JAKARTA –MARITIM : Ditengah terpaan pandemi Covid-19, yang nyaris menggoyahkan perekonomian nasional, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, mampu menggenjot pertumbuhan kredit sebesar 4,5 persen secara YoY, sehingga total kredit BNI mencapai Rp 569,7 triliun pada posisi Juni 2021, menghasilkan pendapatan Bunga Bersih (NII) sebesar 18,2 persen secara YoY atau mencapai Rp 19,3 triliun. Pencapaian kinerja ini, mengantarkan BNI pada Semester I – 2021 memperoleh laba bersih sebesar Rp 5,0 triliun tumbuh 12,8 persen secara YoY, serta pencadangan yang terus diperkuat menjadi 215,3 persen sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan.
Dalam paparan Kinerja BNI Semester I 2021 di Jakarta, Senin (16/8) Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, menjelaskan, BNI terus memperkuat fundamental bisnisnya. Melalui BNI Corporate Transformation, menunjukkan hasil positif sebagai modal dalam menghadapi tantangan dan persaingan pada industri keuangan, sesuai dengan hasil laporan keuangan posisi Semester I 2021 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (Audited). Profit yang solid ini ditopang oleh pendapatan Bunga Bersih (NII) sebesar 18,2 persen secara YoY atau mencapai Rp 19,3 triliun. Ini merupakan dampak dari pertumbuhan kredit sebesar 4,5 persen secara YoY, sehingga total kredit BNI mencapai Rp 569,7 triliun pada posisi Juni 2021. Profit juga didukung oleh pertumbuhan Pendapatan Non Bunga sebesar 19,2 persen secara YoY atau Rp 6,8 triliun, yang dihasilkan dari Fee Based Income yang kuat, baik dari pengelolaan Rekening dan Kartu Debit, ATM dan kanal layanan elektronik, Trade Finance, serta Marketable Securities.
Bicara tentang penyaluran kredit, Royke Tumilaar dalam konprensi pers mengatakan, BNI mencatatkan penyaluran kredit yang sehat dengan didominasi oleh sektor-sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, baik pada segmen Business Banking maupun Consumer Banking. Kredit pada Segmen Business Banking mencapai Rp 475,6 triliun atau tumbuh 3,5 persrn secara YoY. Pertumbuhan tertinggi lanjutnya, berada pada segmen small business sebesar 20,6 persen YoY dengan baki debet mencapai Rp 91 Triliun, diikuti Corporate Private sebesar 7,9 persen YoY dengan Baki Debet mencapai Rp 179,1 Triliun.Adapun kredit pada segmen Consumer Banking mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,4 persen secara YoY atau mencapai Rp 92,8 triliun. Kredit Tanpa Agunan yang berbasis payroll mencatat pertumbuhan 19,6 persen secara YoY atau sebesar Rp 32,7 triliun, dan disusul oleh kredit pemilikan rumah yang tumbuh 6,3 persen secara YoY atau Rp 47,6 triliun. Pertumbuhan kredit consumer juga dapat mengindikasikan mulai bergairahnya konsumsi masyarakat yang menopang pertumbuhan PDB Nasional.
Dikatakan, sejalan dengan mandat pemegang saham kepada perseroan untuk fokus menjadi bank dengan kapabilitas internasional yang unggul, selama Semester I – 2021 juga tercermin dari kontribusi bisnis terkait pada pendapatan perseroan. Fee Based Income yang bersumber dari surat berharga tercatat tumbuh 115,4 persen YoY atau mencapai Rp 1 triliun. Begitu juga dengan Fee Based Income yang bersumber dari layanan Trade Finance, tumbuh 20,4 persen YoY atau mencapai Rp 732 miliar.
CASA Tertinggi
Kredit yang disalurkan secara selektif lanjut Royke, hanya pada debitur berkualitas tersebut ditopang oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 4,5 persen YoY atau sebesar Rp 646,6 triliun, dimana dana murah atau CASA yang terhimpun semakin kuat. Rasio CASA pada Juni 2021 tercatat mencapai 69,6 persen atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini, yaitu sebesar Rp 450,1 triliun atau tumbuh 11,5 persen YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan DPK ini menjadi penyangga pertumbuhan aset sebesar 5,0 persen YoY atau mencapai Rp 875,1 triliun. Pertumbuhan aset yang didominasi oleh dana murah ini merupakan salah satu pencapaian transformasi digital yang gencar dilakukan Perseroan dan telah mulai menunjukkan hasil. Dimana 70 persen dari CASA yang dihimpun merupakan kontribusi dari kinerja BNI Direct dan BNI Mobile Banking, 2 dari 3 produk champion BNI dalam digitalisasi layanan perbankan.
Pertumbuhan casa yang tinggi ini, menurut Rpyke, ditopang oleh transformasi digital yang dilakukan oleh Perseroan. Digitalisasi yang diterapkan memiliki kekhasan, ini tidak dimiliki oleh sebagian besar bank yang kini tengah berusaha memasuki dunia perbankan digital. BNI mengkombinasikan dua dunia pada layanan perbankan yang saat ini ada, yaitu Konvensional Bank dan industri Financial Technology. Sebagai bank konvensional, BNI kini memiliki akses ke public funding, memiliki nasabah loyal, telah mengembangkan produk dan jasa keuangan, setiap simpanan dijamin sesuai dengan aturan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan memiliki ruang untuk terus menurunkan cost of fund, dimana pada Kuartal 2 – 2021 menjadi 1,6 persen.
Di sisi lain, BNI juga melakukan kolaborasi dengan Fintech, yang tangkas dalam beradaptasi terhadap perubahan baru, menguasai ekosistem berbasis online, mampu beroperasi dengan biaya yang efisien dan dapat diautomatisasi, serta sangat akrab dengan layanan yang diharapkan oleh kaum milenial. “Perpaduan tersebut menjadikan BNI sebagai pemimpin dalam layanan ekosistem perbankan terbuka atau API, dimana hingga Juni 2021 sudah membuahkan 283 jenis layanan, atau terbanyak dibandingkan bank lain, dan digunakan oleh 3.000 klien, termasuk Perusahaan Fintech maupun E-commerce,”aku Royke.
Selain BNI Open API, BNI juga mengembangkan Layanan Cash Management melalui BNI Direct, serta Financial Supply Chain Management yang sama – sama dapat digunakan untuk melayani nasabah Perusahaan, Bisnis, Fintech dan e-commerce. Layanan digital unggulan ini banyak disukai karena memberikan manfaat pengelolaan keuangan yang lengkap, mulai dari payment management; collection management; liquidity management; hingga penyajian informasi rekening, dan pelaporan. Ragam manfaat ini mendorong pertumbuhan jumlah pengguna sebesar 16,4 persen year on year atau sebanyak 68.229 perusahaan pada Juni 2021, nilai transaksi yang meningkat 10,8 persen year on year atau senilai Rp 2.030 triliun, dan jumlah transaksi yang juga tumbuh 175,6 persen year on year menjadi sebanyak 214 juta transaksi.
Produk digital unggulan lainnya adalah BNI Mobile Banking yang tumbuh sangat pesat menjadi layanan pilihan utama nasabah ritel. Indikasinya terlihat pada jumlah pengguna yang meningkat 56,8 persen YoY atau sebanyak 9,29 juta menyusul pandemi yang mendorong orang untuk membatasi aktivitasnya di luar rumah, work from home, serta bertransaksi secara online.
” Dengan demikian nilai transaksi yang meningkat 31,8 persen YoY atau sebesar Rp 287 triliun. Begitu juga dengan jumlah transaksi yang meningkat 54,2 persrn YoY atau sebanyak 204 juta transaksi.”jelas Royke. (Rabiatun)