JAKARTA – MARITIM : Mahalnya harga tiket pesawat udara menjadi berkah tersendiri buat PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni). Penumpang maskapai pelayaran tersebut meningkat 39% terhitung sejak bulan Januari 2019 hingga saat ini. Kata Harry Boediarto Direktur Usaha Angkutan Kapal dan Tol Laut Pelni, usai peninjauan kesiapan angkutan Lebaran di Batam: “Dari bulan Januari sampai Mei 2019 sejalan dengan kenaikan besaran tarif penumpang pesawat udara, maka untuk moda transportasi kapal laut utamanya Pelni rerata terjadi kenaikan sebesar 39%”.
Dikatakan pula peningkatan jumlah penumpang tersebut bukan hanya terjadi di pelabuhan-pelabuhan besar, tetapi juga di pelabuhan-pelabuhan kecil di seluruh Indonesia.
Ujar Harry Boediarto: “Hampir semua rute di Indonesia, pelabuhan besar sampai ke daerah-daerah terpencil juga. Bahkan bukan hanya penbingkatan jumlah penumpang, .dengan adanya kebijakan bagasi berbayar di pesawat udara juga menjadi penyebab masyarakat cenderung memilih pengangkutan melalui kapal laut yang justru dalam biaya bagasi diberi kapasitas hingga 40 kilogram. Selain itu, melalui program pengiriman Pelni, Redpack, juga dapat memfasilitasi door to door, pengiriman barang sampai ke alamat yang dituju. Kadang penumpangnya duluan yang berangkat kemudian barangnya menyusul, atau kebalikannya. Untuk program ini, kami dapat layani hingga 100 kilogram”.
Cenderung Kritis
Terkait hal itu, Harry memperkirakan pergeseran penumpang dari pesawat udara ke kapal laut akan terus meningkat. Karena itu pihaknya berusaha untuk menyesuaikan fasilitas dan meningkatkan kenyamanan bagi pengguna jasa. Menurutnya, dengan peningkatan mutu pelayanan, maka diprediksi jumlah penumpang akan terus meningkat, dan fihaknya juga akan memberi kenyamanan selama pelayaran, anyata lain dengan menambah fasilitas hiburan. Upaya tersebut dimaksud untuk menyesuaikan karakter pengguna jasa kelas menengah atas yang cenderung kritis.
Sebelumnya Pelni menyatakan akan operasikan tiga kapal yang telah selesai melakukan docking tahunan menjelang pelaksanaan angkutan lebaran 1440 H/2019 M. Sebanyak tiga armada terdiri KM ‘Labobar’ tipe 3000 pax, KM ‘Awu’ serta KM ‘Bukit Raya’ yang merupakan kapal tipe 1000 pax. Pengoperasian tiga kapal tersebut dimulai Selasa (21/5) pekan lalu.
Yahya Kuncoro Kepala Kesekretariatan Perusahaan Pelni mengatakan bahwa kapal-kapal penumpang wajib dilakukan docking untuk pemeriksaan dan perawatan kelaiklautan yang meliputi keselamatan, kehandalan mesin, kelistrikan, AC dan perbaikan layanan terkait toilet setiap tahun. Jelas Yahya: “Sebelum dioperasikan, kapal sudah melakukan sea trial dan dinyatakan laik oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) sebagai lembaga independen untuk keselamatan kapal,” kata Yahya dalam keterangannya, Selasa (21/5/2019).
Kapal Premium
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta Pelni untuk menyiapkan kapal premium terkait peningkatan penumpang, karena pergeseran pilihan penumpang pengguna pesawat udara ke moda angkutan kapal laut. Ungkap Menhub: “Saya sudah sampaikan ke Pelni, bahwa sebagai BUMN angkutan penumpang kapal laut, tentu Pelni harus dipersiapkan karena jumlah kapalnya harus memadai, dengan kapal-kapal yang lebih berkelas premium”.
Disebutkan pula, pergeseran jumlah penumpang dari pesawat udara ke kapal laut saat ini memang belum begitu signifikan. Tetapi Pelni selaku penyedia jasa harus tetap melakukan inoivasi, seperti memperbanyak frekuensi dan meningkatan fasilitas. Pungkas Menhub: “Tentunya kalau frekuensi banyak seperti Medan-Batam ini, akan menjadi lebih ekonomis. Di satu sisi secara korporasi memberi suatu keuntungan, kedua masyarakat ‘enjoy’ seperti halnya kelas bisnis di tempat lain”.
Sementara itu, Dirjen Perhubungan Laut, Agus Purnomo menjelaskan kapal jarak pendek saat ini sedang dalam tren naik. Ujarnya di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Kepri, Sabtu (25/5/2019): “Kita belum memonitor (migrasi dari udara ke laut). Yang jelas tren seluruh kapal-kapal jarak pendek meningkat”.
Diurjen Hubla juga menjelaskan bahwa perpindahan penumpang dari moda transportasi udara ke moda transportasi laut, utamanya terdorong oleh faktor tingginya tarif maskapai penerbangan. Ia menyebut lebih dari lima rute pendek yang secara persentatif meningkat signifikan, seperti di Batam, Makassar, Dumai, Balikpapan, Banjarmasin, Ternate, hingga sampai ke Sorong. (Erick Arhadita)