Majalengka, Maritim : Untuk menjamin ketersediaan stok pangan yang cukup, terutama beras untuk kebutuhan penyaluran di seluruh wilayah Indonesia dan turut berperan serta dalam usaha memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi sosial masyarakat/lingkungan sekitar, maka Perum Bulog melakukan teknologi penanganan pasca panen padi bersama kelompok kewirausahaan pertanian dengan Pemerintah Daerah Majalengka.
“Upaya itu berupa merevitalisasi sebanyak 66 unit mesin pengolahan padi (rice milling unit/RMU) senilai Rp237,6 miliar. Tujuannya adalah untuk mempercepat produksi sekaligus menciptakan efisiensi biaya produksi dalam menghasilkan beras hingga 30%,” kata Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perum Bulog, Imam Subowo, kepada wartawan, di Ligung, Majalengka, Jawa Barat, akhir pekan lalu.
Revitalisasi sarana pasca panen tersebut, menurutnya, memiliki beberapa manfaat. Yakni untuk memperoleh nilai tambah dari produk sampingan, yakni mener dan bekatul. Di samping itu, Bulog punya keleluasaan menentukan waktu kapan gabah tersebut diolah menjadi beras.
Hal lainnya, jika gabah kalau disimpan di gudang tetap memliki daya tahan lebih dari satu tahun. Berbeda dengan beras yang memiliki batas waktu. Bahwa ketika usia beras disimpan lebih dari empat bulan akan mengalami penurunan kualitas.
“Langkah ini dilakukan karena kami melihat ke depan itu Bulog mau tidak mau harus memanfaatkan teknologi dalam pengadaan, penyaluran, pengoperasian dan pengembangan di setiap lininya,” ungkap Imam.
Ditambahkan, revitalisasi terhadap 66 unit RMU pada 2019 ini, 33 unit di antaranya masuk dalam tahap pertama. Di mana lima unit sudah operasional.
Kapasitas produksi satu unit RMU sebanyak 3 ton per jam. Dalam sehari mesin akan beroperasi selama sepuluh jam sehingga akan menghasilkan beras sebanyak 30 ton.
“Untuk keperluan output tersebut, Bulog mengeluarkan investasi untuk satu unit mesin RMU sebesar Rp3,6 miliar,” hitungnya.
Di sisi lain, pengoptimalisasian pengadaan dari gabah kering panen (GKP) ini, Bulog dapat langsung melakukan pembelian kepada petani. Tidak seperti yang dilakukan selama ini di mana gabah yang diperoleh oleh Bulog diperoleh dari pengusaha penggilingan beras.
“Manfaat lainnya, kami juga memperoleh nilai tambah produk sampingan dari usaha mengolah gabah yang di beli dari petani, yakni berupa mener dan bekatul. Saat ini, beras bekatul dihargai Rp20.000 lebih per kg, jauh lebih mahal ketimbang harga beras medium yang berkisar Rp9.000-Rp10.000 per liter,” urai Imam.
Namun untuk itu, lanjutnya, antara Bulog, Pemerintah Daerah Majalengka dan BUMDes harus tetap menjaga kerja sama ini. Terutama dalam kelangsungan pasokan ke RMU.
“Dengan adanya konsep kewirausahawaan pertanian ini, maka petani tidak perlu khawatir menjual gabahnya, karena Bulog siap menjadi off taker,” tekan Imam.
Sementara bagi BUMDes, Bank Mandiri juga sudah siap memfasilitasi KUR buat modal kerja. Adapun potensi luas areal sawah yang dapat dikerjakan dengan konsep ini sebesar 1.650 ha.
Pada kesempatan sama, Imam menjelaskan, stok beras nasional saat ini mencapai 2 juta ton lebih dan Bulog memastikan puasa dan lebaran tahun ini aman. Yakni seperti di Jawa Barat pengadaan sebanyak 2.000 ton lebih per hari.
“Di Jawa Barat, jika cuaca cerah pasokan per hari mencapai 3.000 ton, sedangkan hari libur sekitar 1.500 ton,” katanya. (M Raya Tuah)