Benowo: Pabrik ‘Setrum’ Berbahan Sampah Terbesar di Indonesia

Pekerja PT PLTSa membuka katup pipa gas dari gunung sampah
Pekerja PT PLTSa membuka katup pipa gas dari gunung sampah

SURABAYA – MARITIM : Pertengahan November 2019 lalu, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, sempat ‘gak enak ati’. Penyebabnya: dalam suasana peringatan ulang tahunnya (lahir di Kediri, 20 November 1961) muncul tudingan Pemkot tak mampu mengurus kondisi Gelanggang Olahraga (Gelora) “Bung Tomo” yang megah itu. Ini terbukti acap kali beraroma tak sedap akibat terpapar bau sampah dari Tempat Pembuangan sampah Akhir (TPA) Benowo. Padahal stadion ini sedang dipercantik, jelang akan dipkai kejuaraan internasional sepakbola Usia 20 pada tahun 2021.

Guna mengubah citra kumuh GBT, akhir November 2019 lalu Walikota Surabaya memimpin pembangunan taman, dengan menanam 82 pohon tabebuya warna merah muda dan putih, 731 pohon trembesi, 50 pohon ketepeng, 100 pohon cemara udang, 200 pohon bunga kupu-kupu, dan 100 batang pohon spatudea.

Di sisi lain, paparan panas matahari di TPA Benowo, tak mengurangi semangat Eko Wahyudi (38) menelusuri potensi gas dari bau sampah untuk diproses menjadi energi listrik. Tiap hari, Eko mengecek sumur gas di area penumpukan sampah, guna membuka/tutup valve, saluran gas yang dihasilkan dari bau sampah menuju gas engine melalui pipa header ukuran besar. Terdapat 2 unit gas engine di area Landfill Gas (FLG) Power Plant PT Sumber Organik (SO) yang masing-masing berkapasitas produksi listrik 1 MW.

Listrik hasil dari gas sampah ini kemudian disimpan dalam generator dan siap dijual ke PLN. Berdirinya fasilitas pengolah sampah menjadi enerji listrik ini, merupakan salah satu gagasan Tri Rismaharini, yang sebelum menjabat Walikota Surabaya, pernah jadi Kadin Kebersihan & Pertamanan (DKP) serta Kepala Badan Perencanaan Kota (Bapeko), yang dikenal sebagai think-tank-nya Pemerintah Kota.

Operasional Sumber Organik, M. Ali Asyhar mengatakan FLG Power Plant yang dibangun sejak 2015 berdasar teknologi Eropa ini telah memanfaatkan sampah organik dari warga Surabaya. Hingga kini, PT SO telah menjual listrik tersebut kepada PLN mencapai 1,65 MW/jam, dan sisanya untuk konsumsi sendiri. Jelas Asyhar: “Harga listrik yang dijual kepada PLN ini sesuai harga listrik PLN secara nasional saat ini. Untuk nilainya, dikalikan saja dengan jumlah listrik yang dipasok”.

Jumlah pasokan sampah Kota Surabaya saat ini rerata 1.300 ton – 1.600 ton/hari, terdiri dari 55% sampah organik, dan sisanya non-organik. Dengan unit 1 FLG Power Plant ini teredusir sampah Surabaya hingga 40%, karena hanya memanfaatkan gas dari bau sampah, dan fisik sampahnya masih tetap ada, tetapi untuk sampah organik mudah terurai. Imbuhnya: “FLG Power Plant hanya manfaatkan gasnya, tetapi sampahnya tetap ada di landfill. Tujuan kami bukan hanya gasnya, tetapi juga sanitary landfill, agar bau tak bertebaran, dan bagaimana mengatasi sampah yang terus berkembang. Sekali “tendang”, kami dapat gasnya dan dapat mengurangi baunya”.

Seorang petugas sedang mengecek kondisi gas analyzer

Gasifikasi Power Plant

Sebentar lagi, Kota Surabaya akan memiliki unit Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang diklaim terbesar dan pertama di Indonesia. Rencananya, PLTSa Benowo diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Desember 2019 ini juga.

PLTSa Benowo merupakan investastor PT SO yang menggunakan teknologi Gasifikasi Power Plant Tiongkok, dengan potensi menghasilkan listrik sekitar 12 MW, dan akan manfaatkan sampah organik maupun non-organik di TPA Benowo sekitar 1.000 ton/hari. Dari 12 MW yang dihasilkan, nantinya yang dijual kepada PLN sebanyak 9 MW, dan 3 MW dikonsumsi sendiri untuk kebutuhan operasional. Unit 2 ini nantinya akan mereduce sampah Surabaya hingga 95% karena semua jenis sampah dapat diolah, tetapi perseroan tetap harus memilah sampah seperti kaca dan besi agar tak banyak terjadi kotoran di tungku pembakaran. Jelas Ali: “Gasifikasi ini proses pembakaran, atau diarangkan, tetapi tak dibakar pakai api begitu saja. Disebut gasifikasi karena pembakaran menggunakan sedikit oksigen, hingga uap panas yang dimanfaatkan menjadi listrik”.

Ditambahkan, selain untuk menghasilkan energi baru terbarukan (EBT), PLTSa Benowo juga mampu menyerap tenaga kerja warga sekitar TPA Benowo. Pada unit 1 FLG Power Plant telah mempekerjakan sekitar 28 orang, sedang Gasifikasi Power Plant akan pekerjakan 60 orang. Imbuhnya: “Kami bangga karena yang bekerja di sini adalah dulu bekas pemulung, masyarakat sekitar, tanpa kami review ijazahnya kami rekrut dan sekarang mereka sudah jadi ahli, karena tujuan kami adalah bagaimana TPA di sini ada manfaatnya”.

Secara terpisah, Senior Manager General Affairs PLN UID Jatim, A. Rasyid Naja ungkapkan, dari 1,65 MW/hari listrik PLTSa Benowo telah mampu memasok 740.000 kWh/bulan untuk 5.573 pelanggan dengan rerata pemakaian 132,78 kWh/bulan untuk daya 1.300 VA.Ujarnya:

“PLN mendukung setiap program pemerintah untuk kepentingan masyarakat, termasuk melakukan pembelian listrik dari tenaga sampah”.

Bangunan fisik unit 2 Gasifikasi Power Plant – PLTSa Benowo

Hampir Rampung

 Kabid Sarana dan Prasarana Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya, M. Iman Rachmadi mengatakan proses pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Benowo untuk thermal power plant sudah mencapai 94%. Jelasnya:“Diperkirakan PLTSa thermal power plant ini akan diresmikan akhir Desember 2019”.

 Dijelaskan PLTSa dengan teknologi thermal ini akan menghasilkan 9 MW listrik, menambah jumlah produksi listrik tenaga sampah yang sebelumnya sudah berhasil dikelola dengan jumlah 2 MW yang menggunakan teknologi gas metan. Katanya: “Jadi TPA Benowo ini sebelumnya sudah mengolah sampah organik menjadi listrik menggunakan unit 1 power plant gas methan dan kapasitasnya hanya 2 MW. Sedang unit 2 power plant sampah non organik lah yang akan menyuplai thermal power plant”.

 Berdasar data DKRTH Kota Surabaya, pasokan sampah di Surabaya rerata mencapai 1.300 – 1.600 ton/hari. Melalui investasi sekitar US$49,86 juta untuk pembangunan PLTSa, maka sampah Surabaya akan tereduksi dan berubah menjadi listrik yang bermanfaat sedikitnya 1.000 ton/hari. Imbuh Iman: “Selain itu, TPA Benowo ini juga akan memiliki umur yang panjang ketika sampahnya diolah dengan baik”.

 Pengelolaan PLTSa ini dilakukan oleh pihak kedua yakni PT Sumber Organik melalui kerja sama sewa aset lahan dan lainnya senilai Rp3 miliar/tahun. Nilai sewa pihak kedua kepada Pemkot Surabaya ini akan meningkat setiap tahun sesuai perjanjian. Ujar Iman lebih jauh: “Setelah diolah, Sumber Organik akan menjual listriknya kepada PLN dengan harga sesuai yang tertera dalam Perpres 35 Tahun 2018 tentang harga listrik. Maka, melalui proyek PLTSa ini, Surabaya pun disebut sebagai kota pertama dan berhasil yang menerapkan pengelolaan sampah menjadi listrik dengan hasil produksi listrik yang besar”.

Tarik Investor

 Dalam pada itu, sejumlah perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang waste circular economy tengah mencari peluang kerja sama dengan Jawa Timur. Mario Lauw, Kepala Perwakilan Surabaya Netherlands Business Support Office (NBSO) – Kedutaan Besar Belanda menjelaskan, NBSO membawa puluhan delegasi dari perusahaan Belanda untuk melakukan kunjungan ke Surabaya dan Malang. Ungkapnya: “Kami berkunjung ke TPA Benowo, TPS Jambangan Surabaya dan juga Malang untuk melihat dan mencari opportunity apa saja yang dapat dikerjasamakan dengan perusahaan Belanda”.

Terkait hal itu Bert Keesman Koordinator Delegasi Belanda, mengatakan bahwa dalam 2 hari mengunjungi Jawa Timur, pihaknya baru sebatas melihat potensi yang ada. Menurutnya, TPA Benowo yang sempat dikunjunginya juga sudah mengalami peningkatan dalam hal pengolahan sampah yang mampu dijadikan sumber energi listrik. Jelasnya: “Namun, yang perlu dipikirkan pemerintah Jatim dalam waste and circular economy adalah pengolahan limbah yang berkelanjutan, yakni memutus sumber limbah, misalnya di sebuah perusahaan yang menggunakan kertas, plastik, kaca dan sebagainya untuk lakukan daur ulang dengan kualitas yang tinggi,”.

Kendati demikian, perusahaan Belanda yang berkunjung ke Surabaya ini memiliki sejumlah bidang yang mampu menangani sampah yang berdampak pada kegiatan ekonomi, seperti Afvalzorg, spesialis dalam desain, operasional, manajemen, dan pengurangan emisi lingkungan hidup. Juga Awect sebagai penyedia layanan konsultasi dan teknologi limbah lingkungan untuk waste to energy. (Erick Arhadita/dari berbagai sumber.)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *