Jakarta, Maritim: Untuk menjaga kelancaran arus barang di pelabuhan, Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) terus bekerja di tengah penyebaran virus corona (Covid-19). Ini menjadi momok yang mengkhawatirkan semua kalangan belakangan ini. Tak terkecuali bagi para pekerja bongkar muat (TKBM) di Pelabuhan Tanjung Priok. Namun agar aktivitas pelabuhan tetap berjalan, para TKBM itu tetap menjalankan pekerjaannya.
“TKBM memiliki resiko tinggi terpapar virus Corona karena harus terus bekerja di tengah ancaman wabah tersebut,” ujar Ketua Umum Serikat Tenaga Kerja Bongkar Muat. Federasi buruh transpotasi pelabuhan indonesia (STKBM – FBTPI) Nurtakim, Rabu (25/3), di Jakarta.
Mirisnya, menurut Nurtakim, status sebagai pekerja harian lepas di pelabuhan membuat keselamatan TKBM terkesan diabaikan. Nurtakim mencontohkan, di saat pemerintah mengeluarkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home), manajemen pelabuhan langsung menjalankan untuk para karyawan organik/non organik. Bahkan ditambah dengan penyediaan suplemen berupa susu atau vitamin untuk menjaga kondisi tubuh.
“TKBM sama sekali tidak ada yang memperhatikan,” imbuhnya.
Tak hanya itu, saat TKBM bekerja di lapangan, alat keselamatan kerja seperti masker dan sarung tangan yang seharusnya digunakan saat bekerja, banyak TKBM yang tidak mengenakannya
Memang, sejak terjadinya wabah Covid 19 ini koperasi TKBM sudah menyediakan masker, tapi belum semua TKBM memperolehnya.
“Karena itu, kami mendesak Koperasi TKBM untuk menyiapkan masker dan sarung tangan untuk semua TKBM demi keselamatan dan melindungi dari pandemi virus corona,” paparnya.
STKBM, menurut Nurtakim, memprotes keras edaran koperasi TKBM terkait pembagian masker bagi TKBM yang mengharuskan melampirkan surat dari PBM dan kuitansi pembayaran. Nurtakim mengingatkan bahwa TKBM bukan pemberi kerja. Itu artinya TKBM tidak mungkin membawa kwitansi pembayaran amprah. Bukti kwitansi seharusnya antara PBM dan koperasi, bukan malah TKBM diminta membawa kwitansi dan surat dari PBM.
“Masker dan sarung tangan itu sudah masuk dalam hitungan biaya HIK yang diterima koperasi setiap ada kegiatan bongkar muat,” katanya
Suplemen
Selain APD, STKBM juga mendesak perusahaan-perusahaan bongkar muat di pelabuban untuk menyediakan suplemen kesehatan seperti vitamin atau minuman susu bagi para TKBM.
Menurutnya, pemberian suplemen itu penting agar TKBM bisa tetap bekerja dengan baik sehingga kegiatan bongkar muat bisa tetap berjalan.
Di samping itu, Pelindo II sebagai pengelola pelabuhan diminta melakukan pengukuran suhu tubuh (scanning) dan cairan disinfektan bagi semua TKBM yang kebagian gilir kerja. Selain itu, sterilisasi semua area kerja pelabuhan mulai dari pintu masuk sampai terminal baik kontener maupun konvensional.
“Bagi TKBM yang dalam kondisi kurang sehat, diistirahatkan sementara waktu dan upahnya dibayar penuh,” pungkasnya.(Hbb)