Saat New Normal, Tarif Angkutan Bis Meningkat

JAKARTA – MARITIM  : Meskipun pemerintah telah meningkatkan kapasitas maksimal angkut kendaraan angkutan darat utamanya bis, dari yang semula hanya 50% menjadi 70%, agar para operator angkutan penumpang darat tetap menahan diri, tetapi ternyata tarif angkutan bis tetap naik sekitar 50-75%.

Terkait hal tersebut, Kurnia Lesanin Adnan, Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) mengatakan bahwa kebijakan menaikkan tarif angkut penumpang dengan cara penyesuaian tarif perjalanan, terpaksa ditempuh guna bertahan hidup para pengusaha angkutan otobus.

Read More

Mengenai hal tersebut, Ketua IPOMI menjelasakan hal : “Memang tarif angkutan penumpang otobus, dengan terpaksa naikkan besarannya antara 50% sampai dengan 75%. Tanpa langkah itu. Operator angkutan otobis akan sulit mempertahankan usahanya”.

Dia menambahkan pebisnis angkutan darat sudah cukup menderita akibat pandemi virus corona dan kebijakan yang membuat orang dilarang bepergian antar wilayah. Aktivitas transportasi darat turun drastis bahkan ada sejumlah trayek yang berhenti sementara.

Di sisi lain, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan memang saat ini terjadi pemikiran kontradiktif antara ekonomi dan kesehatan terutama bagi angkutan darat menyoal tarif dan okupansi. Dia menjelaskan lazimnya memang ketika terjadi penurunan okupansi penumpang, otomatis uang yang masuk ke operator tidak banyak sehingga perlu ada penyesuaian tarif. Apalagi ketika kapasitas maksimalnya dibatasi..

Menurut Menhub : “Kami perlu hati-hati menentukan ini, daya beli masyarakat sedang menurun, bagaimana kami melakukan kenaikan tarif ini serta merta, tentu demand akan tidak maksimal. Padahal sektor perhubungan darat ini juga harus eksis kalau tidak bagaimana dia punya bus, peralatan, pegawai tak beroperasi,”.

Namun, dia menegaskan saat ini pemerintah cenderung tidak memberikan kenaikan tarif, agar permintaan masyarakat tetap tumbuh. Namun, ketika tarif tinggi permintaan masyarakat akan turun. Katanya, pekan lalu : “Operasi itu ditentukan demand, jadi masalah, kalau bertahan dengan tidak naik tarif, karena demand naik, kita hitung bagaimana dalam 1 bulan ke depan seperti apa”.  (RX/Maritim)

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *