JAKARTA-MARITIM : G3Global Expo Management (GEM) Indonesia kembali menjadi tuan rumah pameran Technologi Energi Hijau terbesar di Asia Tenggara, dengan menggelar Smart Energy Indonesia 2023, pada 2-4 Maret 2023 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta.
Smart Energy Indonesia 2023 meliputi kegiatan pameran Solartech Indonesia 2023, Inalight 2023, Battery & Energy Storage Indonesia 2023, Smart Home+IoT Indonesia 2023, Cable & Wire Indonesia 2023 dan Inatronics 2023.
“Pameran ini akan diikuti 500 peserta lebih dari 25 negara Asia dan Eropa, yang akan menampilkan produk-produk teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), perlampuan, baterai, sistem energi stroge, smart home, industri IoT, kabel dan komponen elektronika,” kata Presdir PT GEM Indonesia, Baki Lee, di Jakarta, Kamis (16/2).
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk energi baru terbarukan (EBT) dan bisa menjadi salah satu pemimpin dunia dalam perkembangan teknologi energi hijau. Di mana dengan potensi EBT yang sangat besar, Indonesia akan mampu memproduksi energi hijau secara mandiri, bahwa pemerintah juga telah berkomitmen untuk mewujudkan Net Zero Emission pada 2060 dengan mempercepat pengembangan EBT.
Baki menjelaskan, pameran berskala internasional ini diyakini dapat mendatangkan investasi pada industri EBT serta memberikan informasi teknologi EBT untuk mendorong transisi energi dari fosil ke EBT, terutama energi surya yang sangat efisien dan praktis untuk diaplikasikan di Indonesia.
“Saat ini, pemerintah berkomitmen untuk mengurangi energi fosil, seperti minyak bumi dan batu bara. Pemerintah juga berencana untuk menutup beberapa PLTU dan pembangkit listrik yang berbasis batu bara untung mendukung Net Zero Emission pada 2060,” ungkap Baki.
Sejak 2011, Kementerian Keuangan dan Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM berkomitmen untuk mencapai target bauran EBT yang sudah ditetapkann sebesar 23% pada 2025 mendarang.
Smart Energy Indonesia 2023 akan menjadi pameran terbesar dan bergengsi di Asia Tenggara serta ditargetkan akan mendatangkan 15 ribu-20 ribu pengunjung dari dalam negeri dan luar negeri.
“Harapan kami, Smart Energy Indonesia 2023 tidak saja berkontribusi untuk pelaksanaan transisi energi di Indonesia, tapi juga negara di Asia Tenggara,” ujarnya.
Sebelumnya, GEM Indonesia telah mengadakan pameran serupa, tapi tahun yang terbanyak. Karena harus menambah space pameran jadi 4.000 square. Ini berkat KTT G20 Summit, sehingga internasional semakin mengenal Indonesia.
Sedangkan Ketua Umum Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (Aperlindo), John Manoppo, pameran Smart Energy Indonesia 2023 ini mendorong minat produsen untuk investasi di sektor perlampuan. Karena kapasitas produksi nasional baru 20% sisanya impor dari China. Mengingat 85% lampu di dunia berasal dari China. Amerika saja buat lampunya di China.
“Kami sebagai asosiasi, bagaimana agar 80% impor itu mau berinvestasi membangun pabrik di Indonesia, karena ini adalah industri padat karya,” tutupnya.
Hadir pula pada kesempatan itu Ketua Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia (APaMSI) Linus T dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha TIK Nasional (APTIKNas) Soegiharto Santoso. (Muhammad Raya)