Banjir Order dan Investasi Naik 119,4%, Kemenperin Yakin Kinerja Alas Kaki Bakal Meroket

Direktur Industri Tekstil Kulit dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh dgn tagline "Produk Lokal Itu Tak Gentar Melawan Impor". Saat menunjukan jaket G20 produksi Bandung

JAKARTA-MARITIM : Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meyakini, kinerja produksi industri alas kaki akan segera pulih pada tahun ini, walaupun di awal masa pandemi Covid 19 sempat lesu beberapa tahun lalu.

Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin, Elis Masitoh, memastikan bakal melambungnya kinerja alas kaki tersebut kepada wartawan, kemarin.

Read More

“Investasi industri alas kaki tujuan ekspor naik 119,4% dari 2020 ke 2021. Ekspornya juga meningkat 36%. Yakni, terutama untuk industri-industri yang memproduksi global brand, seperti Nike,” ujar Elis.

Bahkan, sambungnya, tahun ini akan ada banjir pesanan ke industri alas kaki dalam negeri sebanyak 100 juta pasang. Kemudian tahun depan salah satu brand ternama tersebut juga akan melakukan hal yang sama.

Di sisi lain, bertambahnya nilai investasi alas kaki tersebut juga membawa dampak positif bagi para pencari kerja, yakni bertambahnya penyerapan sebanyak 30 ribu orang. Hal itu sama dengan proyeksi penyerapan pada tahun ini.

Elis menjelaskan, meningkatnya investasi Nike di Indonesia cukup mengangkat nama Indonesia di negara-negara tujuan ekspor. Bahkan, merek sepatu terkenal ini juga mempunyai rencana dan target pada 2030 akan menempatkan Indonesia sejajar dengan Vietnam dalam hal produksi alas kaki.

Terkait dipilihnya Indonesia sebagai basis produksi, Elis mengatakan, karena investor melihat Indonesia cukup bagus dinilai dalam hal penanganan pandemi Covid 19. Sehingga ada kepercayaan dari mereka untuk menambah investasi baru.

“Mereka menganggap di Indonesia cukup bagus untuk berinvestasi. Kalau pun ada gonjang ganjing politik, itu hanya terjadi pada 4-5 tahun saja, yang dampaknya tidak sampai mengganggu produksi. Faktor lain, karena permintan alas kaki global juga sedang meningkat,” urainya.

Disebutkan, sebanyak 65% industri alas kaki adalah berorientasi ekspor, sedangkan 35% lagi untuk pasar dalam negeri. Pasar domestik diperkirakan akan semakin kondusif apabila ada pelonggaran kegiatan masyarakat dan dimulainya pembelajaran tatap muka di sekolah.

“Mereka mengharapkan sekolah dibuka, kantor dibuka, mal dibuka dan pasar-pasar dibuka. Jika itu yang terjadi, maka diproyeksikan permintaan di dalam negeri akan meningkat,” ungkap Elis.

Penyebaran industri berorientasi ekspor terdapat di Tangerang dan Jawa Tengah. Sementara penyebaran industri alas kaki untuk pasar dalam negeri umumnya di Jawa Barat dan banyak di Jawa Timur.

Industri garmen

Cerita gembira pada industri alas kaki, rupanya juga diikuti pula oleh industri tekstil dan produk tekstil (TPT), khususnya industri garmen. Di mana ekspor pada 2020 senilai US$10 miliar meningkat menjadi US$13 miliar pada 2021.

Kemenperin kini tengah mendorong industri garmen terus meningkat kinerjanya, atau di sisi lain harus siap dengan segala aturan dan ketentuan baru dari negara-negara buyer. Seperti pemakaian energi yang ramah lingkungan, menggunakan bahan baku lokal dan berkelanjutan serta penerapan industri hijau.

“Kalau industri garmen kita siap dengan segala ketentuan itu semua, maka kemungkinan besar ekspor garmen kita ke Eropa dan Amerika Serikat, akan lebih meningkat lagi. Karena itu dari sekarang kita mempersiapkan industri garmen kita agar lebih siap lagi,” kata Elis.

Menurutnya, kalau kita ingin bersaing, maka kita juga harus mempersiapkan industri garmen kita. Sehingga siap bersaing di kancah global. (Muhammad Raya)

Related posts