JAKARTA – MARITIM : Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Direkturat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan Muhammad Yusuf mengatakan bahwa sebanyak 1,29 juta metrik ton sampah setiap tahun disumbangkan Indonesia ke lautan. Dalam suatu diskusi tentang pengaruh sampah di lautan terhadap industri pariwisata di Denpasa Bali Jum’at (10/5/2019), ia menjelaskan: “Lebih dari 250 juta km2 wilayah lautan terdampak pencemaran. Dan mayoritas sampah yang terdapat di lautan berjenis sampah plastik”.
Diperkirakan, pada tahun 2050 akan lebih banyak lagi volume sampah dibanding dengan jumlah ikan di laut. Ia menyebut sudah banyak kerugian yang ditimbulkan dari banyaknya sampah di laut, terutama untuk biota laut.
Ungkap Muhammad Yusuf: “Diperkirakan pada tahun 2050, di laitan akan lebih banyak sampah dibanding dengan jumlah ikan. Fenomena itu mulai dapoat dicermati dengan kasus kematian ikan paus yang beberapa waktu lalu ditemukan di perairan Wakatobi. Pada waktu dilakukan nekropsi, pembedahan terhadap bangkai, ternyata di dalam perut ikan hiu itu ditemukan 5,9 kilogram sampah. Hal serupa juga terjadi pada penelitian penyebab kematian sejumlah penyu di pantai Jembrana, Nusa Penida dan lainnya di Bali, yang disinyalir sebagai akibat telah mengkonsumsi sampah. Dengan demikian, dapat disebut bahwa sampah tak hanya akan berdampak pada ekosistem dan kesehatan manusia saja, tetapi juga berdampak atau berimplikasi terhadap industri pariwisata hingga 5% dan pada kondisi terburuk dapat mencapai 8,4 sampai 25,8%.
Pada waktu dan kesempatan sama, Nicholas Mallos Direktur Trash Free Seas Program dari Ocean Conservancy mengatakan, jumlah sampah yang saat ini terdapat di lautan memang cukup mengkhawatirkan. Bahkan ia mengutarakan Indonesia termasuk salah satu negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia.
Ujar Mallos: “Tahun 2018, kami lakukan bersih pantai dan berhasil mengumpulkan 9.000 kilogram sampah plastik. Ini baru upaya yang kami lakukan dalam sehari. Masih ada lagi organisasi lingkungan lain yang juga melakukan aksi kebersihan yang sama, sehingga kami memperkirakan jumlah sampah plastik yang masuk ke lautan lebih banyak dari yang berhasil kita cegah lewat aksi bersih pantai”.
Ia menilai pemerintah bersama masyarakat Indonesia termasuk komunitas yang mempunyai kepedulian tinggi dalam penanggulangan sampah. Hal ini terlihat dari adanya kebijakan dari pemerintah dan upaya untuk mengurangi penggunaan produk plastik sekali pakai di pasar dan toko-toko swalayan.
Pungkas Nicholas Mallos: “Kami akan terus melakukan kerjasama dengan pemerintah dan organisasi lingkungan yang ada di Indonesia umumnya dan Bali khususnya, untuk kurangi sampah plastik. Kami tengah berupaya menangani persoalan utama yang menyebabkan sampah sampai di lautan”. (Adit/Dps/Maritim)