Industri Tekstil dan Alas Kaki Sumbang Devisa Negara US$19 Miliar

: Sekjen Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono didampingi Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin Muhdori memperhatikan produk kain produksi industri dalam negeri
: Sekjen Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono didampingi Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin Muhdori memperhatikan produk kain produksi industri dalam negeri

JAKARTA – MARITIM : Industri tekstil, kulit dan alas kaki merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara cukup signifikan. Salah satunya melalui capaian nilai ekspor pada 2018 sebesar US$18,96 miliar atau berkontribusi hingga 10,52% dari total ekspor nasional. Selain itu, sektor yang tergolong padat karya tersebut, telah menyerap tenaga kerja sebanyak 4,65 juta orang.

“Industri tekstil, kulit dan alas kaki jadi sektor tertua di Indonesia. Yang telah mempunyai struktur yang kuat dari hulu sampai hilir dan produknya memberi kontribusi nomor tiga dari seluruh komoditas ekspor kita,” kata Sekjen Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono, pada pembukaan ‘Pameran Tekstil, Kulit dan Alas Kaki 2019’. di Jakarta, Selasa (22/10).

Read More

Adanya potensi itu, membuat Kemenperin memprioritaskan pengembangan daya saing terhadap industri tekstil, kulit dan alas kaki. Apalagi, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri tekstil dan pakaian dipilih sebagai sektor pionir dalam penerapan industri 4.0 di Tanah Air.

Disampaikan, pemerintah kini sedang fokus memacu ekspor sektor industri manufaktur. Hal ini guna memperkuat struktur perekonomian nasional.

“Saat ini kita punya industri hulu yang menghasilkan polyester dan rayon yang dapat menopang kebutuhan bahan baku industri tekstil. Ini bisa mengoptimalkan produktivitas dan jadi lebih kompetitif,” katanya.

Guna menggenjot daya saing industri tekstil, kulit dan alas kaki di dalam negeri, Kemenperin juga telah berupaya menyiapkan SDM yang kompeten. Misalnya, melalui peluncuran pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri serta program Diklat 3 in 1.

“Selain itu, seiring dengan implementasi industri 4.0, kami juga mendorong pelaku industri kita agar dapat memanfaatkan teknologi modern. Karena dengan restrukturisasi mesin dan peralatan, produksi bisa jadi lebih efisien,” tuturnya.

Di samping itu, dalam upaya memperluas akses pasar ke kancah global, Kemenperin telah memfasilitasi sejumlah pelaku industri dalam negeri untuk ikut serta dalam ajang pameran skala nasional maupun internasional.

Pameran yang diselenggarakan Ditjen IKFT di Plasa Industri, Lobby Kemenperin, Jakarta, diikutki 48 perusahaan. Berlangsung pada 22-25 Oktober 2019. Pesertanya meliputi industri tekstil dan produk tekstil sebanyak 21 perusahaan, industri alas kaki casual, safety shoes dan sepatu olah raga 8 perusahaan, industri barang jadi kulit (tas, jaket, sarung tangan dan asoseris) 14 perusahaan serta industri lainnya, seperti produsen karpet, spring bed/kasur, produk aksesoris rumah tangga dan perusahaan pendukung 5 perusahaan.

Peningkatan Produksi dan Ekspor

Di tempat sama, Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin, Muhdori, menegaskan pihaknya masih optimistis terhadap peningkatan produksi dan ekspor produk alas kaki nasional. Hal ini seiring dengan adanya ekspansi dan investasi baru yang masuk.

“Ada 7 investor yang mau masuk. Mereka itu, antara lain dari Korea Selatan yang bakal meningkatkan kapasitas produksinya di Sukabumi, Jepara dan Bumiayu. Mereka memproduksi sepatu olahraga merek Nike, Adidas dan Puma,” sebutnya.

Dengan investasi tersebut, Muhdori yakin, kinerja industri alas kaki di dalam negeri tahun depan akan lebih baik lagi.

“Kami percaya, pertumbuhan akan kembali positif, baik dari sisi produksi maupun ekspor pada 2020,” ucapnya.

Muhdori menegaskan, Indonesia masih jadi eksportir keenam dunia untuk alas kaki, yang kian bersaing dengan Tiongkok dan Vietnam. Indonesia punya pangsa pasar hingga 2,8% di kancah global dan pasar terbesarnya ke wilayah Amerika dan Eropa.

Indonesia juga menduduki peringkat keempat produsen alas kaki dengan 1,271 juta pasang sepatu atau 5,3% dari produksi dunia. Selain itu, harga rata-rata ekspor alas kaki Indonesia masih menempati urutan ke 5 dunia dengan nilai US$16,70, yang menunjukkan Indonesia memproduksi alas kaki dengan harga kompetitif dan kualitas yang baik.

“Kami masih optimistis target dari pelaku usaha untuk memacu ekspor hingga 10% sampai akhir tahun bisa direalisasikan. Apalagi, ada potensi saat musim dingin dan hari-hari besar, karena biasanya terjadi lonjakan permintaan ekspor dengan model baru,” tutup Muhdori. (Muhammad Raya)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *