JAKARTA-MARITIM : Peningkatan kemampuan dan daya saing industri dalam negeri jadi salah satu kunci pemulihan ekonomi di era pandemi. Sektor industri selain memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional dan penyerapan tenaga kerja, tapi juga punya konsekuensi terhadap lingkungan. Sehingga perlu ada penguasaan teknologi dan manajemen penanggulangan pencemaran industri.
Sejalan dengan arahan Menperin, Agus Gumiwang Kartasasmita, industri harus mengimplementasikan standard sustainability yang dicapai dengan penerapan industri hijau. Karena industri hijau mengedepankan upaya efisiensi dan efektivitas pemakaian sumber daya secara berkelanjutan. Sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan memberi manfaat bagi masyarakat.
Untuk menjawab tantangan itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi, menyampaikan seluruh satker dibawah BPPI harus aktif mengembangkan inovasi teknologi dalam penyelesaian berbagai masalah industri maupun meningkatkan daya saing.
“Satker dibawah BPPI harus cepat berinovasi dan berkontribusi mengantisipasi perkembangan kebutuhan industri, khususnya meningkatkan daya saing serta mendukung kebijakan pengembangan industri berkelanjutan. Hal itu sejalan dengan konsep industri hijau yang diamanatkan UU No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian,” ujar Doddy, kemarin.
Di samping itu, satker BPPI harus aktif menyelesaikan berbagai permasalahan industri di daerah, khususnya masalah lingkungan. Salah satunya soal pencemaran udara yang tengah dihadapi PT Sidoagung Farm (SAF) di Kabupaten Magelang.
PT SAF, adalah perusahaan PMDN pakan ternak. Direktur PT SAF, Asrokh Nawawi, menjelaskan pihaknya punya kapasitas produksi 300.000 ton/tahun, mensuplai pakan ayam Broiler bagi 2,5 juta ekor/bulan dan menghasilkan 4.250 ton daging/bulan. Kemudian mensuplai kebutuhan pakan 7 juta ayam petelur/bulan yang menghasilkan 11,156 ton telur/bulan. Karenanya, PT SAF punya peran strategis mendukung ketahanan pangan, terutama di masa pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi saat ini.
“Saat ini kami sedang tahap commisioning, proses menghadapi kendala, yaitu ada protes lingkungan dari masyarakat yang mengeluhkan pencemaran udara dan debu. Awalnya, PT SAF mencoba mengatasi sendiri, tapi gagal. Kemudian kami konsultasi ke BBTPPI Semarang dan ditindaklanjuti dengan survei, analisa serta dibuatkan desain peralatan,” ungkap Asrokh.
Sebelumnya, PT SAF memakai wet scrubber tapi timbul masalah dan tidak efektif. Setelah konsultasi BBTPPI berhasil menggunakan inovasi teknologi dry filter. PT SAF dipasang 2 cerobong setinggi 68 meter. Dry filter ini berfungsi menyaring udara dan uap yang keluar dari mesin press pakan ternak.
Sehingga menimbulkan bau antara lain H2S (Hidrogen sulfida), NH3 (Amoniak), kadar air dan partikulat. Parameter itu jika terpapar manusia dapat timbul masalah kesehatan terutama gangguan ISPA. Emisi kebauan ini tidak dapat dihindari, tapi bisa dikendalikan.
Ditambahkan, pihaknya sempat berhenti operasi sementara, karena ada surat Bupati Magelang. Namun kini telah beroperasi lagi berkat bantuan dan dukungan BBTPPI.
Menanggapi itu, Kepala BBTPPI Semarang, Ali Murtopo Simbolon, menyampaikan inilah upaya BBTPPI dalam menyelesaikan permasalahan industri. Yakni menciptakan mesin dry filter dan mendesain cerobong asap milik PT SAF dari tinggi 32 meter menjadi 68 meter. Sehingga dapat mengurai bau di udara.
Banyak jenis alat pengendali emisi kebauan yang biasa diterapkan pada industri, tapi perlu disesuaikan dengan kondisi industri masing-masing. Beberapa yang jadi pertimbangan soal pemilihan alat antara lain jenis emisi, jenis parameter, letak penempatan dan biaya. Dengan media karbon aktif sangat tepat mengurangi dampak kebauan dari unit proses produksi.
“Adsorber dibuat 3 tingkat dengan pembatas perforated tray yang di dalamnya berisi karbon aktif yang dihamparkan. Tujuan dibuat 3 tingkat agar gas emisi kebauan ter-adsorp sempurna, sehingga keluar dari cerobong sudah tidak berbau lagi,” jelas Ali.
Disampaikan, kesiapan BBTPPI dalam mendukung terciptanya inovasi teknologi pencegahan pencemaran industri. Teknologi Balai Kemenperin menyelesaikan permasalahan pencemaran industri pakan ternak untuk mendukung daya tahan pangan. (Muhammad Raya)