SEMARANG – MARITIM : Semarang, merupakan kota di Jawa Tengah yang dipilih PGN untuk diaktifkan kembali kegiatan operasionalnya pada 2014 lalu, di mana sebelumnya sempat terhenti beroperasi pada periode 2000-an sebagai pelaksanaan peran pengelola gas bumi domestik.
Terobosan pembangunan infrastruktur gas bumi yang dilakukan PGN untuk wilayah Semarang, adalah melalui pembangunan infrastruktur CNG, sebagai solusi sementara sebelum infrastruktur pipa gas bumi terbangun untuk menghubungkan Jawa Timur sebagai titik pasok dengan JawaTengah sebagai titik pasar.
Layanan gas bumi melalui CNG diawali di Kawasan Industri Tambak Aji dan terus melakukan pengembangan wilayah di Kawasan Industri Wijaya Kusuma. Pada 2016, PGN juga menerima penugasan pengoperasian Jargas APBN di Kota Semarang dan Blora.
Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, menjelaskan untuk rata-rata hari biasa, gas bumi yang dipasok PGN untuk sektor industri dan rumah tangga di wilayah Semarang, dikonsumsi sekitar 220.000-250.000 meter kubik per bulan.
Sedangkan pemakaian rata-rata gas bumi untuk sektor rumah tangga pada 2019 sebesar 22.000 meter kubik per bulan, yang mengalami kenaikan 37% dibandingkan pada 2018.
“Pasokan gas bumi dalam bentuk CNG yang tersedia di Stasiun Penurun Tekanan (Pressure Reducing Station/ PRS) Tambak Aji angkanya memang berada di atas angka konsumsi gas bumi rumah tangga. Bahkan, kenaikan konsumsi gas bumi masih dalam cakupan volume gas bumi yang tersedia di PRS Tambak Aji,” kata Rachmat Hutama, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (3/10).
Menurutnya, seiring berkembangnya industri baru dan meningkatnya kebutuhan energi yang lebih efisien dalam empat tahun terakhir, PGN terus fokus mempercepat pembangunan infrastruktur gas bumi di Jawa Tengah. Sesuai peran sub holding gas, PGN melalui PT Pertagas tengah menyelesaikan jaringan pipa gas transmisi Gresik-Semarang. Pembangunan jaringan pipa gas transmisi 28 inci sepanjang 268 kilometer ini ditargetkan terealisasi segera.
“Kami yakin, pembangunan pipa gas transmisi Gresik-Semarang akan segera rampung, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan jaringan pipa distribusi gas. Sehingga dengan pembangunan infrastruktur ini dapat menyuplai gas untuk industri dengan kapasitas maksimal 400 MMSCFD,” harap Rachmat.
Pembangunan jalur pipa gas transmisi Gresik-Semarang, merupakan tindak lanjut dari eksplorasi gas bumi di Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) Bojonegoro, Jawa Timur. Proyek JTB dikelola PT Pertamina EP Cepu (PEPC) dan telah ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).
Dengan kapasitas penjualan gas sebesar 192 MMSCFD, produksi gas JTB akan dialirkan melalui pipa Gresik-Semarang, yang mana diproyeksikan lapangan JTB memiliki kandungan gas hingga 2,5 triliun kaki kubik (TCF). Selain memasok kebutuhan untuk Jawa Timur, gas dari JTB juga akan mengaliri PLTGU Tambak Lorok di Semarang dan pelaku usaha lainnya di Jateng.
Rachmat menilai, setelah menyelesaikan proyek tersebut, PGN akan membangun pipa distribusi jalur Semarang-Kendal-Ungaran sepanjang 96 kilometer. Jaringan pipa gas ini akan menjamin wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya mendapatkan pasokan gas secara berkelanjutan.
Ke depannya, koneksi infrastruktur gas bumi Trans Jawa diharapkan akan tersambung sampai Jawa Barat dan Sumatera, sehingga akan meningkatkan keandalan pasokan serta perluasan pasar gas bumi untuk utilisasi gas bumi domestik.
“Pembangunan berbagai infrastruktur gas itu menjadi prioritas utama PGN, mengingat semakin besarnya kebutuhan energi yang lebih efisien di berbagai wilayah di Indonesia, terutama untuk daerah-daerah yang selama ini belum terjamah gas bumi dan memiliki potensi ekonomi yang sangat baik untuk pengembangan sektor kelistrikan, industri, transportasi dan rumah tangga,” ungkapnya. (Muhammad Raya)