JAKARTA – MARITIM : Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Industri, yang berada di bawah binaan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), siap membantu kalangan industri nasional dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang kompeten dan siap pakai.
“Kami siap telorkan tenaga-tenaga trampil dan kompeten di bidangnya, yakni melalui program Diklat 3 in 1, yaitu pelatihan, sertifikasi dan penempatan kerja,” kata Kepala Pusdiklat Industri Kemenperin, Jonni Afrizon, pada kesempatan penutupan Diklat 3 in 1 Operator Mesin Industri Garmen Berbasis Kompetensi angkatan 25, 26 dan 27, kepada wartawan di BDI Jakarta, Jumat (4/10).
Mudah-mudahan, menurutnya, sedikit banyak bisa membantu industri dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang trampil dan ahli di bidangnya.
“Para peserta Diklat 3 in 1 ini disebut kompeten, karena mereka mengikuti uji kompetensi dan dinyatakan lulus, yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi itu sendiri,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Jonni menyebutkan, pada 2019 ini Pusdiklat Industri melalui 7 BDI yang ada telah menyelenggarakan program Diklat 3 in 1, yang diikuti sekitar 70 ribu lebih peserta.
Seluruh peserta Diklat tersebut sudah terserap di beberapa industri yang menjalin kerja sama dengan BDI. Untuk kegiatan tahun depan, pihaknya mengusulkan jumlah peserta Diklat sebanyak 100 ribu peserta.
Sementara Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengatakan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri garmen dan tekstil akan terus mengalami peningkatan. Sedangkan tenaga kerja yang sudah terserap di sektor industri tersebut sudah mencapai sekitar 3 juta orang.
Adanya penambahan permintaan tenaga kerja di sektor industri garmen dan tekstil, lanjutnya, karena ada informasi sejumlah investor asal China ingin berinvestasi di Indonesia. Mereka mengalihkan investasi ke Indonesia terkait perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS).
“Rencana masuknya investor baru asal China tentu peluang bagi tenaga kerja Indonesia untuk ambil bagian dalam kegiatan industri tersebut,” ujarnya.
Sejauh ini, sambung Ade, industri garmen nasional pada umumnya mengaku tertolong atas ketersediaan tenaga kerja industri kompeten yang disiapkan Kemenperin melalui pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan BDI Jakarta.
“Lulusan Diklat yang diselenggarakan BDI umumnya sudah terserap di industri garmen. Bahkan, dalam tiga tahun terakhir ini lulusan Diklat yang diselenggarakan Kemenperin yang sudah bekerja di industri garmen diperkirakan sekitar 70 ribu orang,” ucap Ade.
Karena itu, tambahnya, kegiatan Diklat operator mesin garmen berbasis kompetensi seperti yang diselenggarakan BDI Jakarta sangat membantu para investor akan kebutuhan tenaga kerja yang siap pakai.
Selain itu, kegiatan Diklat ini sangat positif, karena mampu mengurangi pengangguran. Buktinya, para lulusan Diklat umumnya sudah diterima bekerja di industri.
Melebihi target
Pada kesempatan sama, Kepala BDI Jakarta, Hendro Kuswanto, menjelaskan pihaknya telah mendiklat 10.385 orang dari total 10.300 peserta. Atau 100% lebih dari total target yang diberikan ke BDI Jakarta pada 2019 ini.
Selain diklat operator garmen yang lain adalah Diklat Operator Tekstil (Spinning dan Weaving), Diklat Quality Control Garmen, Diklat Quality Control Weaving/Tenun, Diklat Quality Control Spinning, Diklat Supervisor Garmen. Diklat Mekanik Mesin Garmen, Diklat Otomotif, Diklat Membatik untuk pengembangan kelompok usaha bersama atau wirausaha baru.
Hendro menambahkan, sesuai komitmen pelaksanaan Diklat 3 in 1, para peserta direkomendasikan bekerja di berbagai perusahaan garmen yang telah bekerja sama dengan BDI Jakarta. (Muhammad Raya)