Kadin DKI Jakarta, Kelangkaan Kontainer Didorong 2 Faktor Utama GINSI Banten Berharap Pelabuhan PT Indah Kiat Segera Dibuka

Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Hj Diana Dewi SE

JAKARTA-MARITIM : Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DKI Jakarta menilai, terjadinya kelangkaan kontainer belakangan ini didorong karena 2 faktor utama, sehingga berdampak pada terhambatnya kegiatan ekspor dan impor serta menimbulkan biaya tambahan baru akibat naiknya harga sewa.

“Dua faktor utama itu meliputi belum normalnya perputaran ekonomi di tingkat global pada berbagai negara serta menurunnya jumlah impor Indonesia akibat masih belum pulihnya daya beli masyarakat kita akibat pendemi Covid-19,” kata Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Hj Diana Dewi SE, saat ditanya Tabloidmaritim.com ihwal kelangkaan kontainer akhir-akhir ini, di Jakarta, kemarin.

Read More

Sementara ditanya soal serupa, Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Banten, H Habibudin SH, mengutarakan kegiatan ekspor dan impor yang ada di wilayahnya masih terkendala infrastruktur dasar.

Sehingga semua kegiatan ekspor dan impor terpaksa harus diangkut ke Pelabuhan Tanjung Priok dengan memakai transportasi darat.
“Karena itu makanya kami tidak memakai jasa layanan kontainer di wilayah kerja Banten. Mengingat memang kami tidak punya pelabuhan di Merak dan Cilegon ini. Semua barang dikirim ke Pelabuhan Tanjung Priok melalui darat,” ujarnya.

Diana, yang juga CEO PT Suri Nusantara Jaya, menambahkan kabar bahwa saat ini sedang mengalami kelangkaan jumlah peti kemas tidak terjadi di Indonesia saja, tapi juga di dunia. Akibat dari itu berpotensi menghambat ekspor dan menimbulkan biaya tambahan baru imbas naiknya harga sewa.

Menurutnya, sebab dari ini ada 2 faktor utama, yaitu pertama belum normalnya ekonomi global di berbagai negara. Sehingga lalu lintas ekspor-impor belum dapat berjalan seperti sediakala. Kedua, menurunnya jumlah impor Indonesia akibat masih belum pulihnya daya beli masyarakat dampak pandemi Covid-19.

“Untuk itu kondisi ini tidak dapat dibiarkan terlalu lama, mengingat sebentar lagi kita akan masuk masa libur akhir tahun, yang berpotensi akan menghambat kegiatan ekspor Indonesia ke beberapa negara tujuan,” ungkap Diana.

Selain itu, kondisi ini juga dapat memicu kelangkaan beberapa barang-barang kebutuhan pokok masyarakat dan industri di dalam negeri, yang akhirnya akan memicu masalah baru di masyarakat.

Ketua BPD GINSI Banten H Habibudin SH

Pelabuhan PT Indah Kiat segera dibuka
Pada kesempatan berbeda, Habibudin, mengatakan khusus di Merak pihaknya tidak memiliki pelabuhan layakny Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. Sehingga kegiatan ekspor dan impor untuk wilayah Banten dan sekitarnya tidak memakai fasilitas kontainer. Karena semua barang langsung dikirim ke Pelabuhan Tanjung Priok menggunakan transportasi darat.

“Sebenarnya di Merak ini ada pelabuhan tapi milik PT Indah Kiat. Kami sudah rapat dan mengusulkan kepada Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan agar pelabuhan tersebut dapat dipakai juga namun sampaikan sekarang belum ada realisasi,” ujarnya, yang juga Wakil Ketua Umum Kadin Banten Bidang Kemaritiman.

Habibudin juga menjelaskan, sebelum atau sesudah ada pendemi Covid-19, untuk wilayah Banten tidak memiliki fasilitas kontainer termasuk depo kontainernya. Kalau pun ada depo, itu hanya yang kecil-kecil dan bukan diperuntukkan bagi kontainer. Padahal, Menko Luhut telah meminta agar 30% kegiatan ekspor dan impor yang masuk ke Banten harus melalui Pelabuhan Indah kiat tersebut.

Saat ini, pengusaha yang berada di Tangerang, Cikande, Balaraja dan sekitarnya mengirim barang langsung ke Jakarta, karena minimnya fasilitas depo dan pelabuhan umum kontainer di Banten.

“Jadi saya nilai sangat jauh berbeda antara Banten dan Pelabuhan Tanjung Priok, yang di depo saja bisa kita lihat tumpukan kontainernya sampai enam lantai,” urai Habibudin. (Muhammad Raya)

 

Related posts