JAKARTA – MARITIM : Indonesia berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi Industri 4.0. Dampak positif dari itu, produk yang dihasilkan oleh proses kerja produksi pada suatu pabrik bakal zero waste.
“Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena di industri 4.0 yang bekerja mesin dengan mesin. Bukan manusia dengan mesin. Sehingga produk yang dihasilkan juga sudah pasti presisi,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan dan Bulog, Benny Soetrisno, saat berbincang-bincang dengan wartawan, di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (29/8).
Kalau yang bicara sudah mesin dengan mesin, menurutnya, maka quality dan productivity dari barang tersebut sudah terjamin.
“Jadi, dengan implementasi industri 4.0, sudah tidak ada lagi barang yang reject. Sehingga dampak positifnya zero waste. Karena sudah presisi maka zero waste,” ungkap Benny.
Pengusaha garmen ternama itu juga menolak jika dikatakan penerapan industri 4.0 di satu atau lebih pabrik akan mengurangi jumlah tenaga kerja.
“Kalau dilihat dari sisi tenaga kerja industri, memang ada efeknya, yakni akan ada pengurangan tenaga kerja terutama pada bagian yang tersentuh teknologi industri 4.0,” ujarnya.
Tapi efek dari pelepasan tenaga kerja yang tersentuh teknologi industri 4.0, akan menumbuhkan penciptaan lapangan kerja baru pada sektor yang baru juga. Sehingga tenaga kerja yang berkurang tadi dapat bermigrasi ke sektor yang baru.
Misalnya, akan tumbuh sektor logistik, karena tidak mungkin barang tersebut jalan sendiri. Pasti membutuhkan tenaga kerja untuk membawa dan mengirimnya ke tempat lain.
Industri makanan dan minuman yang sudah menjalankan industri 4.0 adalah Garud Food unit Surabaya dan Nestle.
“Sebenarnya semua industri kita bisa menerapkan industri 4.0. Tapi di gelombamg pertama ini kita fokus pada 5 sektor terlebih dahulu. Yaitu sektor otomotif, elektronik, mamin, tekstil dan sektor kimia,” urainya.
Dengan banyaknya perusahaan yang menerapkan industri 4.0 maka investasi pun semakin bertambah. Buktinya, di APAC Inti Corpora, di mana kliennya hanya mengirim desain dan pattern melalui email. Proses pun segera dapat dikerjakan sesuai permintaan klien.
“Dengan begitu, industri 4.0 mampu menghemat biaya, efisien dan presisi,” tutup Benny. (Muhammad Raya)