JAKARTA – MARITIM : Permasalahan utama pendidikan vokasi di Indonesia saat ini adalah terjadinya disparitas atau keragaman mutu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kompetensi keahlian yang ada di SMK dan jumlahnya sangat banyak. Saat ini terdapat 146 kompetensi keahlian dan SMK menyelenggarakan pendidikan secara beragam.
“Ketersediaan tenaga pendidik yang belum memadai secara kuantitas, hanya ada 22% guru produktif di Indonesia, sarana dan prasarana belajar yang belum memenuhi kebutuhan, bahkan 30% tertinggal 2 generasi menjadi permasalahan yang perlu segera diatasi,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko SA Cahyanto, saat memberikan laporan pada acara Penutupan Pelatihan Kepala Sekolah dan Guru SMK Produktif Program Kerja Sama dengan Siangpura, di Jakarta, Selasa (30/7).
Permasalahan tersebut akan bertambah parah, menurutnya, jika tidak didukung dengan komponen utama pendidikan seperti kurikulum yang tidak fleksibel. Sumber daya manusia yang kurang mumpuni serta sarana dan prasarana pendidikan yang masih terbatas.
“Oleh karena itu, dengan adanya Inpres 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK yang di tindak lanjuti oleh Kemenperin dengan Program Vokasi Industri permasalahan yang kita hadapi saat ini dapat diselesaikan satu per satu,” ujar Eko.
Salah satu penyelesaian itu adalah tindak lanjut dari Program Vokasi Industri melalui program peningkatan kompetensi guru SMK yang dilaksanakan kerja sama dengan ITEES Singapura pada 2018 untuk bidang Leaders Training Workshop, Instalasi Listrik, Otomasi dan Pemesinan.
Adapun kegiatan pelatihan guru SMK produktif program kerja sama dengan Singapura ini meliputi 4 batch. Yaitu batch 1 berupa Leaders Training Workshop telah dilaksanakan pada Februari 2018 diikuti oleh 25 orang kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.
Batch 2 dan 3 dilakukan bersamaaan pada 17 September s/d 28 September 2018 yang diikuti total 50 orang guru produktif di bidang Instalasi Listrik dan Otomasi. Batch 4 berupa pelatihan diikuti 24 orang guru SMK produktif bidang Permesinan dilaksanakan pada 9 s/d 22 Desember 2018.
Sebanyak 99 guru telah mengikuti pelatihan di Singapura berasal dari 87 SMK yang terdiri 61 SMK Negeri serta 26 SMK swasta. Yakni Aceh sebanyak 2 SMK, Sumut 5 SMK, Sumbar 8 SMK dan Riau 4 SMK.
Kemudian Sumsel 2 SMK, Lampung 1 SMK, Kepulauan Riau 5 SMK, Banten 7 SMK, Jabar 20 SMK, Jateng 10 SMK dan DIY 7 SMK. Jatim 15 SMK dan Kalbar sebanyak 1 SMK.
Eko menjelaskan, setelah mendapatkan bekal skill teknis dan wawasan terkait pengelolaan pendidikan vokasi, peserta ditugaskan melakukan multiaplikasi atau sharing kepada minimal 3 SMK lain. Sehingga memberikan manfaat yang lebih luas untuk pembinaan dan pengembangan SMK. Kegiatan sharing knowledge ke SMK yang terdekat telah dilakukan oleh peserta. Hal ini menujukkan komitmen bersama dalam upaya peningkatan kompetensi guru.
Sementara Chief Executive Temasek Foundation Internasional, Benedict Cheong, berharap para peserta latihan dapat menularkan pengalaman hasil pelatihan ini kepada yang lainnya.
“Ini bukan penutupan tapi awal bagi saudara untuk menularkan pengetahuan dan pengalaman kepada yang lainnya. Saudara perlu bekerja keras untuk itu. Buat sesuatu yang beda. Program yang bermanfaat bagi banyak orang,” ujarnya. (Muhammad Raya)