Indikator Stabilitas Nilai Rupiah

JAKARTA–MARITIM : Seiring dengan semakin terkendalinya penyebaran Covid-19,Bank Indonesia mencermati perkembangan ekonomi berangsur pulih. Untuk itu Bank Indonesia menyampaikan,v perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

A. Perkembangan Nilai Tukar 21 – 25 Maret 2022

Read More

Pada akhir hari Kamis, 24 Maret 2022

Rupiah ditutup melemah terbatas di level (bid) Rp14.344 per dolar AS.
Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun di 6,69 persen.
DXY[1] menguat ke level 98,79.
Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 2,372 persen.
Pada pagi hari Jumat, 25 Maret 2022

Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.340 per dolar AS.
Yield SBN 10 tahun stabil pada level 6,69%.
Aliran Modal Asing (Minggu IV Maret 2022)

Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 94,38 bps per 24 Maret 2022 dari 85,47 bps per 18 Maret 2022, sejalan risk off di pasar keuangan global.
Berdasarkan data transaksi 21-24 Maret 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp3,13 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp5,96 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp2,83 triliun.
Berdasarkan data setelmen s.d 24 Maret 2022 (ytd), nonresiden jual neto Rp29,87 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp24,44 triliun di pasar saham.

B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Maret 2022, perkembangan harga pada Minggu IV Maret 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi 0,68 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Maret 2022 secara tahun kalender sebesar 1,24 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,68 persen (yoy).

Penyumbang utama inflasi Maret 2022 sampai dengan minggu IV yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,11 persen (mtm), bahan bakar rumah tangga (BBRT) sebesar 0,7 persen (mtm), telur ayam ras sebesar 0,06 persen(mtm), emas perhiasan dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,05 persen(mtm), tempe sebesar 0,04 persen (mtm), cabai rawit, minyak goreng, sabun detergen bubuk/cair, angkutan udara dan jeruk masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm), tahu mentah, daging sapi, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), serta bawang merah, bawang putih dan gula pasir masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm). Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode ini yaitu tomat sebesar -0,01 persen (mtm).

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat, serta terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut. (Rabiatun)

Related posts