PADANG – MARITIM : Pemerintah terus berupaya meningkatkan peran sektor industri manufaktur sebagai penggerak utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Adapun sejumlah langkah strategis yang disiapkan, antara lain memacu produktivitas, daya saing produk ekspor dan penguatan struktur manufaktur.
“Untuk menciptakan sasaran tersebut, kita perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif, kemudian mengaktifkan kegiatan R&D. Menggerakkan potensi-potensi sektor ekonomi dan menjaga kondisi makro ekonomi agar tetap stabil,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara, pada acara ‘Workshop Pendalaman Kebijakan Industri dengan Wartawan’, di Padang, Selasa (8/10).
Menurutnya, hal itu bisa terwujud, apabila ada sinergi lintas kementerian dan kolaborasi dengan seluruh stakeholder terkait. Karena komitmen ini harus dijalankan secara bersama-sama. Guna mengakselerasinya perlu melakukan transformasi menuju industri 4.0.
Ngakan menegaskan, pihaknya sudah mengukur tingkat kesiapan sejumlah sektor industri di dalam negeri untuk menuju transformasi industri 4.0. Sektor-sektor yang diprioritaskan dalam implementasi tahap awal, sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, kimia, otomotif serta industri elektronika.
“Alat ukur itu bernama Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0), yang bisa diketahui level kesiapan industri lewat assessment. Di samping itu, kami juga sudah membangun ekosistem industri 4.0 dan mengembangkan konsep green industry,” paparnya.
Hingga kini, Kemenperin telah melakukan assessment terhadap 326 perusahaan manufaktur. Dari hasil penilaian tersebut, sejumlah perusahaan sudah siap menuju transformasi industri 4.0. Selanjutnya akan diberikan bimbingan teknis transformasi industri 4.0 kepada manager maupun engineer perusahaan.
Mengenai pembentukan ekosistem industri 4.0 atau yang disebut SINDI 4.0 (Ekosistem Indonesia 4.0), Kemenperin berharap SINDI 4.0 dapat menjadi wadah dalam membangun sinergi dan kolaborasi antar pihak untuk mempercepat proses transformasi industri 4.0. Koordinasi antar pihak dalam proses tansformasi industri 4.0 serta jejaring dan kerja sama antar pihak dalam akselerasi proses transformasi industri 4.0.
Ngakan menambahkan, implementasi Making Indonesia 4.0 guna menyikapi kondisi perekonomian dan industri yang berkembang saat ini. Apalagi, ingin membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Maka itu, perlu memasuki industri 4.0 dan ini telah menjadi agenda nasional.
Penerapan industri 4.0 dinilai mampu mendorong peningkatan produktivitas sektor industri secara lebih efisien. Hal ini karena telah terbangunnya konektivitas melalui pemanfaatan teknologi digital. Misalnya, menggunakan internet of things atau artificial intelligent.
“Bahkan, industri 4.0 akan dapat memunculkan pekerjaan baru yang cukup banyak, seperti teknisi untuk memperbaiki robot dan para tenaga ahli untuk mengolah data-data. Apalagi, sekarang banyak aplikasi yang telah berkembang untuk mendukung dalam proses produksi,” tuturnya.
Ngakan optimistis, transformasi industri 4.0 akan mendongkrak kinerja sektor manufaktur nasional. Hal ini akan memperkuat peran industri menjadi sektor andalan dalam menopan. perekonomian nasional. Di mana industri adalah sebagai kontributor terbesar penerimaan negara, seperti melalui setoran pajak.
Tahun lalu, realisasi pajak dari sektor industri mencapai Rp363,60 triliun atau menyumbang dari total penerimaan pajak sebesar Rp1.316 triliun. Setoran itu meningkat 11,12% dibanding pada 2017. Selain itu, industri mampu menyumbang penerimaan cukai sebesar Rp159,7 triliun.
Kemenperin juga mencatat, sepanjang Januari-Juni 2019, pengapalan produk manufaktur nasional mampu menembus hingga US$60,16 miliar. Nilai ini berkontribusi sebesar 74,88% dari capaian ekspor nasional yang menyentuh angka US$80,32 miliar di semester I/2019. (Muhammad Raya)