JAKARTA-MARITIM : Jelang pertemuan pertama Trade, Investment and Industry Working Group (TIIWG) G20 pekan depan, pemerintah mengharapkan dapat tercapai langkah-langkah konkret mengenai implementasi kerja sama antara para anggota G20 maupun stakeholders terkait. Rencananya, perhelatan akan digelar di Solo, Jawa Tengah, 29 Maret,-1 April 2022.
“Ada kepentingan bersama dari pemerintah dalam Presidensi G20 tahun 2022 untuk mengangkat isu industri dalam TIIWG,” kata Dirjen Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko SA Cahyanto, kepada para jurnalis dalam media briefing, Jumat (25/3).
Menurutnya, sektor industri sampai saat ini merupakan bagian terbesar dari porsi investasi dan perdagangan di Indonesia. Selain itu, 15% ekonomi negara-negara anggota G20 juga berasal dari industri. Karenanya, pemerintah ingin agar isu industri dibahas secara mendalam pada gelaran G20 kali ini, guna memulihkan ekonomi secara inklusif dan berkelanjutan.
Ditambahkan, pada pertemuan pertama akan dibahas 3 dari 6 isu utama, yakni peran sistem perdagangan multilateral untuk akselerasi pencapaian SDGs, perdagangan digital dan rantai nilai global berkelanjutan (Sustainable Global Value Chain/GVCs) yang berkelanjutan, serta industrialisasi inklusif yang berkelanjutan melalui Industri 4.0.
Sementara Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono, menambahkan Indonesia akan menggunakan kesempatan dan hak istimewa (privilege) sebagai Presidensi G20 untuk bekerja sama dengan negara anggota G20 lainnya. Dalam mendorong sinergi kebijakan dan agenda pemulihan ekonomi di sektor perdagangan, investasi, dan industri. Untuk mencapai SDGs.
Indonesia, sambungnya, akan mengangkat 6 isu prioritas dalam TIIWG. Yakni, reformasi WTO, peran sistem perdagangan multilateral untuk akselerasi pencapaian SDGs, respons perdagangan. Investasi dan industri terhadap pandemi serta arsitektur kesehatan global.
Isu prioritas berikutnya perdagangan digital dan rantai nilai global berkelanjutan (Sustainable Global Value Chain/GVCs) yang berkelanjutan, mendorong investasi berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi global, serta industrialisasi inklusif yang berkelanjutan melalui Industri 4.0.
“Sebagai representasi negara berkembang, Indonesia melalui G20 TIIWG akan berupaya menghasilkan komitmen dan menghasilkan terobosan-terobosan nyata guna berkontribusi lebih besar bagi pemulihan ekonomi global dan akselerasi pencapaian SDGs. Melalui sektor perdagangan, investasi dan industri dalam 6 isu prioritas,” ungkap Djatmiko.
Industri 4.0 sendiri merupakan satu dari enam isu prioritas di TIIWG, terutama terkait digitalisasi yang telah menghasilkan sistem produksi dan perdagangan generasi baru. Misalnya, e-commerce telah mengurangi biaya dalam perdagangan internasional, serta menghubungkan lebih banyak usaha kecil dan konsumen secara global.
Karenanya, kebijakan industri di masa ini harus memperhitungkan perdagangan digital modern dan adopsi teknologi digital pada industri. Dampak digitalisasi pada perdagangan dan industri tidak dapat dianggap terpisah.
Sedangkan Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal Kemen Investasi/BKPM, Riyatno, mengatakan pihaknya optimistis momentum G20 dapat mendorong pencapaian target investasi Rp1.200 triliun pada 2022.
“Pemerintah menyusun sejumlah strategi untuk mencapai target investasi yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo,” ucap Riyatno.
Strategi itu antara lain meningkatkan koordinasi antara kementerian/lembaga dan pemda. Untuk meningkatkan realisasi di empat wilayah, mencakup Sumatera (Wilayah I), DKI Jakarta dan Kalimantan (Wilayah II), Jawa Barat dan Sulawesi (Wilayah III), serta Jawa Timur hingga Papua (Wilayah IV).
Strategi lainnya, adalah membuat daftar 100 besar investasi di masing-masing provinsi. Daftar ini diharapkan mampu memfasilitasi perusahaan-perusahaan besar, baik PMA dan PMDN.
Selanjutnya pembentukan Satgas Percepatan Realisasi Investasi untuk memastikan realisasi investasi bagi PMA dan PMDN yang telah memiliki izin berusaha.
Solo
Terpilihnya Solo, kata Eko, karena kota ini termasuk sebagai pusat industrialisasi di Pulau Jawa. Di mana di Solo Raya, selama 10 tahun terakhir, industrialisasi berjalan cukup masif. Beberapa industri memilih Solo Raya sebagai homebase produksinya.
Alasan lain, Solo merupakan kota dengan sejarah kejayaan yang panjang di masa lalu, sehingga memberi kesan bahwa kita akan selalu menjaga tradisi dan warisan budaya.
“Saat ini, semakin banyak industri memilih lokasi di luar lokasi tradisional, yaitu koridor utara Pulau Jawa, dengan adanya perkembangan pembangunan infrastruktur,” katanya. (Muhammad Raya)