ISEF ke-7, Menuju Indonesia Sebagai Pusat Rujukan Ekonomi Dunia

JAKARTA–MARITIM : Ekonomi dan keuangan syariah masih memiliki potensi untuk dikembangkan, karena peminatnya tidak hanya diminati negara-negara mayoritas musim, tapi negara lain seperti Jepang, Thailand bahkan Amerika. Untuk itu, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia, harus menangkap peluang ini.

Demikian ditegaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya membuka Festival Ekonomi Syariah Indonesia atau Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2020 secara virtual, Rabu (28/10).

Read More

Dikatakan, melalui akselerasi percepatan dan pengembangan ekonomi syariah nasional, sebagai bagian dari transformasi menuju Indonesia maju. Dan upaya menjadi Indonesia sebagai, pusat rujukan ekonomi syariah global.

Pemerintah juga kata Presiden Jokowi, telah memiliki Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah dengan strategi besar melakukan penguatan halal value change, melalui penguatan UMKM hingga ekonomi keuangan dan digital.

Dikatakan, Pemerintah akan terus berupaya untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah secara terintegrasi, dan komprehensif. Baik dari pembentukan ekosistem industri halal, penyederhanaan regulasi, serta mempersiapkan SDM yang berkualitas.

“Penyelenggaraan ISEF dapat dijadikan momentum, untuk membuat peta jalan yang jelas dan konkrit dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, “Tutur Presiden Jokowi.

Industri keuangan syariah menurut Presiden Jokowi, adalah raksasa yang sedang tidur saat ini. Karenanya, Pemerintah memiliki konsen besar, untuk membangkitkan raksasa tidur ini. Salah satunya dengan membentuk satu bank syariah terbesar di Indonesia melalui penggabungan tiga bank syariah anak perusahaan bank nasional milik pemerintah yaitu Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri dan Bank BNI Syariah.

“Semua aset akan dilebur jadi satu, untuk melahirkan bank raksasa,”ujar Presiden Jokowi seraya menambahkan, total aset ketiga bank dimaksud hingga semester I-2020 sebesar Rp214 triliun, sebuah angka yang besar.

Selain itu kata Presiden Jokowi, Pemerintah juga terus bekerjasama mengembangkan bank wakaf mikro diberbagai pondok pesantren maupun organisasi keagamaan. Harapannya, industri keuangan syariah menjadi alternatif untuk memajukan ekonomi rakyat.

Pengembangan ekonomi syariah yang berbasis sektor riil, padat karya dan kndustri halal juga kata Presiden Jokowi, sangat potensial, untuk memperluas lapangan kerja dan membuka peluang usaha baru. Mengingat, negara kita punya banyak produk halal unggulan, seperti makanan, kosmetik dan fashion. Bahkan untuk fashion, Indonesia bercita-cita menjadi pusat fashion muslim terbesar di dunia.

“Sayangnya potensi besar di industri halal ini, belum dimanfaatkan dengan baik. Karena itu upaya pengembangan yang kreatif dan integratif perlu terus dilakukan. Ekosistem industrinya perlu dibenahi, regulasinya harus segera dilakukan dan SDM nya harus dipersiapkan dengan baik.

Sementara dalam laporan, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia semakin bergerak untuk menjadi pusat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dunia. Itu tergambar lewat jalinan kerjasama yang lebih luas dengan lembaga internasional, serta membangun mata rantai ekonomi halal di tingkat nasional maupun global.

Ini kata Perry, komitmen Bank Indonesia dalam implementasi tiga pilar guna mendukung akselerasi ekonomi dan keuangan syariah nasional yaitu pemberdayaan ekonomi syariah diarahkan untuk membangun mata rantai ekonomi halal, dengan sektor-sektor unggulan masing-masing pertanian, fesyen, wisata ramah muslim, energi terbarukan.

Keuangan syariah lanjutnya, juga memperluas produk dan akses keuangan, baik komersial yaitu perbankan, pasar keuangan dan lembaga keuangan lainnya, maupun keuangan sosial yaitu zakat, infak/shodaqoh dan wakaf, serta ketiga, edukasi dan sosialiasi.

ISEF diharapkan, dapat mensinergikan dan merealisasikan berbagai pemikiran dan inisiatif nyata untuk pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, sehingga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional dan global. (Rabiatun)

Related posts