JAKARTA–MARITIM : Edukasi dan Inklusi merupakan kendala utama yang saat ini dihadapi perbankan syariah, yang secara pengakuan tumbuh stabil ditengah kondisi pandemi covid-19. Kondisi ini didrave oleh pangsa pasar produk halal, umumnya merupakan produk pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
pertanyaan tabloidmaritim.com, menjaga pasar yang sudah ada ini, menurut Presiden Direktur BCA Syariah, pihaknya komit dan konsisten melakukan edukasi dan inklusi kepada masyarakat dan UMKM, baik secara mikro maupun makro perbankan syariah. Ini merupakan strategi BCA Syariah, dalam upaya menjaga produktivitas UMKM khusus halal food dalam memenuhi kebutuhan pasar syariah.
Dalam webinar Diskusi Mikro Forum Syariah – Cobisnis 2020 dengan tema ‘Peran Perbankan Syariah Mengerek Inklusi Keuangan di Tengah Pandemi’, Jumat (9/10), John Kosasi mengatakan, Indonesia merupakan pasar produk halal terbesar di dunia, sekitar 10 persen dari total pasar produk halal dunia.
“Besarnya potensi perbankan syariah di Indonesia. Berdasarkan Global Islamic Report,” kata John.
Menurut John, BCA Syariah selaku perbankan syariah selalu siap memberi solusi para nasabahnya termasuk para pelaku UMKM . Karena , UMKM adalah pilar penting dalam perekonomian nasonal.”Hingga saat ini BCA Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp1,3 triliun ke sektor UMKM,” ungkapnya.
Soal total halal market dunia tahun 2018 dijelaskan, sekitar 2,2 triliun dolar AS atau senilai dengan Rp33 ribu triliun. Bahkan diprediksi hingga 2024, pasar produk halal dunia akan tumbuh menjadi 3,2 triliun dolar As dan pasar produk halal Indonesia diproyeksikan juga tumbuh signifikan menjadi 20 juta dolar As atau setara Rp4.800 triliun.Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki operator syariah terbesar di dunia yang mencapai sekitar 5.700 institusi yang terdiri dari 34 bank syariah, 58 asuransi syariah, 7 modal ventura syariah, 163 BPRS, serta 4500-5500 koperasi syariah.
Namun, tantangan yang dihadapi oleh industri keuangan syariah di Indonesia juga tak kalah besar, yakni masih minimnya literasi dan inklusi keuangan syariah. Hal ini menjadi tugas bersama untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah.Karena, berdasarkan survey OJK 2016, tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah hanya 8 persen dan hanya 11 persen yang menggunakan produk syariah. Bahkan data 2019, literasi keuangan syariah hanya naik menjadi 8,9 persen, sementara tingkat inklusi malah turun dari 11 persen menjadi 9 persen.
“Rendahnya inklusi dan edukasi inilah yang jadi tanggung jawab semua pihak, regulator dan perbankan syariah,” tutur John seraya menambahkan, BCA Syariah selalu siap memberi solusi.(Rabiatun)