SURABAYA – MARITIM : Berdasarkan Penilaian otoritas maupun prktisi bisnis, tren investasi di Kota Surabaya di sepanjang kuartal I tahun 2020 ini masih on the track alias cukup baik di tengah kondisi isu penyebaran virus corona yang dinilai cukup mengganggu kegiatan perekonomian. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Surabaya, M Taswin melaporkan bahwa hingga pertengahan Maret ini realisasi investasi di Surabaya sudah sekitar Rp10 triliun.
“Angka Rp10 triliun tersebut sama dengan realisasi investasi pada kuartal I/2019. Bahkan sekarang masih pertengahan Maret, jadi masih ada potensi sampai kuartal I berakhir,” katanya saat jumpa media awal pekan ini.
Dikatakan isu virus corona yang sudah terjadi dalam 3 bulan terakhir, termasuk sudah sampai di Indonesia ternyata juga cukup menyadarkan masyarakat untuk melakukan pengajuan perizinan usaha melalui online yang sudah disiapkan pemerintah sejak beberapa tahun lalu. Ujarnya: “Sebenarnya adanya isu corona, masyarakat Surabaya sudah paham bahwa tetap bisa mengajukan izin lewat online. Baik yang datang ke kantor perizinan di Siola lewat online mandiri maupun yang online dari rumah, rata-rata mencapai 500 izin yang masuk per hari”.
Taswin mengimbau agar masyarakat cukup melakukan pengajuan izin dari rumah melalui Surabaya Single Window (SSW) yang di dalamnya terdapat 142 izin yang diterbitkan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Jelasanya: “Bahkan kalau sudah diterbitkan, masyarakat bisa mencetak sendiri surat izinnya karena setiap izin yang dikeluarkan memiliki barcode sehingga tidak bisa diduplikasi. Pada tahun lalu, Surabaya merealisasikan nilai investasi sekitar Rp64 triliun. Investasi paling banyak bergerak di bidang perdagangan dan jasa termasuk cafe dan restoran yang kontribusinya mencapai lebih dari 50%”.
Pada 2019 itu, jumlah perizinan yang dikeluarkan Pemkot Surabaya yakni sebanyak 100.000 izin. Meningkat jika dibanding izin pada 2018 yang masih di bawah 100.000 izin. Imbuhnya:
“Tahun ini harapan kami targetnya bisa di atas Rp64 triliun sambil melihat kondisi juga, karena sebenarnya peningkatan investasi juga terjadi karena kecepatan layanan”.
Impor Turun 20,56%
Dalam pada itu, dapat diungkapkan bahwa nilai impor Jawa Timur pada Februari 2020 turun sampai 20,56% dibandingkan nilai impor pada bulan sebelumnya. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Dadang Hardiwan menyebutkan nilai impor pada Februari mencapai US$1,61 miliar.
“Nilai impor kita ternyata juga turun jika dibanding dengan Februari 2019 yakni turun 8,20%” katanya dalam live streaming berita resmi statistik melalui channel YouTube, Senin (16/3/2020).
Dadang mengatakan, baik impor migas maupun barang non migas sama-sama mengalami penurunan. Impor non migaa turun 21,21% dibandingkan Januari 2020 atau tercapai US$1,21 miliar. Sedangkan impor migasnya US$391 juta atau turun 18,46%. Jelasnya: “Barang impor yang masih tercatat positif adalah golongan mesin-mesin/pesawat mekanik sebesar US$178,36 juta, golongan barang besi dan baja US$123,59 juta dan golongan gandum-ganduman US$107,95 juta”.
Adapun sepanjang Januari-Februari 2020, impor barang ke Jatim kebanyakan tetap berasal dari China US$694,91 juta atau berkontribusi 25,21%, disusul Amerika Serikat US$198,07 juta atau 7,19% dan Argentina sebesar US$151,31 juta atau 5,49%. Sedangkan impor nonmigas dari kelompok negara Asean sebesar US$485,73 juta atau setara 17,62 persen, sementara impor nonmigas dari Uni Eropa mencapai US$282,73 juta atau berkontribusi 10,26%.
Meski nilai impor Jatim mengalami penurunan, justru nilai ekspor Jatim mengalami peningkatan yakni tercapai US$2 miliar dibandingkan Januari 2020. Jelasnya: “Jika dibandingkan dengan Februari tahun lalu pun, ekspor Jatim juga naik 17,63%. Terutama dari barang non migas yang tercatat mencapai US$1,91 miliar atau naik 8,3% dibanding bulan sebelumnya. Dibanding periode sama 2019, ekspor kita juga naik 19,5%” jelasnya.
Dadang mengatakan barang yang menjadi penyumbang kinerja ekspor Jatim adalah perhiasan/permata US$637,32 juta, disusul oleh kayu dan barang dari kayu sebesar US$114,47 juta serta lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$95,65 juta.
Komoditas-komoditas tersebut diekspor ke sejumlah negara seperti Singapura, AS, dan negara di kawasan Asean dan Uni Eropa. Pungkasnya: “Dengan naiknya kinerja ekspor kita, tetapi impornya turun. Maka Jatim pada Februari ini mengalami surplus US$0,39 miliar. Kalau sepanjang Januari-Februari juga surplus US$0,16 miliar”. (ERICK ARHADITA)