Diminati Pasar Global, Nilai Ekspor Batik Nasional Tembus USS 18 Juta

Dirjen IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih memberikan sambutan pada Pameran Batik dengsn tema "Membatik Untuk Negeri"
Dirjen IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih memberikan sambutan pada Pameran Batik dengsn tema “Membatik Untuk Negeri”

JAKARTA – MARITIM : Nilai ekspor industri batik nasional pada semester I tahun 2019 mencapai US$17,99 juta. Sementara sepanjang tahun 2018 tembus hingga US$52 juta dengan negara tujuan utama pengapalan produk antara lain ke Jepang, Amerika Serikat dan Eropa.
“Dengan nilai perdagangan dunia untuk produk pakaian jadi yang mencapai US$442 miliar, industri batik kita berpeluang besar untuk meningkatkan pangsa pasarnya, mengingat kain lembaran batik juga merupakan salah satu bahan baku produk pakaian jadi,” kata Dirjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih, pada pembukaan Pameran Batik dengan tema “Membatik untuk Negeri”, di Jakarta, Selasa (24/9).
Karena itu, menurutnya, bergulirnya era revolusi industri 4.0 memunculkan berbagai teknologi canggih yang dapat membuat dunia batik nasional semakin berdaya saing.
“Yayasan Batik Indonesia dapat memulai pendekatan kepada generasi muda dengan melakukan digitalisasi dan memanfaatkan media sosial untuk kemajuan batik nasional,” ujarnya.
Bahkan, salah satu lembaga litbang milik Kemenperin, yakni Balai Besar Kerajinan dan Batik, sudah mampu mengembangkan aplikasi Batik Analyzer untuk membedakan produk batik dan tiruan batik. Aplikasi dengan basis Android dan iOS tersebut menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) yang sesuai dengan implementasi industri 4.0.
“Batik Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar internasional. Untuk itu, kita perlu menjaga dan melestarikan nilai budaya batik dengan penguatan branding dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual,” paparnya.
Industri batik merupakan salah satu sektor yang cukup banyak membuka lapangan pekerjaan. Sektor yang didominasi oleh IKM ini tersebar di 101 sentra di Indonesia, dengan jumlah sebanyak 47 ribu unit usaha dan telah menyerap tenaga kerja hingga 200 ribu orang.
Selain itu, industri batik yang merupakan bagian dari industri tesktil dan busana, juga menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Sehingga industri ini mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam penciptaan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya serta kecepatan penetrasi pasar.
“Industri batik kita mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global,” ungkapnya.
Gati menambahkan, batik merupakan warisan budaya tak benda asli Indonesia, di mana UNESCO telah mengukuhkan batik Indonesia sebagai Representative List of The Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2 Oktober 2009 lalu.
Pengakuan ini membawa konsekuensi kepada pemerintah maupun organisasi seperti Yayasan Batik Indonesia untuk terus menerus secara nyata melestarikan dan mengembangkan produk batik. Sehingga dapat mendorong semangat para perajin dan industri batik nasional termasuk pemerintah untuk terus mengembangkan industri batik. Yang akhirnya batik dapat semakin dikenal di seluruh lapisan masyarakat bahkan dunia.
Pada Mei 2019, terjadi Diplomasi Batik di markas besar PBB, yaitu dipilihnya batik sebagai dress code pada Sidang Dewan Keamanan PBB. Momen tersebut menjadi kebanggaan bagi Indonesia karena sebagian besar anggota yang hadir mengenakan batik dengan beragam corak, warna dan bahan batik asli Indonesia.
Karenanya, Kemenperin memberikan apresiasi kepada Yayasan Batik Indonesia yang secara konsisten melestarikan batik melalui berbagai kegiatan, yang salah satunya adalah penyelenggaraan kegiatan Pameran “Membatik untuk Negeri” yang dilaksanakan mulai tanggal 24 September 2019 sampai dengan tanggal 27 September 2019 di Plasa Pameran Industri, Kemenperin, Jakarta.
Pameran tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional dan pengakuan batik oleh UNESCO yang ke 10 tahun. Kegiatan ini akan berlanjut dengan acara puncak yang digelar di Solo pada 2 Oktober 2019 mendatang. (Muhammad Raya)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *