Kemenperin Cetak SDM Kompeten Industri Kakao dan Ikan

Kepala BPSDMI Kemenperin Eko SA Cahyanto memperhatikan berbagai produk cokelat yang dihasilkan para peserta Diklat 3 in 1 pembuatan aneka olahan berbasis cokelat angkatan 10 tahun 2019 di BDI Makassar
Kepala BPSDMI Kemenperin Eko SA Cahyanto memperhatikan berbagai produk cokelat yang dihasilkan para peserta Diklat 3 in 1 pembuatan aneka olahan berbasis cokelat angkatan 10 tahun 2019 di BDI Makassar

JAKARTA – MARITIM : Industri pengolahan kakao di dalam negeri mampu menghasilkan produk yang kompetitif di pasar domestik hingga ekspor. Di mana produk olahan kakao dari dalam negeri telah diminati pasar global. Bahkan, seiring perkembangan zaman, cokelat menjadi kebutuhan gaya hidup masyarakat saat ini.

“Untuk itu, Kemenperin terus menggenjot kompetensi SDM di sektor industri pengolahan kakao dan perikanan, sehingga dapat diandalkan dalam meningkatkan nilai tambah sumber bahan baku yang dimiliki di dalam negeri. Sekaligus mampu lebih berdaya saing global,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko SA Cahyanto, di Jakarta, Selasa (27/8).

Read More

Menurutnya, melalui Balai Diklat Industri (BDI) di Makassar ini, pihaknya telah rutin membuat Diklat 3 in1 (pelatihan, sertifikasi dan penempatan) untuk menopang peningkatan produktivitas pelaku industri pengolahan kakao dan perikanan. Khususnya di wilayah Sulawesi Selatan dan diharapkan diklat ini juga dapat mencetak wirausaha baru termasuk pelaku industri kecil dan menengah (IKM).

“Kami menargetkan peserta diklat 3 in1 ini akan menjadi SDM yang berkualitas dengan bekal kompetensi dan kedisplinan. Selain itu, mereka bisa menjadi pengusaha muda yang nantinya memiliki usaha yang mampu menyerap tenaga kerja baru,” paparnya.

Ditambahkan, pada Sabtu (24/8) pekan lalu, pihaknya telah melepas sebanyak 150 lulusan Diklat 3 in 1 yang diadakan oleh BDI Makassar. Mereka merupakan peserta diklat pembuatan aneka olahan berbasis ikan untuk angkatan 25 tahun 2019. Kemudian diklat pembuatan aneka olahan berbasis cokelat untuk angkatan 10 dan diklat pembuatan desain kemasan produk pangan untuk angkatan 17.

“Kami optimistis, peserta Diklat 3 in 1 tersebut akan berkontribusi untuk mendongkrak kinerja industri pengolahan kakao dan perikanan di dalam negeri, sekaligus akan turut mendorong peningkatan kinerja industri makanan dan minuman. Apalagi, industri makanan dan minuman adalah satu dari lima sektor andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0,” ungkap Eko.

Potensi pengembangan industri pengolahan kakao di Indonesia masih prospektif, karena didukung sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, setelah Pantai Gading dan Ghana. Sebanyak 81% produk yang dihasilkan industri olahan kakao di dalam negeri telah diekspor ke berbagai negara berupa produk cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter dan cocoa powder.

Tahun lalu, ekspor produk cocoa butter dan cocoa powder masing-masing mengalami peningkatan sebesar 14,13% dan 12,28% dibanding periode sama pada 2017. Neraca dagang produk kakao olahan masih surplus di 2018, dengan total nilai ekspor tembus angka US$1,12 miliar.

“Pengembangan hilirisasi industri pengolahan kakao diarahkan untuk jadi bubuk cokelat, lemak cokelat, makanan dan minuman dari cokelat, suplemen dan pangan fungsional berbasis kakao serta kebutuhan untuk kosmetik dan farmasi,” sebut Eko. (Muhammad Raya)

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *