JAKARTA-MARITIM: Gatot Cahyo Sudewo SE, MM Tr, CPHCM terpilih kembali menjadi Ketua Umum CIMA (Consortium of Indonesian Manning Agencies) masa bakti 2022-2025 dalam RUA (Rapat Umum Anggota) CIMA ke-10 yang berlangsung di Jakarta, Rabu (24/11/2921).
Pria asal Salatiga, Jawa Tengah, itu menang telak dengan memperoleh 30 suara dari 35 suara yang diperebutkan. Sedang 3 kandidat lainnya, Capt. Akhmad Subaidi,M.Mar, AFNI memperoleh 3 suara, Angga Luthfi Eldrianto, MM 2 suara, dan Deddy Herfiandi tidak mendapatkan suara.
Pemilihan Ketum CIMA baru ini diawali dengan Laporan Pertanggung-Jawaban (LPJ) DPP CIMA periode 2018-2021 yang dilakukan oleh Gatot. Setelah pengurus dinyatakan domisioner menyusul diterimanya LPJ secara aklamasi, maka dibentuk Steering Committee (SC) sebagai persiapan pemilihan ketua umum CIMA yang baru. SC terdiri dari 3 orang, yakni Capt. Akhmad Subaidi M. Mar, AFNI, R.Adhimaskin Kusumawardhani, SE,M.Mar.E, dan Capt.Edy Sukandar M.Mar. SC kemudian membentuk Tim Formatur juga 3 orang, yaitu Capt. Ferry Luntungan M. Mar, Capt. Arthur Max Warokka M. Mar. dan Drs. Heru Suroto, SH, MH, MM
Ketua SC A. Subaidi kemudian menetapkan bahwa setiap perusahaan anggota Cima hanya ada satu suara. Dari 51 perusahaan yang terdaftar sebagai anggota Cima, yang hadir dalam RUA hanya 38 perusahaan.
Jadi, dalam pemilihan ketua umum kemarin mestinya ada 38 suara yang diperebutkan. Namun karena 3 wakil perusahaan sudah meninggalkan tempat sebelum pemilihan berlangsung, maka jumlah suara yang diperebutkan sebanyak 35 suara. Baik SC maupun Tim Formatur menilai pelaksanaan pemilihan secara langsung melalui surat suara berlangsung secara bebas, terbuka dan demokratis.
Setelah Gatot Cahyo Sudewo terpilih menjadi Ketua Umum CIMA untuk periode 4 tahun mendatang, Ketua Tim Formatur Capt. Ferry Luntungan kemudian menyerahkan surat keputusan Tim Formatur yang menetapkan Gatot Cahyo Sudewo sebagai Ketua Umum CIMA periode 2022-2025, beserta bendera CIMA.
LPJ Diterima Bulat
Dalam LPJ-nya, Gatot Cahyo Sudewo menyebutkan berbagai upaya yang dilakukan selama 4 tahun terakhir. Mulai jumlah keaggotaan yang di tahun 2018 hanya 38 dan kini menjadi 51 perusahaan, sampai membangun kemitraan sehat yang kini telah merambah ke 43 lembaga pemerintah/swasta tingkat nasional dan internasional, sehingga keberadaan CIMA kini telah diperhitungkan semua pihak.
“Keberadaan CIMA telah mendapat pengakuan secara official dari Kementerian Perhubungan dan Kementerian Ketenagakerjaan sebagai mitra kerja di bidang pengawakan kapal,” tegasnya.
Tentang keanggotaan, Gatot terus berupaya untuk menambah anggota baru agar CIMA menjadi lebih kuat. Pemegang SIUPPAK (Surat Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal) yang belum masuk CIMA dijadikan target penambahan anggota baru sampai 30%. Saat ini pemegang SIUPPAK tercatat 184 perusahaan.
Gatot juga mengungkapkan program kerja CIMA yang masih berjalan dan berkolaborasi dengan mitra kerja nasional dan internasional.
Untuk mitra nasional adalah penyusunan RSKKNI (Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dalam melaksanakan kegiatan usaha keagenan awak kapal. Bekerjasama dengan Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan ada 11 unit kompetensi yang akan disusun. Yakni melakukan perekrutan dan seleksi awal (3 kompetensi), mengurus penempatan awak kapal (1), mengurus perjanjian kerja laut (1), pengembangan pengetahuan dan keterampilan awak kapal (4), dan mengurus dokumen persyaratan keagenan kapal (2).
Pembahasan perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan bagi awak kapal Indonesia, juga masih berlanjut. Masalah ini dibahas bersama dengan Kemenhub dan BPJS Ketenagakerjaan.
Sedang dengan mitra internasional ada beberapa masalah yang kini masih berlangsung. Antara lain tentang studi penelitian ILO (International Labour Organization) tentang penguatan mekanisme deteksi kerja paksa industri penangkapan ikan.
Kemudian program Ship to Shore Rights South East Asia (SEA). Program ini melibatkan beberapa negara yang merupakan insiatif dari Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang dilaksanakan oleh ILO bekerja sama dengan International Organization for Migration (IOM) dan United Nations Development Programme (UNDP), serta penyusunan materi komunikasi, informasi dan edukasi berbasis daring untuk pekerja migran Indonesia di sektor perikanan.
Adapun program yang masih tertunda adalah penyusunan Database Pelaut versi CIMA dan keinginan menjadi anggota KADIN Indonesia. “Beberapa program kerja ini masih akan dilanjutkan di era kepengurusan baru CIMA,” ujarnya.
Laporan pertanggung-jawaban (LPJ) CIMA ini ternyata tidak ada pertanyaan, sanggahan atau keberatan dari para anggota. Begitu LPJ diterima secara bulat, Ketua SC A. Subaidi langsung mengetuk palu sebagai tanda pengesahan LPJ Kepengurusan CIMA 2018-2021.
Sebelumnya, Direktur Perkapalan dan Kepelautan Ditjen Hubla H. Ahmad Wahid, ST,MT, M.Mar.E yang hadir dalam pembukaan RUA mengatakan, pemerintah opitimis usaha pengawakan kapal di dalam dan luar negeri akan berkembang. Untuk itu ia berharap agar 184 perusahaan pemegang SIUPPAK segera bergabung ke CIMA yang anggotanya saat ini baru 51, sehingga organisasi ini akan menjadi lebih kuat.
“Berkembangnya perusahaan pengawakan kapal juga akan mendorong kemajuan perusahaan pelayaran, sehingga akan bisa meredam biaya tinggi di bidang angkutan laut maupun logistik,” ujarnya.
Ketua Panitia RUA CIMA Angga Luthfi Eldrianto MM dalam laporannya mengatakan, CIMA bertekad terus memberikan pelayanan terbaik dan menunjukkan hasil yang dapat memperkuat sektor kemaritiman di Indonesia. Berbekal kemandirian maritim, ke depan CIMA selaku salah satu pilar penopang industri kemaritiman Indonesia, optimis kita akan mampu mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai bangsa maritim yang besar dan disegani bangsa lain di dunia.
Dikatakan, RUA mengusung tema “SEAFARER : At The Core of Shipping Future, through The Development of Maritime Competence” (Pelaut: Kunci masa depan dalam pembangunan kompetensi maritim) sebagai dukungan terhadap pemerintah dalam upaya membangun SDM pelaut yang terampil, menguasai ilmu dan teknologi di bidang maritim, sebagai sarana untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasar dan peluang kerja SDM pelaut, baik di dalam maupun di luar negeri.
Pembukaan RUA CIMA juga dihadiri sejumlah undangan. Antara lain dari ILO Indonesia & Timor Leste, IOM (International Organization for Migration) Indonesia, Kesatuan Pelaut Indonesia, INSA (Indonesia National Ship Owner), ISMA (Indonesia Ship Management Association), Politehnik Maritim Indonesia Semarang, Perkumpulan Pekerja Pelaut Indonesia dan Ikatan Korps Perwira Pelayaran Niaga, ISMAA (Indonesia Ship Manning Agency Association), IFMA (Indonesia Fishery Manning Agency). (Purwanto).