BANYUWANGI – MARITIM : Setelah berhasil menggenjot pelbagai segmen pariwisata di kabupaten yang dipimpinnya, seperti wisata pantai, gunung, budaya, sampai dengan kuliner, Abdullah Azwar Anas Bupati Banyuwangi menyambut baik program akuakultur pengelolaan tambak udang yang ramah lingkungan dengan harapan tambak udang akan dapat menjadi alternatif wisata edukasi.
Dalam keterangannya di Banyuwangi, Jumat (23/6/2019) lalu, bupati yang biasa disapa akrab dengan panggilan Mas Anas menyampaikan, dengan pengelolaan yang baik, tambak udang dapat menjadi alternatif wisata edukasi, seperti tambak-tambak di luar negeri. Kata orang nomer satu di ‘Bumi Blambangan’ itu: “Ini program bagus, dan akan menjembatani bagaimana tambak ikan dapat tumbuh berdasar ekosistem yang terjaga, serta melibatkan banyak tenaga kerja. Kami yakin program ini akan memicu peningkatan produksi udang dari lahan yang sudah ada, tanpa harus menambah lahan dan sekaligus mereduksi polusi”.
Program akuakultur ini didukung oleh Walton Family Foundation, selain kerja sama dengan Pemkab Banyuwangi juga institusi filantropi Amerika Serikat. Kerja sama bidang akuakultur pengelolaan tambak udang ramah lingkungan ini juga menggandeng empat organisasi non-pemerintah (NGO/non-governmental organization) untuk menjalankan program budi daya perikanan tersebut.
Sementara itu, Direktor Program Kemaritiman dari Conservation International (CI) Indonesia Victor Nikijuluw mengatakan pihaknya telah bertemu dengan Pemkab Banyuwangi dan juga asosisasi petambak udang. Jelasnya: “Kami juga sudah menggelar kick-off meeting sebagai tanda bahwa program ini siap dimulai”.
CI Indonesia merupakan salah satu NGO yang diajak kerja sama dalam program yang didanai Walton Family Foundation, sebagai yayasan yang didirikan keluarga Walton, pendiri jaringan supermarket terbesar di dunia, Walmart. Pada tahun 2018, yayasan itu mengeluarkan hibah sebesar Rp.8,5 triliun untuk menjalankan misi sosial, termasuk program perikanan lestari di berbagai negara. Menurut Victor, program ini akan berjalan hingga dua tahun ke depan dan dalam kurun waktu itu, ada pendampingan penataan budi daya teknik, serta pengembangan kapasitas bagi para petambak, termasuk dengan pendekatan ekonomi kreatif. Ungkapnya: “Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas petambak udang dan produktivitas udang lewat pengelolaan tambak berkelanjutan. Tambak udang juga akan dikemas sebagai destinasi wisata yang menarik”.
Dalam pada itu, Manajer Kebijakan Karbon Biru dan Perikanan CI Indonesia, Audrie J Siahainenia menyampaikan bahwa program ini diawali dengan mengumpulkan data dasar tambak udang. Seperti karakteristik tambak udang, pengusahaannya juga merangkul rantai prdagang udang. Selain itu, juga berupaya memetakan peran dan keterlibatan pemangku kepentingan, mulai pemerintah, swasta, perguruan tinggi hingga masyarakat akuakultur.
Lebih jauh, Audrie menjelaskan: “Dari situ, kami menetapkan lokasi tambak yang menjadi percontohan. Kami monitor perkembangannya setelah satu atau dua siklus produksi pasca intervensi teknologi perbaikan tambak”.
Memungkasi penjelasan, Audrie berucap: “Luasan perikanan tambak udang di Banyuwangi tercatat 1.384 hektare, dengan produksi mencapai 19.700 ton. Dari angka tersebut, sekitar 19.200 ton diekspor ke luar negeri. Target dan harapan kami, di akhir program ini akan terjadi perkembangan produksi dengan pendekatan ramah lingkungan. Para petambak akan mampu mengatasi penyakit udang dengan cara ramah lingkungan dan lokasinya yang akan cukup menarik sebagaiu destinasi wisata baru”. (Adit/Dps/Maritim.)