Ekspor Permata Turun 32,60%

JAKARTA – MARITIM : Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan nilai ekspor non migas Indonesia terbesar pada September 2019 terhadap Agustus 2019 terjadi pada perhiasan permata US$272,4 juta (32,60%). Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih, kerak dan abu logam sebesar US$267,0 juta (193,08%).

Komoditas lain yang juga turun ekspornya adalah kendaraan dan bagiannya US$5,1 juta (10,32%), pakaian jadi bukan rajutan US$78,2 juta (18,69%), karet dan barang dari karet US$58,2 juta (10,63%) serta mesin/peralatan listrik US$51,0 juta (6,53%).

Sementara komoditas yang naik ekspornya selain bijih, kerak dan abu logam adalah lemak dan minyak hewan/nabati US$160,5 juta (11,53%), besi dan baja US$119,5 juta (19,15%), berbagai makanan olahan US$76,2 juta (72,56%) serta kapal laut US$70,0 juta (453,10%).

Selama Januari-September 2019, ekspor dari 10 golongan barang (HS 2 digit) memberi kontribusi 40,51% terhadap total ekspor non migas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang turun 5,85% terhadap periode sama 2018.

Negara tujuan

Ekspor non migas Indonesia pada September 2019 terbanyak ditujukan ke Tiongkok, Amerika Serikat dan Jepang masing-masing mencapai US$2.406,9 juta, US$1.482,2 juta dan US$1.138,9 juta, dengan peran ketiganya mencapai 37,90%.

Penurunan ekspor non migas September 2019 dibanding Agustus 2019 terjadi ke sebagian besar negara tujuan uama, yaitu Amerika Serikat US$113,3 juta (7,09%), Jepang US$39,7 juta (3,37%), Australia US$39,4 juta (20,36%). Malaysia US$32,3 juta (5,10%), Thailand US$31,2 juta (6,60%), Singapura US$18,7 juta (2,00%), Jerman US$10,1 juta (5,01%) dan Korea Selatan US$5,8 juta (1,24%).

Sementara negara tujuan ekspor yang mengalami peningkatan adalah Tiongkok US$136,4 juta (6,01%), Taiwan US$73,7 juta (21,87%), India US$56,0 juta (6,42%), Belanda US$24,1 juta (12,24%) dan Italia US$15,0 juta (12,62%).

Secara keseluruhan, total nilai ekspor ke 13 negara tujuan utama naik 0,16%. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) pada September 2019 mencapai US$1.089,9 juta atau turun 2,01% dibanding Agustus 2019.

Periode Januari-September 2019, Tiongkok tetap negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$18.354,7 juta (15,99%), diikuti Amerika Serikat dengan nilai US$12.996,8 juta (11,33%) dan Jepang dengan nilai US$10.230,6 juta (8,92%). Komoditas utama yang diekspor ke Tiongkok periode tersebut meliputi batubara, minyak kelapa sawit dan lignit.

Menurut sektor

Peran dan perkembangan ekspor non migas Indonesia menurut sektor untuk September 2019 dibanding Agustus 2019 terlihat ekspor produk industri pengolahan turun 3,51% yang disumbang oleh penurunan ekspor logam dasar mulia. Produk pertanian meningkat 5,27% karena meningkatnya ekspor buah-buahan tahunan. Demikian juga ekspor produk pertambangan dan lainnya naik 13,03% disumbang oleh peningkatan ekspor bijih tembaga.

Selama Januari-September 2019 ekspor non migas Indonesia menurut sektor industri pengolahan turun 3,89% dibanding periode sama 2018 yang disumbang oleh turunnya ekspor minyak kelapa sawit. Demikian juga ekspor produk pertambangan dan lainnya turun 17,41% yang disumbang oleh turunnya ekspor bijih tembaga. Sedangkan ekspor produk pertanian naik 2,88% yang disebabkan meningkatnya ekspor kopi.

Menurut provinsi asal barang

Tiga provinsi yang memberi sumbangan terbesar ekspor nasional periode Januari-September 2019 adalah Jawa Barat US$22.658,7 juta (18,25%), Jawa Timur US$14.032,6 juta (11,30%) dan Kalimantan Timur US$12.372,5 juta (9,96%). Ketiganya memberikan kontribusi hingga mencapai 39,51% dari seluruh ekspor nasional. (Jum)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *