Depok, Maritim: 5 Oktober 2021 – Universitas Indonesia (UI) melalui Disaster Risk Reduction Center (DRRC)dan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), bekerja sama dengan Politeknik Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Kampus Makasar, Bandung dan Jakarta yang berada di bawah Lembaga Administrasi Negara (LAN), Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN), dan PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) Academy menyelenggarakan webinar Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) bertajuk “Experience-Based Knowledge dalam Mitigasi Bencana di Indonesia”.
Empat pembicara mengisi webinar ini, yaitu dosen Fakultas Ilmu Administrasi UI, Dr. Rachma Fitriati, M.Si., (HAN), Kepala BNPB 2019-2021 dan Dosen Luar Biasa Manajemen Bencana SIL UI, Letjen TNI (Purn.) Dr. (H.C) Doni Monardo, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Dr. Tb. H. Ace Hasain Syadzily, M.Si., dan Deputi Kepala Staf Kepresidenan 2015-2019 dan Centre for Innovation Policy and Governance Indonesia, Yanuar Nugroro, Ph.D.
Pada saat menyampaikan keynote speech, Laksamana Madya TNI Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD., CIQnR., CIQaR., IPU., selaku Rektor Universitas Pertahanan menyampaikan bahwa webinar ini adalah salah satu bentuk wujud konkrit dari kegiatan MBKM sehingga kolaborasi berbagai perguruan tinggi ini akan hadir sebagai mata air bagi kemajuan dan pembangunan bangsa, yang turut mewarnai budaya dan peradaban bangsa secara langsung. Penggunaan experience-based bermanfaat untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam mencegah terjadinya bencana pada suatu wilayah.
Sementara Dr. Ir. Rudiyanto Dip., ISM, MIIRSM., MM., MBA.. Direktur Utama PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) selaku BUMN mengapresiasi kolaborasi berbagai perguruan tinggi, sehingga para nara sumber yang terdiri dari para pakar dan praktisi dapat sharing knowledge tentang pengalaman tata kelola mitigas bencana dan kebijakannya sehingga dapat menghasilkan pengetahuan. Prof. Fatma Lestari, Ketua DRRC UI, menyatakan apresiasi terhadap penyelenggaran program MBKM yang sangat bermanfaat dalam memberikan ruang aplikatif dari hal-hal teoritis yang dipelajari oleh mahasiswa di dalam kelas. “Dengan keberadaan program MBKM, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk belajar langsung dari aktor lapangan dalam bidang mitigasi bencana tentang penerapan teoriexperience-based. Semoga setelah mengikuti webinar ini, mahasiswa mendapatkan pengetahuan baru seputar mitigasi bencana dan teori experience-based,” ujar Fatma.
Doni Monardo menyampaikan mengenai tata kelola mitigasi bencana alam dan non-alam di Indonesia. Bencana alam terdiri dari tsunami, kebakaran hutan dan lahan, serta banjir, sedangkan bencana nonalam terdiri dari limbah, land subsidence, epidemik, dan gagal teknologi. “Bencana alam seperti tsunami terjadi karena perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Jika terjadi gempa terus-menerus di daerah rawan tsunami lebih dari 20 detik, maka masyarakat diharapkan segera melakukan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi,” ujar Doni.
Setiap tahun, bencana alam seperti bencana kebakaran hutan dan lahan sering terjadi, dimana 99% diakibatkan oleh perilaku manusia dan 80% lahan yang terbakar menjadi kebun. Sementara itu, bencana banjir juga banyak memakan korban yang cukup besar karena alih fungsi lahan di bagian hulu. Tiga aktivitas yang merusak kawasan hulu, yaitu illegal mining (penambakan ilegal), illegal logging (penebangan liar), dan alih fungsi lahan pertanian, perkebunan, dan permukiman. Beberapa arahan dari Presiden Joko Widodo, antara lain dengan melakukan reforestasi penghijauan, percepatan penyelesaian Bendungan Sukamahi dan Ciawi, serta percepatan penyelesaian sodetan Ciliwung Kanal Banjir Timur.
Selanjutnya, narasumber kedua, Dr. Tb. H. Ace Hasain Syadzily, M.Si., memaparkan tentang persoalan penanggulangan bencana, mulai dari pendekatan penanganan bencana yang masih responsif, bukan mitigasi, belum optimalnya dukungan anggaran bencana, lambatnya mekanisme proses dana penanggulanan bencana, lambatnya upaya mitigasi dan tanggap darurat, serta lemahnya koordinasi antar instansi terkait. “Dalam hal ini, terdapat tantangan *penyelenggaraan penanggulanan bencana, seperti resiko bencana yang semakin meningkat, potensi kerawanan bencana yang beragam pada masing-masing daerah, serta budaya sadar bencana,” ujar Ace.
Rachma Fitriati berpendapat, “Pengetahuan berbasis pengalaman memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan, mencoba membandingkan masalah saat ini dengan situasi sebelumnya untuk menemukan solusi yang tepat. Maka dari itu, pengetahuan dari keputusan masa lalu dapat secara signifikan menfasilitasi dan mempercepat keputusan yang ada di masa depan.” Sementara itu pembicara terakhir, Yanuar Nugroro, PhD menyampaikan materi mengenai pendekatan agile organization dalam tata kelola mitigasi bencana. Agile Organization merupakan organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon dan beradaptasi dengan cepat terhadap keadaan yang berubah. Agile organization diperlukan karena tiga alasan. Pertama, absennya koordinasi dan pendekatan ‘silo’.
Memperbaiki koordinasi dan memecah pengkotakkotakan (silo). Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas pembuatan kebijakan. Kedua, kurangnya disiplin dalam implementasi perencanaan. Memastikan pelaksanaan sesuai dengan perencanaan. Tujuannya untuk memperbaiki proses pembuatan kebijakan pemerintah. Ketiga, tawar-menawar politis karena tiadanya data. Mendorong penggunaan data dan riset untuk kebijakan. Tujuannya adalah layanan publik yang lebih baik, tertarget, dan akurat.
Kegiatan ini ditutup oleh Direktur Politeknik STIA LAN Makassar Prof. Amir Imbaruddin, MDA, Ph.D yang menyampaikan bahwa Webinar ini merupakan wujud konkrit dari implementasi Permendikbud No 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Kebijakan MBKM ini memberikan hak kepada mahasiswa untuk memperkaya dan meningkatkan wawasan serta kompetensinya, di mana pembelajaran dapat terjadi di manapun, semesta belajar tak berbatas, tidak hanya di ruang kelas, perpustakaan dan laboratorium, termasuk juga di dunia daring. (Hbb)