BEKASI – MARITIM : Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan. Barangkali pepatah lama itu pantas diberikan kepada Perkumpulan Industri Komponen Kapal Indonesia (PIKKI). Betapa tidak, jauh-jauh jalan ke negeri orang, hasil usaha optimal pun bersambut. Yakni, organisasi yang dinakhodai Eki Komaruddin ini berkesempatan memperoleh pesanan berbagai jenis komponen kapal dari galangan di Jerman. Suatu pabrik pembuatan kapal perang yang cukup kesohor yang bernama Abeking & Rasmussen (A&R).
Saat berbincang-bincang dengan tabloid maritim, Eki menceritakan, awalnya dimulai tatkala melakukan kunjungan ke galangan A&R dan galangan Lurssen Defence pada November 2018. Kemudian pihak galangan A&R membalas kunjungan tersebut baru-baru ini. Karena galangan A&R yang akhirnya memenangkan tender dari Kementerian Pertahanan. Pada kesempatan itu juga sekaligus mereka meninjau beberapa pabrik pembuatan komponen kapal milik anggota PIKKI di bilangan Cileungsi (Bogor) dan sekitarnya. Yakni PT Laksana Tekhnik Makmur dan PT Kemenangan.
Dalam kunjungan tersebut tamu dari Jerman terdiri dari Chief Representative Horst Oltmanns, Senior Project Manager Ilia Ivenitski dan Project Manager Design Division Ship Theory Philip Augener. Dari Kementerian Perindustrian hadir Sungkono mewakili Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan. Sedangkan saat factory tour rombongan diterima pemilik pabrik PT Laksana Tekhnik Makmur H Suwarno dan di PT Kemenangan diterima oleh salah satu direkturnya Ari Wibisono.
PT Laksana Tehknik Makmur adalah produsen perlengkapan dan interior kapal dan PT Kemenangan merupakan produsen peralatan dan perlengkapan penunjang kapal serta pelabuham berbasis karet. PIKKI berpotensi memasok kebutuhan 5 kelompok komponen domestik untuk galangan kapal A&R. Seperti kelompok electrical equipment, interior (paneling and furniture), insulation and engine room equipment, decompression chambers dan kelompok RIB boats.
Seperti diketahui, galangan kapal A&R mendapatkan order untuk membangun 2 unit kapal penyapu ranjau 60 dari Kementerian Pertahanan. Di mana kapal perang bernilai triliunan rupiah tersebut akan dikerjakan di galangan BUMN PT PAL Indonesia (Persero). Walaupun sebelumnya ada skenario akan dirampungkan di Jerman.
“Berangkat dari situ, mereka lantas mencari mitra lokal sebagai pensuplai komponen kapal, yang akhirnya pilihan jatuh ke para anggota PIKKI. Saat kunjungan, tamu ini menyatakan kekagumannya dan sangat puas, kenapa pabrik yang berskala IKM ternyata memiliki pekerjaan yang berkualitas tinggi,” ungkap Eki, didampingi Bendahara PiKKI, Jatmiko, di Bekasi, kemarin.
Ke depan, PIKKI juga akan dilibatkan dalam penyiapkan komponen kapal, karena PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) akan memesan 18 tug boat untuk dikerjakan di 5 galangan nasional. Dengan harga per unit kapal mencapai Rp52-Rp58 miliar.
Intinya, lanjut Eki, pihaknya sudah mampu membuat hingga 90% kebutuhan interior untuk berbagai kapal yang berlayar di Indonesia. Seperti untuk kapal ASDP dan lain sebagainya. Tapi untuk project PTK ini PIKKI juga kemungkinan akan mengerjakan panel sistem. Kemudian crane juga sudah 80% bisa dikerjakan oleh para anggota PIKKI. Sisanya 20% diperoleh dari impor.
Pada kesempatan berbeda, Sungkono dari perwakilan Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kemenperin, mengatakan kegiatan ini merupakan rapat koordinasi dan kunjungan industri antara Kementerian Perindustrian, DPP PIKKI, industri komponen kapal dengan industri galangan kapal A&R dari Jerman. Untuk menjajaki kerja sama dalam hal pemenuhan kebutuhan komponen kapal yang akan disuplai ke galangan kapal A&R khususnya untuk kapal-kapal patroli.
“Harapannya bisa bekerjasama dengan industri komponen dalam negeri dalam memenuhi kebutuhan komponen-komponen kapal yang akan dipakai dalam pembangunan kapal-kapal di A&R,” ujarnya.
Hadir pula pada kesempatan tersebut pihak industri komponen kapal dalam negeri lainnya seperti PT Teknik Tadakara Sumber Karya (TTSK), PT PCM Cable, PT Jembo Cable, PT IRC dan beberapa sektor industri komponen kapal lainnya. (Muhammad Raya)