SURABAYA – MARITIM : Pada tahun 2020 yang akan datang, sektor logistik terutama yang berkaitan dengan jalur maritim diperkirakan akan terkoreksi. Salah satu penyebabnya karena potensi resesi global yang diperkirakan akan terus berlanjut. Pakar kemaritiman dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Raja Oloan Saut Gurning mengatakan, total kargo Indonesia pada 2019 memang diproyeksikan meningkat yang ditopang oleh kargo dalam negeri.
Berdasarkan data Kemenhub dan INSA, volume kargo tahun ini diperkirakan relatif masih akan meningkat dari angka 2,1 miliar ton dengan rincian 1,38 miliar ton untuk kargo dalam negeri atau sekitar 62% dan luar negeri 0,831 miliar ton atau sekitar 38%, menjadi sekitar 2,3 miliar ton dengan distribusi yang sama antara domestik dan luar negeri. Menurutnya, potensi kenaikan tersebut akibat tetap kuatnya permintaan angkutan domestik karena dorongan konsumsi dalam negeri yang menguat.
Dalam penjelasannya, Selasa (26/11/2019) lalu, Gurning mengatakan: “Namun, memang potensi kargo luar negeri yang sekitar 38% itu mungkin cukup akan terkoreksi bila resesi berlanjut dan terus memberi tekanan bagi akumulasi kargo maritim Indonesia. Mungkin penurunannya sekitar 3 – 5%, bahkan lebih tergantung eskalasi faktor luar negeri”.
Dengan kondisi kapal niaga yang kelebihan kapasitas sekitar 15% dengan kuantitas sekitar 25.000 unit-26.000 unit, Saut menyatakan akan mendorong persaingan hingga menurunkan potensi komersial operator pelayaran nasional khususnya untuk layanan luar negeri. Kendati demikian, secara umum Gurning melihat potensinya tetap menjanjikan, karena potensi masih lebih besar daripada beban, problematika operasional dan komersial.
Memungkasi penjelasan, Gurning berucap: “Pertumbuhan ekonomi terutama domestik di wilayah kisaran 5% diperkirakan akan menjadi penopang kuat pertumbuhan dan stabilitas bisnis maritim nasional, yang secara nasional masih mampu mencapai sekitar dua kali dari pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 10 – 11%”. (Ayu/Sub/Maritim)