JAKARTA – MARITIM : Xiao Qian, Duta Besar Tiongkok untuk Republik Indonesia berharap ekspor perikanan dari Indonesia ke Tiongkok dapat lebih dioptimalkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. Dalam pertemuan kredensial antara Dubes Tiongkok dengan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Dubes mengatakan bahwa tiap tahunnya Tiongkok melakukan importasi produk perikanan sebanyak 4 juta ton dari berbagai negara. Dari jumlah tersebut, Indonesia baru mengekspor 200.000 ton, atau 5% dari total kuota impor perikanan negara ‘panda merah’ tersebut.
Melalui keterangan resmi Mingu (3/11/2019) lalu, Dubes Xiao menyebutkan: “Indonesia memiliki ruang kerja sama yang luar biasa besar. Jika kita memulai kembali kerja sama kelautan dan perikanan, saya yakin ekspor produk perikanan Indonesia ke Tiongkok pasti akan mencapai angka yang luar biasa besar”.
Dubes juga menuturkan bahwa selama ini Indonesia dan Tiongkok memiliki relasi yang baik.. Indonesia menjadi salah satu mitra dagang Tiongkok yang cukup besar. Pada tahun 2018, nilai volume perdagangan antara kedua negara mencapai US$72,6 miliar. Sedangkan pada periode yang sama, nilai investasi Tiongkok di Indonesia mencapai US$2,4 miliar.
Oleh karena itu, Dubes Xiao menilai kerja sama di bidang kelautan dan perikanan akan dapat lebih memperkuat relasi kedua negara. Ujarnya: “Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas dan sumber daya bahari yang melimpah, sementara Tiongkok yang punya penduduk sekitar 1.399.690.000 orang, memiliki pasar yang luar biasa besar”.
Menanggapi hal ini, Menteri Kelautan dan Poerikanan Edhy Prabowo menyambut baik usulan Duta Besar Tiongkok untuk Indoinesia. Sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, industri perikanan Indonesia perlu dioptimalkan, termasuk dalam membangun sektor budi daya. Karenanya, Menteri Kelautan dan Perikanan berharap ada transfer teknologi dalam bidang budidaya perikanan dari Tiongkok. Pasalnya, Indonesia masih memiliki kesulitan untuk mencegah virus dalam budi daya udang.
Pungkas Menteri Edhy: “Tiongkok adalah salah satu negara yang memiliki teknologi dan ilmu untuk mencegah penyebaran virus penyakit udang. Karenanya kami perlu lebih banyak belajar dari negara Anda, terkait teknologi di bidang budidaya ini”.
Kendati membuka peluang dalam kerja sama, Menteri Kelautan dan Perikanan menekankan bahwa setiap kerjasama yang dilakukan, akan mengutamakan penyerapan tenaga kerja lokal dan pemasukan devisa bagi pendapatan negara. (Mrt/2701)