GRESIK – MARITIM : Konektivitas antara Gresik sebagai ibukota kabupaten dengan kecamatan Bawean, acap kali menjadi masalah yang menjengkelkan. Sampai saat ini, mobilitas antar wilayah itu hanya dapat menggunakan moda transportasi kapal laut, karena keinginan membangun bandar udara komersial masih menjadi wacana. Selain masalah mendasar seperti itu, jalur penyeberangan Gresik-Bawean juga sangat tergantung kepada kondisi perairan yang pada saat-saat tertentu dapat terganggu tingginya gelombang serta kencangnya angin.
Oleh sebab itu, otoritas perhubungan kabupaten masih ragu menugasi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk bertindak jadi pengelola bisnis angkutan penyeberangan antar pulau (Jawa) dengan Bawean. Guna melayani kebutuhan aktivitas warga, sejak lama dilakukan berdasar kerjasama operasional (KSO) dengan badan usaha milik swasta (BUMS).
Untuk diketahui, sampai dengan beberapa waktu lalu penyeberangan dari Pelabuhan Gresik ke (kecamatan) kepulauan Bawean di layani dengan mengoperasikan tiga unit kapal cepat yaitu KM ‘Express Bahari’, KM ‘Natuna Express’ dan KM ‘Gili Iyang’. Namun sejak media Mei 2019 lalu, telah datang kapal ‘Blue Sea Jet’ milik PT Pelayaran Nasional Indonesia Tuju, yang direncanakan akan memperkuat armada penyeberangan yang ada. Pengoperasian kapal cepat tersebut, sedang dalam proses pengurusan ke KSOP Gresik.
Namun di sela-sela harapan akan kian lancarnya akses transportasi laut sebagai penghubung dua wilayah yang terpisah oleh jarak 80 mil laut dengan waktu tempuh sekitar 2,5 – 3 jam menggunakan kapal cepat itu, tiba-tiba sejakhari Rabu 28 Juni 2019, KM ‘Express Bahari; jurusan Gresik-Bawea tak beroperasi, tanpa ada penjelasan. Akibatnya, penumpang tujuan Bawean tidak terlayani. Selain itu juga tidak ada penjualan tiket.
Sebelumnya, memang telah beredar berita bahwa karena kondisi caca dengan tinggi ombak lebih dari 2,5 meter, maka akan dilakukan kebijakan ‘buka-tutup’ pelayaran Gresik-Bawean terhitung mulai 25 Juni 2019. Hal ini membuat para penumpang dari Pelabuhan Gresik menuju Bawean gigit jari akibat tidak beroperasinya kapal pada hari ini menuju Bawean. Sementara penumpang dari pulau Bawean menuju Gresik dilayani oleh kapal Blue Sea Jet.
Kepala Seksi (Kasi) Pelayaran Dinas Perhubungan Gresik, Muhammad Amri, membenarkan bahwa kapal ‘Express Bahari’ tidak beroperasi pada hari Rabu itu. Namun ia mengaku tak tahu pasti penyebabnya. Pihaknya masih tunggu teguran seperti apa yang akan diberikan kepada ‘Express Bahari’ yang tak melayani sesuai jadwal. Ujar Amri: “Sejauh ini, kami masih menunggu perintah dari Kadishub”.
Unjuk Rasa
Mensikapi kondisi yang terjadi, Jumat (28/6/2019) yang lalu, puluhan orang mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bawean Surabaya (IMBAS) bersama sejumlah warga masyarakat Bawean di Gresik dan Surabaya menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Gresik. Aksi demo ini terjadi setelah rencana audiensi yang sudah direncanakan sebelumnya, mengalami kegagalan sebab Kadishub Gresik tidak berada di tempat. Mencermati hal itu, secara spontan mahasiswa bersama warga langsung menggelar aksi unjuk rasa.
Dalam aksinya, mereka menuntut agar Dishub sebagai otoritas transportasi di Kabupaten Gresik segera merevisi jadwal tiga kapal cepat lintas Gresik-Bawean, karena mereka nilai jadwal yang berlaku saat ini masih banyak kekurangan. Ahmad Gazi Ketua IMBAS katakan, aksi kali ini bertujuan memberi masukan terhadap Dishub Gresik agar memberlakukan jadwal yang ideal untuk transportasi kapal lintas Gresik-Bawean. Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya ini mencontohkan kehadiran kapal baru ‘Blue Sea Jet’ seharusnya dapat menambah kapasitas angkut penumpang tujuan Gresik-Bawean dan sebaliknya. Dengan demikian, warga tidak lagi mengeluh kekurangan sarana armada kapal.
Jelas Gazi: “Jadwal yang diberlakukan dishub saat ini satu hari hanya ada satu kapal, sama sekali tidak menambah kapasitas angkut, meskipun kenyataannya sudah ada penambahan armada kapal”.
Berikut ini dua poin tuntutan mahasiswa kepada Dishub Gresik :
- Untuk keberangkatan kapal kembalikan menggunakan tren hari, karen hanya dengan tren hari inilah yang dapat dijadikan jadwal permanen.
- Kami memohon agar Dishub Gresik segera memasukkan (menyisipkan) jadwal baru bagi KM ‘Blue Sea Jet’ sebagai pelengkap jadwal yang lama.
Hal senada juga dikemukakan oleh Mohammad Salim, Ketua Asosiasi Kepala Desa (AKD) kecamatan Tambak, yang ikut berbaur bersama warga. Menurutnya dalam merumuskan jadwal kapal Gresik Bawean Dishub harus lebih berpihak kepada masyarakat. Ungkap Salim: “Dengan adanya kapal tambahan, seharusnya masyarakat kian banyak punya pilihan sarana transportasi. Tetapi dalam kenyataan jadwal yang ada sekarang justru makin membuat bingung warga, karena ketika melakukan reservasi tiket tak jelas untuk hari apa dan kapal apa yang beroperasi”.
Menanggapi aksi demo mahasiswa bersama warga, Agustin Halomoan Sinaga Sekretaris Dishub Kabupaten Gresik berjanji akan segera membahas masukan dari peserta aksi untuk dibawa ke forum rapat bersama masing-masing operator kapal dan pihak KSOP. Pungkas Sinaga: “Masukan yang berasal dari masyarakat bersama mahasiswa sudah kami terima. Untuk itu, kami berterima kasih. Selanjutnya masukan ini akan segera dibahas secepatnya dalam rapat, setidaknya minggu depan”. (Erick Arhadita)