JAKARTA — MARITIM : Kehadiran financial technology (fintech) yang masuk dalam ranah Inovasi Keuangan Digital (IKD), menjadi tanggung jawab Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengawasi perkembangan bisnis jasa keuangan ini, meski belum bisa dikatakan sebagai lembaga keuangan.
Demikian Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, sebagai pembicara kunci dalam Seminar Tahunan OJK INFINITY dan Launching Minisite, juga seminar “Parametric Insurance” dengan tema
Parametric Insurance merupakan salah satu bentuk inovasi di bidang perasuransian atau yang lebih dikenal dengan istilah insurtech. di Wisma Mulia 2 Lantai 17, Selasa (3/9).
Menurut Wimboh, meski baru berusia satu tahun tapi OJK INFINITY telah menjadi forum bagi para pelaku industri fintech di Indonesia maupun mancanegara. Baik melalui diskusi, juga kolaborasi antara regulator dan innovator dalam rangka pengembangan Inovasi Keuangan Digital (IKD).
Untuk itu lanjutnya, OJK telah bekerja sama dengan otoritas di Singapore (Monetary Authority of Singapore), dan dalam waktu dekat akan segera menandatangani kerjasama dengan Securities Exchange Commission Malaysia. OJK juga, sedang melakukan pembahasan mekanisme kerja sama dengan Japan Financial Services Auhority.
Dikatakan, berdasarkan data statistik per 31 Juli 2019, OJK INFINITY telah melayani 397 konsultasi dan menerima lebih dari 800 pengunjung yang terdiri dari pelaku Inovasi Keuangan Digital, Pelaku Jasa Keuangan, pemerintah, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya.
Dengan diterbitkannya POJK No. 13/POJK.02/2018 dan tersedianya fasilitas pelayanan dari OJK Infinity, hingga saat ini terdapat total 48 Penyelenggara IKD yang telah memperoleh status tercatat di bawah POJK 13/2018, dengan 34 di antaranya ditetapkan sebagai contoh model untuk diuji coba dalam Regulatory Sandbox dari 120 permohonan pencatatan yang masuk di OJK.
Dari total permohonan tersebut lanjutnya, telah tercatat 48 IKD yang terbagi menjadi 15 klaster yaitu aggregator, credit scoring, claim service handling, digital DIRE, financial planner, financing agent, funding agent, online distress solution, online gold depository, project financing, social network and robo advisor, block-chain based, verification non-CDD, tax and accounting dan e-KYC.
Sebelumnya dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua OJK Nurhaida, mengatakan, OJK mulai menerapkan Supervisory Technology (supTech) untuk mengembangkan ekosistem perusahaan financial technology (fintech) yang masuk dalam ranah Inovasi Keuangan Digital (IKD).
Penerapan supTech di IKD lanjutnya, ditandai dengan peresmian laman mini di portal OJK yang diberi nama Gerbang Elektronik Sistem Informasi Keuangan Digital (Gesit) sebagai media interaksi antara OJK, penyelenggara IKD dan masyarakat.“Gesit merupakan bentuk awal dari pengembangan supTech untuk IKD,” tutur Nurhaidah saat meresmikan Gesit, seraya menambahkan,Sup
Tech nantinya menjadi alat pemantauan terhadap Penyelenggara yang telah terdaftar di OJK dengan mempergunakan teknologi.
Nurhaida menjelaskan , OJK telah berkomitmen untuk mendukung perkembangan sektor keuangan digital secara utuh dan berkelanjutan. Dengan memberikan layanan yang efektif, efisien, dan bermanfaat serta mendukung peningkatan inklusi keuangan dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada 20 Agustus 2018, OJK telah mendirikan Innovation Center atau Fintech Center yang disebut dengan OJK INFINITY. Melalui ini, OJK secara aktif membangun ekosistem fintech yang dapat menjadi bagian dari sistem keuangan Indonesia, dengan menghadirkan layanan jasa keuangan berbasis teknologi informasi yang inovatif, efektif, efisien namun tetap mengedepankan perlindungan konsumen. (Rabiatun)