PROBOLINGGO – MARITIM: Kunjungan wisata ke Gunung Bromo dibatasi saat pembukaan dan penutupan Wulan Kapitu karena ada ritual Megeng Wulan Kapitu yang digelar Suku Tengger di lereng gunung tersebut.
“Kawasan wisata Gunung Bromo akan dibatasi agar kearifan lokal tersebut berjalan dengan khidmat,” kata Sekretaris Paruman Dukun Pandita Kawasan Tengger Bambang Suprapto dalam keterangan tertulis yang diterima di Probolinggo, Selasa.
Menurutnya, pembatasan itu sesuai dengan Keputusan Paruman Dukun Pandita Kawasan Tengger dalam musyawarah pada 22 November 2022 dan hal tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor 277/Pemb/PDP-Tengger/XI/2022.
Pembukaan Wulan Kapitu dimulai pada Jumat (23/12) pukul 18.00 WIB sampai dengan hari Sabtu (24/12) pukul 18.00 WIB, sedangkan penutupan Wulan Kapitu jatuh pada 21 Januari 2023 mulai pukul 18.00 WIB sampai dengan 22 Januari 2023 pukul 18.00 WIB. Tutur Bambang: “Awal dan akhir bulan Wulan Kapitu, kami laksanakan Tapabrata antara itu ya mutih karena ada Tapabrata seperti Nyepi, maka harus steril dari kendaraan bermotor,”
Ia menjelaskan kunjungan wisata pada pembukaan dan penutupan Wulan Kapitu dibatasi, sehingga kendaraan bermotor pengunjung dari arah Kabupaten Probolinggo dibatasi sampai di Cemara Lawang. Sedang untuk pengunjung dari arah Pasuruan dibatasi sampai di Pakis Binjil, serta dari arah Malang dan Lumajang, kendaraan bermotor dibatasi di Jemplang. Untuk spot wisata yang tidak dapat dikunjungi dengan kendaraan bermotor di antaranya Gunung Bromo, Laut Pasir, Savana dan Mentigen.
“Selama pembukaan dan penutupan Wulan Kapitu tersebut akan ada batasan bagi pengunjung atau wisatawan Gunung Bromo. Wisata tetap dibuka, tapi tidak boleh menggunakan kendaraan bermotor, sehingga harus jalan kaki atau berkuda,” katanya.
Ada beberapa spot wisata di Gunung Bromo yang masih bisa dikunjungi dengan kendaraan bermotor seperti Gunung Penanjakan, Bukit Kedaluh dan Bukit Cinta karena berada di luar batasan yang ditetapkan Paruman Dukun Pandita Kawasan Tengger.
Wulan Kapitu atau bulan ketujuh dalam Kalender Suku Tengger oleh sesepuh atau tokoh masyarakat dianggap sebagai bulan yang disucikan karena pada bulan itu, masyarakat Suku Tengger melaksanakan laku puasa mutih selama satu bulan penuh.
“Mereka hanya mengonsumsi makanan seperti air mineral, nasi putih, tanpa adanya bahan bumbu penyedap rasa. Ritual itu dilakukan untuk menahan perilaku atau sifat keduniawian dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan,” ujarnya.
Sementara Camat Sukapura Bambang Julius Wijanarko berharap wisatawan yang berkunjung selama Wulan Kapitu menghargai kearifan lokal warga Tengger. Jika berkunjung ke Bromo, diminta untuk mematuhi aturan yang ditetapkan baik oleh aturan adat maupun dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
“Silahkan berkunjung dan berwisata di Bromo dan nikmati keindahannya, namun jangan lupakan ketentuan yang ditetapkan, hormati kearifan lokal dan budaya masyarakat Tengger,” katanya.
Wisata Ikonik
Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengatakan Gunung Bromo menjadi objek wisata yang ikonik dengan masyarakat Suku Tenggernya dan tidak bisa dijumpai di daerah lain. Kata Gubernur Jatim melalui rilis pekan lalu: “Bromo adalah salah satu dari ribuan destinasi wisata Indonesia yang ikonik karena bukan cuma keindahan alamnya, tapi juga budaya masyarakat Suku Tengger yang masih tetap memegang tradisi dan nilai-nilai budaya yang luhur, warisan dari nenek moyang zaman Majapahit,” kata Gubnernur dalam rilis yang diterima di Probolinggo Sabtu. Menurutnya, keindahan Indonesia sudah diakui oleh dunia, bahkan Majalah Forbes 2022 menyebutkan bahwa Indonesia ditempatkan di peringkat pertama dalam daftar 50 negara terindah di dunia. Daftar tersebut disusun berdasar jumlah keajaiban alam di setiap lokasi, terumbu karang dan hutan hingga gunung berapi, gletser, dan lainnya. Dari kajian negara terindah di dunia tersebut, Indonesia mendapatkan skor sebanyak 7,77 dari skala 10”.
Saat membuka Jambore Nasional Fotografer Indonesia (JNFI) 2022 di Pasir Berbisik, Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Khofifah juga mengajak para fotografer Indonesia turut mempromosikan keindahan Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Ujarnya: “TNBTS memiliki daya tarik wisata yang otentik bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Mulai dari view point, kawah Gunung Bromo, Lautan Pasir, dan padang savana,”.
Khofifah mengatakan pihaknya percaya ungkapan “One Picture is Worth a Thousand Words” yakni sebuah foto atau gambar bisa bermakna, bisa berbicara, lebih banyak ketimbang kata-kata.
“Kekuatan visual yang ditampilkan dari hasil jepretan teman-teman fotografer bisa menjadi bukti keindahan Bromo sehingga mampu menarik banyak wisatawan untuk datang ke sini. Tidak hanya Bromo, tapi berbagai destinasi wisata lain di Jatim,” katanya.
Dalam acara JNFI 2022 tersebut, Khofifah juga berkesempatan belajar memotret dari fotografer profesional Indonesia Darwis Triadidan hasil foto berupa warga Bromo lengkap dengan kuda tersebut juga menjadi penanda dibukanya secara resmi JNFI 2022.
“Meski yakin tidak yakin saat mau menjepret tadi, saya seratus persen yakin bahwa keindahan Bromo itu nyata adanya karena diambil dari sudut manapun angle-nya tetap menarik,” ujarnya.
Mantan Mensos itu juga mengucapkan terima kasih kepada komunitas fotografer Indonesia yang telah memilih TNBTS khususnya Gunung Bromo sebagai tempat penyelenggaraan JNFI 2022.
Digelarnya Jambore nasional di TNBTS memberikan kesempatan bagi fotografer Indonesia untuk mengeksplorasi kecantikan Bromo melalui berbagai angle dan suasana.
“Selamat datang dan terima kasih sudah menyelenggarakan jambore nasional ini di TNBTS. Di tempat yang sangat eksotik itu, teman-teman fotografer tidak akan merasa kehabisan angle untuk dipotret. Salam eksotik dari Bromo,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Panitia JNFI 2022 Andi Kusnadi mengatakan jambore nasional itu merupakan impian bersama yang terwujud dari kepedulian fotografer Indonesia terhadap eksotisme alam. TNBTS secara langsung dipilih karena merupakan ikon andalan dari Jatim dan Indonesia.
“Kami memilih Pasir Berbisik di Gunung Bromo sebagai lokasi jambore nasional karena ikon itu menjadi ciri khas andalan Indonesia dan Jatim sendiri. Semoga gelora dan semangat untuk terus menyelenggarakan giat fotografi di tanah air kian meningkat,” kata Andi Kusnadi.***Erick Arhadita