Raih Bonus Demografi, Indonesia Bakal Jadi Negara Maju

JAKARTA-MARITIM: Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak dan didominasi usia produktif, yaitu usia antara 14-64 tahun. Jumlah usia produktifnya  mencapai 70 persen dari jumlah penduduk.

Dengan banyaknya jumlah usia produktif, Indonesia berpotensi besar mendapatkan bonus demografi yang puncaknya terjadi pada 2030. Untuk mendapatkan bonus demografi, dibutuhkan serangkaian persyaratan, di antaranya penduduk yang masuk kategori usia produktif memiliki kedisiplinan dan etos kerja yang tinggi.

“Saya percaya dan yakin bonus demografi akan kita raih dan kita akan masuk menjadi negara maju di tahun 2045, kalau kita mempersiapkan dengan baik. Termasuk Pesantren Bina Insan Mulia yang akan mempersiapkan Indonesia menjadi negara maju yang memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi, ” tegas Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah saat berkunjung ke Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, Jawa Barat, Minggu (24/10/2021).

Menaker mengatakan, jumlah usia produktif yang ada di Indonesia merupakan anugerah yang harus dimanfaatkan dengan baik, sehingga menjadi bonus demografi. Bukan sebaliknya menjadi bencana demografi.

“Tidak semua negara mendapatkan bonus demografi. Negara-negara yang akan mendapatkan, di antaranya Jepang, China dan Korea Selatan. Bonus demografi mengantarkan Jepang menjadi negara maju, mengatarkan China menjadi negara maju. Korsel maju. Tapi tidak sedikit juga yang gagal memanfaatkannya, seperti Afrika dan Brazil,” terangnya.

Jika Indonesia berhasil meraih bonus demografi, lanjut Menaker, cita-cita Indonesia menjadi negara maju pada 2045 atau 100 tahun setelah kemerdekaan, dapat terwujud.

“Nantinya Indonesia akan menjadi negara maju terbesar ketiga di dunia yang pertumbuhan ekonominya tinggi. Tidak ada orang miskin di Indonesia. Kemiskinannya nol persen,” ucapnya.

Ida percaya, dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara maju, Pesantren Bina Insan Mulia akan turut berkontribusi untuk tidak hanya mencetak santri-santri yang memiliki kedalaman ilmu agama, tetapi juga memunculkan santri-santri yang menguasai teknologi digital.

“Kita tidak hanya butuh teknokrat-teknokrat, kita juga butuh konten-konten Youtube yang juga kontennya kesantrian. Kita juga butuh inovator-inovator baru yang juga santri. Kita ingin mengisi Indonesia 2045 menjadi negara maju yang di situ ada kontribusi santri di dalamnya,” ujarnya. (Purwanto).

 

 

Related posts