KUPANG NTT – MARITIM : Memasuki semester II Tahun 2019 ini, percaturan bisnis moda transportasi udara Indonesia menghadapi berbagai kendala beruntun, yang tingkat kesulitannya setara dengan gangguan ‘bad weather’, ‘technical error’ hingga ‘wind shear’, yang untuk mengatasinya diperlukan strategi tertentu. Terkait kesulitan yang dihadapi, maka maskapai penerbangan Wings Air berencana menutup sejumlah rute penerbangan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dalam waktu dekat. Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro menjelaskan penutupan ini terkait dengan tingginya harga bahan bakar avtur yang membuat pengeluaran dari sisi operasional membengkak. Ujar Danang, Jumat (27/9/2019) lalu: “Harga avtur, terutama di KTI lebih mahal. Ini membuat cost kami tidak sesuai dengan pendapatan”.
Menurut Danang saat ini harga avtur di NTT misalnya, menyentuh level Rp.9.970 per liter. Sedangkan di Sulawesi Utara mencapai Rp 10.800 per liter. Di Sulawesi Tengah, harga bahan bakar pesawat ini tak jauh beda, yakni Rp 10.080 per liter. Harga avtur di bandara-bandara Indonesia Timur jauh lebih tinggi ketimbang yang dijual di Jakarta utamanya yang berlkaku di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang hanya dijual seharga Rp 7.970 per liter.
Terkait dengan kondisi tersebut, Danang mengatakan bahwa untuk kedepan, entitasnya bakal lebih memfokuskan pengoperasian Wings Air di tiga wilayah pulau dengan dengan rute gemuk. Ketiganya adalah Kalimantan, Jawa, dan Sumatera. Imbuhnya: “Bahkan, kami akan tambah rute Palangkaraya ke Solo PP”.
Sebelum mengumumkan niat bakal menutup sejumlah rute penerbangan di KTI tersebut, Danang mengatakan Wings Air juga bakal menyetop penerbangan di tujuh rute yang dianggap tak menguntungkan. Ia menjabarkan tujuh rute itu adalah Batam-Tanjung Pinang, Palu-Morowali, Palu-Ampana, Kupang-Rote, Manado-Kao, Manado-Naha, dan Manado-Melanguane.
Saat ini Wings Air melayani 119 rute domestik dan satu rute regional. Dengan jumlah rute itu, Wings Air mencatat frekuensi terbang di lebih dari 350 rute per hari. Pungkas Danang: “Tanpa kami sebut angka okupansi secara lebih rinci, tetapi perlu dijelaskan pendapatan untuk sejumlah rute angkanya rendah, dan di bawah rerata”. (Lies/Kug/Maritim)