JAKARTA-MARITIM : Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu sektor yang beperan penting dalam menopang perekonomian nasional, dengan potensi menyerap tenaga kerja sebanyak 3,6 juta orang dan berkontribusi sebesar 6,38% terhadap PDB industri pengolahan non migas. Karena itu, industri TPT termasuk sektor yang mendapat prioritas pengembangan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Sampai dengan Juni 2022, industri TPT tetap menjadi komoditas andalan ekspor kita, dengan nilai yang menembus hingga US$6,08 miliar, atau berkontribusi 5,51% terhadap total ekspor nasional,” kata Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, di Jakarta, kemarin.
Meskipun di tengah tekanan global dan dampak pandemi, Menperin optimistis, industri TPT terus agresif memperluas pasar ekspor. Yakni, dengan target sebesar US$13-14 miliar pada 2022.
“Kinerja industri TPT juga diharapkan tetap tinggi, terutama didorong pertumbuhan pesat penjualan melalui platform e-commerce serta kesadaran konsumen akan prinsip-prinsip sustainability pada proses produksi tekstil, seiring komitmen penurunan karbon dan konsumsi air dalam proses produksinya,” ungkap Menperin.
Dari sisi komoditas, sambungnya, prinsip sustainability juga didorong dengan penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan serta penerapan prinsip circular economy. Adanya Making Indonesia 4.0 akan mendorong transformasi industri tekstil bisa lebih berdaya saing dan berinovasi tinggi. Sehingga dapat bersaing dan menjawab permintaan pasar global.
Dalam upaya mempercepat implementasi industri 4.0, industri TPT diharapkan dapat memanfaatkan beberapa teknologi kunci untuk memenangkan persaingan global, antara lain artificial intelligence. Novel fabrics, Internet of things (IoT), Rapid Data Analysis for Quick Adaptation, mobile commerce, virtual and augmented reality (VR), online vector editors, 3D printing, blockchain dan sustainability.
Di samping itu, Kemenperin telah menginisiasi langkah strategis berupa program substitusi impor 35% tahun 2022, untuk mendorong peningkatan utilisasi industri existing. Sekaligus peningkatan investasi di Indonesia, baik investasi baru maupun perluasan.
Kemenperin juga melaksanakan program restrukturisasi mesin/peralatan pada industri penyempurnaan kain dan industri pencetakan kain sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No 18 Tahun 2021. Upaya ini telah terbukti meningkatkan kapasitas produksi sebesar 21,75%, peningkatan realisasi produksi 21,22%, efisiensi energi sebesar 11,86%, serta peningkatan volume penjualan baik dalam negeri maupun ekspor sebesar 6,65%.
Semakin dicari buyers
Sementara Plt Dirjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil, (IKFT), Ignatius Warsito, mengatakan industri TPT nasional ke depan akan semasih dicari buyers dari luar negeri. Kendatipun terjadi perang Ukraina-Rusia.
“Pesanan terus mengalir, tetap jalan dan tidak ada gangguan, sehingga dapat disimpulkan bahwa industri TPT nasional merupakan industri manufaktur yang sangat menjanjikan dan perlu terus dikembangkan. Apalagi, sektor industri TPT merupakan salah satu sektor yang memegang peran penting dalam menopang perekonomian nasional,” ujar Warsito, kepada wartawan di ruang kerjanya.
Namun begitu diakui, pengiriman order ke beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor mengalami gangguan transportasi, dampak dari perang Ukraina-Rusia. Transportasi yang membawa produk TPT ke negara-negara tujuan ekspor mengalami hambatan. Atau di sisi lain, kapal yang membawa produk TPT nasional harus melalui alur pelayaran lain, agar terhindar dari berkecamuknya perang Ukraina-Rusia.
“Akibatnya, pengiriman pesanan terpaksa tertunda, tidak sesuai jadwal. Walaupun buyers luar negeri satu pun tidak ada yang membatalkan order,” tambah Warsito.
Karena itu, lanjutnya, pihaknya tetap optimis ke depan industri TPT nasional tidak akan terpuruk. Seperti yang dikuatirkan beberapa kelompok. “Kinerja ekspor TPT kita tetap bisa bertahan. Bahkan akan naik.”
Warsito menyampaikan, sektor lain pada industri di bidang yang menjadi wilayah kerjanya juga menunjukkan tren membaik, terutama minat negara-negara asing untuk terus menanamkan investasinya di Tanah Air. Apakah itu pada sektor farmasi, kimia, keramik, kaca dan lain sebagainya.
“Indonesia masih tetap sebagai negara tujuan investor asing terbaik bagi mereka. Bahkan, nilai investasi itu akan makin bertambah lagi pada 2023 mendatang, dengan berbagai realisasi pada beberapa kawasan industri strategis,” ucapnya.
Untuk menjaga itu, tambah Warsito, pihaknya selalu memonitor kondisi di lapangan dan membuka dialog dengan berbagai kalangan asosiasi soal apa saja keluhan dan hambatan yang dihadapi.
“Lalu kami carikan solusinya, salah satunya melalui sistem monitoring neraca komoditi, suatu sistem untuk mengetahui dan mengatasi bahan baku dan bahan penolong yang dibutuhkan oleh industri dalam negeri,” urai Warsito. (Muhammad Raya)