Tower Poros Maritim: Pusat Bisnis Maritim di Tanjung Perak

Topping off pembangunan Tower Poros Maritim
Topping off pembangunan Tower Poros Maritim

TANJUNG PERAK – MARITIM : Sekitar tiga dekade yang lalu, manajemen PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) telah mulai memperkirakan kemungkinan terjadinya kongesti di Pelabuhan Tanjung Perak yang sudah dibangun pada awal Abad ke-20. Hal itu disebabkan meningkatnya jumlah kunjungan kapal serta kian tingginya peroduktivitas bongkar muat barang, akibat bertambahnya kapal yang menjadi penghubung antara Asia dengan Eropa maupun Afrika, Amerika dan Australia.

Pelabuhan Tanjung Perak sebagai bandar utama kelolaan Pelindo III yang juga merupakan pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, dilengkapi dengan 6 terminal yang terdiri dari Terminal-terminal Jamrud, Mirah, Berlian, Nilam Timur, Intan dan Kalimas. Tetapi fak semua terminal tersebut dapat digunakan untuk kegiatan bongkar muat petikemas, yang makin menjadi pilihan para pemilik barang dalam mengirimkan komoditas mereka.

Read More

Kendati sejak tahun 2008 terjadi krisis keuangan global, tetapi arus kapal dan barang melalui Tanjung Perak tak mengalami penyusutan. Arus kapal sepanjang 2008 tercatat 15.399 unit dengan GT 62.008.460, terdiri dari 2.346 unit/GT 28.061.362 kapal luar negeri dan 13.053 unit/GT 33.047.098 kapal domestik. Dalam perkembnangannya, Sampai dengan Oktober 2009, sudah tercapai kunjungan kapal sebanyak 12.333 unit/GT 51.753.475, dengan  kapal luar negeri 1.961 unit/GT 24.216.333 dan kapal domestik 10.372 unit/GT 27.519.143. Sedangkan bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Perak sepanjang 2008 tercatat 11.305.350 ton. Sementara itu, hingga Oktober 2009 sudah mencapai 8.589. 470 ton. Untuk kegiatan kapal Roll on/Roll off (Ro-Ro) tercatat 54.767 unit.

Rencana Pengembangan

Disebabkan terus meningkatnya arus kunjungan kapal dan bongkar muat barang, yang mempengaruhi tingkat penggunaan dermaga dan lapangan penumpukan (BOR/berth occupancy ratio dan YOR/yard occypancy ratio) yang kian terasa dan pada tahun 2003 sudah mencapai diatas 60%, maka manajemen Pelindo III memutuskan untuk segera melakukan pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak. Antara lain dengan cara penambahan fasilitas dermaga, alat bongkar muat petikemas dan general cargo, serta alat apung berupa kapal pandu dan kapal tunda.

Berdasar hasil survey tahun 1992 oleh konsultan independen Diagram dan ITS (Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya), direkomendasikan perlu segera mengembangkan Terminal Jamrud. Tetapi karena keterbatasan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) yang ada, maka terdapat 8 titik pilihan untuk membangun pelabuhan baru di luar pelabuhan eksisrting. Adapun lokasi yang direkomendasikan menjadi opsi yaitu di Gresik, Lamong Site, Teluk Lamong, Tanjung Sawo, Kalimireng Utara, Kalimireng Selatan, Ujung Pring dan Junganyar.

Sejalan dengan kondisi obyektif saat itu, manajemen Pelindo III memilih Kalimireng sebagai lokasi pengembangan pelabuhan. Pertimbangannya adalah selain kondisi perairannya yang sangat mendukung, juga terdapat kedekatan lokasi dengan Kawasan Industri Manyar yang mulai berkembang. Selain itu juga memiliki konnektivitas dengan jalan tol Surabaya- Gresik yang bersambung dengan ‘Jalan Daendels’ terus ke kota dan kabupaten Lamongan, yang dapat berlanjut ke Semarang, Ibukota Provinsi Jawa Tengah.

Wacana pembangunan pelabuhan baru pada lokasi Kalimireng sepanjang tahun 1994-1996 ternjata mendapat sambutan antusias dari calon investor dari dalam maupunb luar negeri. Tetapi akibat terjadinya krisi moneter serta perubahan peta politik pada tahun 1997-1998, rencana itu terpaksa tak dapat berlanjut. Namun setelah ‘badai’ reformasi reda, Pelindo III mulai menggenjot pembangunan pelabuhan baru di Teluk lamong, yang kini telah berhasil dioperasikan sebagai green port dengan dukungan peralatan berbasis komputer dengan mengandalkan peran teknologi informasi (IT). Disusul kemudian oleh siap dioperasikannya Java Industrial Integrated Port Estate (JIIPE) di Manyar, yang berhimpitan dengan lokasi terrekomendasi di Kalimireng.

Era Milenial

Terkait dengan rencana besat penbgembangan Pelabuhan Tanjung Perak, Ir. Sumardi Dirut Pelindo kala itu, sempat berucap kepada Maritim, Ujarnya: “Pembangunan pelabuhan baru sebagai pengembangan Tanbjung Perak, pada dasarnya adalah dalam rangka menjawab tantangan kebutuhan yang kian meningkat, serta keinginan kami dalam memberi layanan prima bagi pengguna jasa kepelabuhanan. Tetapi di samping itu, kami juga ingin menata sisi perairan Surabaya utara, agar di satu saat nanti dapat berpenampilan seperti Tokyo Bay di Jepang, yang sepanjang perairannya dipadati oleh industri kepelabuhanan yang tidak kumuh dan sangar !”

Meninjau Pelabuhan Tanjung Perak dari atas bangunan

“Mimpi” seperti itu, sudah digaungkan sejak Pelindo III dinakhodai oleh Herman Prayitno, dan diteruskan oleh Ir.Sumardi, Ferdinand Nainggolan, Bambang Darwoto hingga Djarwo Suryanto. Puncaknya terjadi ketika I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra, yang menerapkan gaya bisnis milenial dengan jargon beyon port of Indonesia. Diantara gagasannya yang dinilai inovatif, krama Bali yang lahir di Jakarta itu, ialah membangun perkantoran setinggi 23 tingkat di Tanjung Perak, guna menampung ruang kerja bagi seluruh pemangku kepentingan kepelabuhanan.  Terkait hal tersebut, Pelindo III segera merampungkan pembangunan Tower Poros Maritim yang akan menjadi menara pusat perkantoran urban pertama di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Proyek yang dirancang untuk memusatkan para pelaku bisnis di pelabuhan tersibuk kedua di Indonesia tersebut ditargetkan selesai pada 2020.

Tower Poros Maritim

Doso Agung, Direktur Utama Pelindo III, mengatakan bahwa di menara perkantoran setinggi 23 lantai tersebut, sekitar 40% atau dari lantai 16 hingga 23 rencananya akan dipakai untuk grup usaha Pelindo III. Jelasnya seusai acara topping off Tower Poros Maritim, Selasa (2/7) lalu: “Mulai lantai 17 hingga 23 Tower Poros Maritim, akan kami pergunakan menamping kesibukan kerja pegawai Pelindo serta anak-anak usahanya. Sedangkan 16 lantai ke bawah itu yang akan disewakan, dan hingga kini sudah terdapat 15%  yang menyatakan minat untuk menyewa, seperti dari sektor perbankan dan perusahaan sektor pelayaran”.

Lebih jauh, Doso Agung mengungkapkan gedung yang sebelumnya akan dinamai Pelindo Place tersebut kini diubah menjadi Tower Poros Maritim. Harapannya, gedung ini akan dapat menjadi ikon pusat bisnis maritim tidak hanya di Pelabuhan Tanjung Perak, tetapi juga di Indonesia. Ungkapnya: “Bangunan kalau sekedar bangunan dan tak dapat menginspirasi kita kan nilainya berkurang. Nah ini kami ingin bangunan ini agar mampu menginspirasi bagaimana mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim”.

Wilis Aji Wiranata VP Corporate Communication, dalam keterangan media menyatakan: “Efisiensi dan produktivitas tidak hanya diwujudkan di lapangan operasional, tetapi juga di sisi administrasi atau back office. Dengan nilai investasi yang mencapai lebih dari Rp 400 miliar, Tower Poros Maritim akan membuat koordinasi antar pemangku kepentingan yang ada di pelabuhan menjadi terpusat sehingga lebih efisien bagi semua, mulai dari regulator, operator, hingga pengguna jasa. Bahkan juga akan menjadi pusat pelayanan kepelabuhanan satu atap untuk para pengguna jasa, termasuk integrasi layanan kepabeanan”.

Dijelaskan bahwa bangunan Tower Poros Maritim akan dilengkapi dengan basement dan mezzanine di lahan seluas 11.000 meter persegi di sisi utara kota, sehingga memiliki panorama laut di sekelilingnya. Letaknya strategis karena menjadi satu-satunya landmark bisnis modern di Tanjung Perak dan kawasan utara Surabaya yang sangat dekat dengan pusat kota dengan jalur jarang sekali macet. Kemudian Tower Poros Maritim juga dapat diakses dari dua jalan yang mengapitnya.

Menurut Dirut Pelindo III, seiring dengan perkembangan tren dan sesuai kondisi lokasinya, menara dibangun dengan konsep eco green and smart building. Strukturnya akan dilapisi kaca ganda untuk mengurangi panas dari luar, namun tetap dapatkan pencahayaan alami yang cukup, hingga hemat energi. Area hijau berupa taman vertikal dengan pemanfaatan resapan air hujan untuk penyiraman tanaman juga akan menjadi penanda komitmen pengelolaan gedung yang ramah lingkungan. Aksesibilitas ruangan bisa dilakukan dengan menggunakan ponsel pintar sehingga mempermudah kontrol dengan kustomisasi sesuai kenyamanan penyewa.

Untuk ruangan kantor akan disiapkan secara bebas kolom. Hingga penyewa dapat mengatur tata letak denah ruang sesuai kebutuhannya. Penempatan plafon yang tinggi akan semakin menambah kesan lapang dari penghuninya ketika berada di ruangan. Jelas Doso Agung pula: “Mereka akan dapat melihat Pelabuhan Tanjung Perak, Selat Madura dan Jembatan Suramadu di arah utara. Kemudian juga lanskap Kota Surabaya di arah selatan. Keduanya dengan pandangan yang maksimal karena bangunan dikelilingi kaca”.

Tower Poros Maritim juga akan dilengkapi fasilitas penunjang bisnis, seperti lounge dan café, pertokoan ritel, banking hall, meeting room, multifunction room, parking area yang luas di basement untuk mobil dan sepeda motor pegawai maupun tamu, halte dan plaza untuk pengguna transportasi publik, serta dengan sistem pengamanan 24 jam. Lokasi juga dirasa semakin strategis karena tak jauh dari destinasi wisata seperti Surabaya North Quay dan fasilitas kesehatan, RS PHC Surabaya.  (Erick Arhadita)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *