempersiapkan diri dengan baik. Intinya pelayanan di jalan tol harus makin baik, lancar dan selamat.
Dirjen Budi menilai, terdapat beberapa titik krusia rawan macet termasuk di ruas tol Trans Jawa. Mulai gerbang tol (GT) keluar Jakarta, kemudian simpang tol ke Bandung, Cikampek, Brexit, Tegal dan seterusnya. Namun yang paling krusial adalah beberapa GT di Jateng, yaitu GT Kali Kangkung Semarang, GT Salatiga dan GT Colomadu Surakarta yang harus diantisipasi dengan baik, agar jangan sampai menjadi masalah, ketika saatnya tiba.
Pungkas Dirjen Hubdat: “Yang tak kalah krusial, adalah exit tol mulai dari Cikampek, Brexit, Kali Kangkung dan lainnya. Untuk itu harus disiapkan antisipasi dengan baik, antara lain dengan rekayasa lalu lintas sejak dini, agar arus mudik dan balik Lebaran berjalan lancar”.
Moda Darat & Udara
Kementerian Perhubungan menilai angkutan darat dan udara akan jadi primadona pilihan masyarakat saat mudik Lebaran 2019. Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan menuturkan dengan adanya penambahan ruas jalan tol yang sangat masif maka moda angkutan darat akan hadapi perubahan signifikan. Pada Rapat Koordinasi Persiapan Angkutan Lebaran Terpadu, Senin (22/4/2019) Menhub katakan: “Antusiasme makin tinggi, maka antisipasi tak akan seperti sebelumnya yang hanya soal kemacetan. Kini juga terdapat isu-isu berkaitan dengan keselamatan. Karena itu perlu kerja sama dari Polri dan asosiasi angkutan”.
Menhub juga berharap, pengguna angkutan darat dapat memindahkan angkutan individu ke angkutan massal, terutama penggunaan motor. Untuk itu sudah dikampanyekan agar tak menggunakan motor, tanpa bilang tidak boleh. Salah satu pemecahan masalahnya, dapat melibatkan banyak institusi swasta yang punya kapasitas CSR untuk masyarakat, dengan adanya tol terdapat potensi besar memaksimalkan bus. Dengan demikian kapasitas jalan tol akan naik, dan mereka dapat lebih cepat dan lebih banyak penumpang yang dapat diangkut.
Menhub juga paparkan, bahwa dengan moda transportasi udara yang juga memiliki potensi peningkatan jumlah penumpang. Lebih lagi, moda transportasi udara sebagai satu potensi, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan. Untuk itu, diminta pilot juga melakukan evaluasi, tes atau random, diamati pola kegiatan pilot kalau ada yang tidak baik. Secara khusus Menhub akan bicara dengan maskapai penerbangan, agar mereka tetap dapatkan harga lebih pantas, tanpa mengorbankan kepentingan masing-masing pihak.
Diprediksi bahwa populasi yang akan melakukan mudik pada 2019 di wilayah Jabodetabek sebanyak 3.465.458 rumah tangga, dengan total populasi pemudik sebanyak 14.901.468 orang atau 44,1% dari total penduduk Jabodetabek tahun 2018 sebanyak 33.759.549 orang. Karakteristik penggunaan moda transportasi oleh para pemudik Jabodetabek, terbanyak menggunakan bus sebanyak 4.459.690 orang (30%), mobil pribadi sebanyak 4.300.346 orang (28,9%), kereta api sebanyak 2.488.058 orang (16,7%), pesawat sebanyak 1.411.051 orang (9,5%) dan menggunakan sepeda motor sebanyak 942.621 orang (6,3%), dan sisanya
menggunakan moda transportasi lain. “.***Mrt/2701