JAKARTA–MARITIM : Pandemi covid-19, yang terjadi sejak awal 2020 sangat mempengaruhidaya beli masyarakat karena berbagai faktor, diantaranya pengurangan kegiatan industri yang notabene berdampak pada pendapatan karyawan. Namun, ini tidak terlalu berdampak pada bisnis properti meski kurang produktif, tapi rumah yang dibangun perusahaan pengembang masih terjual.
Junaidi Abdillah, Ketua Umum DPP Apersi, dalam Webinar Urban Forum Outlook Property & Banking 2021 dengan tema “Siasat Industri Menghalau Gempuran Corona” mengatakan, seapapun kondisi perekonomian, bisnis properti tetap menjadi prioritas bagi konsumen dan pasarnya sangat menarik dengan kondisi pasar sangat tinggi.
“Sepanjang perusahaan pengembang bisa memberikan produk terbaik, dengan lokasinya yang strategis sesuai pasar, pasti rumah yang dibangun pasti terserap,”tutur Junaidi.
Namun ia meminta kepada pihak perbankan, agar memperhatikan cash flow perusahaan pengembang, yang ditengah terpaan pandemi covid-19, ikut terdampak dan dananya sudah mulai tergerus, karena penjualan propertinya melambat diawal pandemi covid-19, pada kuartal II-2020.
“Benar sih pelemahan pasar properti turunnya hanya sekitar 30 persen, tapi berdampak bagi pengusaha properti, khususnya likuiditas,” ujar Junaidi.
Hal senada juga diakui, Direktur Utama TMA Group, Tuti Mugiastuti, pihaknya memang terdampak pandemi covid-19 tapi dibalik semuanya itu, menjadi peluang bagi pengusaha properti. Ini terlihat dari penjualan rumah yang dibangun PMA dibeberapa lokasi, sudah terjual yang prosentasenya dimasing-masing lokasi dan tipe berbeda-beda.
Tentunya kata Tuti, strategi penjualannya disesuaikan dengan kondisi pandemi. Juga disesuaikan dengan kebijakan perbankan, utamanya tingkat bunga bank. “Sebagai developer, kami semaksimal mungkin memberikan produk terbaik kepada konsumen, dengan lokasi sesuai sesuai kebutuhan,” aku Tuti seraya menambahkan, sebagai developer kami akui bahwa rumah yang laris saat ini yaitu harga yang terjangkau sekitar Rp300-Rp400 jutaan, dan rumah bantuan pemerintah atau FLPP.
BTN Optimis
Melihat kondisi pasar properti,Direktur Consumer dan Commercial Lending Bank Tabungan Negara (BTN) Hirwandi Gafar, optimis bisnis properti punya prospek positif.Penyaluran KPR bakal lebih tinggi pada 2021 , didorong anggaran FLPP yang meningkat.Ini terlihat dari jumlah portofolio Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BTN pada September 2020 sebesar Rp196,51 triliun atau setara 1,7 juta unit rumah. Jumlah itu terdiri dari Rp116,32 triliun KPR Subsidi dan Rp80,19 triliun KPR non-subsidi.
Dikatakan, dari penjualan tersebut BTN menguasai pangsa pasar sebesar 40 persen. Pada segmen KPR bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), Bank BTN memiliki market share terbesar yaitu 89 persen.
Ia mengaku, memang pandemi covid-19 berdampak terhadap realisasi KPR memasuki kuartal II/2020. Namun, memasuki kuartal III/2020 realisasi KPR mulai meningkat. Dimana pada kuartal III-2020, kredit perumahan sudah mulai membaik.Kredit di sektor perumahan memang mulai menunjukkan pertumbuhan setelah sempat menurun karena terdampak pandemi Covid-19.
Data Otoritas Jasa Keuangan mencatat kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 2,05% secara tahunan (year on year/yoy) pada September 2020.”Mungkin November akan lebih baik, tetapi Desember penuh tantangan karena hanya ada 23 hari kerja,” tuturnya.
Adapun, pada 2021, BTN memproyeksikan penyaluran KPR bakal lebih tinggi, meski tidak disebut angka pertumbuhannya. Optimisme ini didorong sejumlah faktor di antaranya anggaran FLPP meningkat menjadi Rp16,63 triliun untuk 157.500 rumah pada 2021. (Rabiatun)